Jadikan Penggunaan Masker Dobel Sebagai Kebiasaan
- vstory
VIVA – Protokol kesehatan (prokes) terus dilakukan sebagai upaya mencegah terjadinya penyebaran COVID-19. Salah satunya menggunakan masker.
Masker menjadi protokol kesehatan wajib pada masa adaptasi kebiasan baru akibat pandemi virus corona. Penggunaan masker secara disiplin dipercaya mampu menekan tingkat penyebaran virus yang pertama ditemukan di Wuhan pada akhir 2019 tersebut. Namun, penggunaan masker yang efektif untuk meminimalkan penularan tentunya tidak bisa dilakukan secara sembarangan.
Penggunaan masker ini menjadi elemen sangat penting terutama bagi pekerja dengan mobilitas yang tinggi. Seperti humas pemerintah, protokol, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Taruna Siaga Bencana (tagana) dan sebagainya.
Saya sendiri sebagai humas pemerintah sering bekerja di luar kantor. Hal ini membuat banyak berinteraksi dengan orang lain. Tak hanya sesama instansi pemerintah, tetapi juga dengan rekan-rekan media, penyelenggara acara, dan masyarakat secara umum.
Jika tidak dalam kondisi Pandemi COVID-19, bisa lebih mudah untuk melakukan interaksi, meliput pun tidak diliputi dengan rasa was-was. Akan tetapi melihat kondisi saat ini, tentunya membutuhkan awareness yang lebih. Prokes COVID-19 terus diperkuat dan dilaksanakan dengan disiplin, bahkan jadi kebiasaan (habit) baru.
Pada awal COVID-19 merebak di Jatim tepatnya Bulan April Tahun 2020, saya sempat mengalami suhu tubuh yang tinggi di atas 38 derajat celcius selama dua minggu. Dikarenakan SOPnya selama pandemi bagi yang suhu tubuh di atas 37,5 derajat celcius, maka disarankan untuk memeriksakan kondisinya ke puskesmas, klinik, atau rumah sakit dengan menggunakan rapid test atau tes serologi terlebih dahulu.
Jika hasilnya reaktif maka perlu dites lebih lanjut menggunakan Swab PCR Test dan isolasi mandiri. Sementara jika hasilnya non reaktif, maka tidak perlu untuk melakukan Swab PCR Test.
Dan saat itu, saya tes serologi di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya. Setelah hampir seminggu panas tak kunjung turun suhunya, maka saya memeriksakan diri. Dan hasilnya non reaktif saat itu.
Karena masih tidak ingin membahayakan teman-teman di tempat kerja dan keluarga, saya tetap memilih untuk isolasi mandiri di rumah selama hampir 14 hari. Kemudian saya memastikan lagi kondisi saya dengan kembali tes serologi pada hari ke-14 isolasi mandiri. Hasilnya tetap non reaktif dan hanya radang tenggorokan. Berdasarkan hasil test non reaktif tersebut, saya kembali melakukan aktivitas seperti biasa.
Sejak saat itu, saya bertekad membiasakan diri untuk menggunakan masker dobel ketika melakukan aktivitas di luar rumah atau ketika mengunjungi keluarga. Masker dobel tersebut membuat saya tetap nyaman. Harapannya juga keluarga atau orang lain yang berinteraksi dengan saya bisa terlindungi.
Kebiasaan penggunaan masker dobel yang biasa saya lakukan antara lain jika kegiatan dengan mobilitas di luar rumah atau kantor, masker yang saya gunakan masker KN-95 di bagian dalamnya, di bagian luar pakai masker bedah atau medis.
Terkadang juga di bagian dalam menggunakan masker bedah / medis dengan masker duckbill di bagian luar. Sementara untuk kegiatan hanya di kantor saja atau berkunjung ke rumah saya menggunakan masker bedah atau medis di bagian dalam dan di bagian luar masker kain 3 ply.
Kebiasaan masker dobel juga diterapkan istri saya yang bekerja sebagai tenaga medis di rumah sakit maupun beraktivitas di luar rumah. Selain itu, kebiasaan ini juga diikuti saudara ipar saat beraktivitas di luar rumah pakai masker dobel.
Pemakaian masker juga harus benar. Masker harus menutup hidung mulut dan pipi. Walaupun memang dirasa pengap, namun memakai masker memang harus menjadi kebiasaan. Kebiasaan menggunakan masker double sampai saat ini masih terus saya lakukan.
Sebab bagi saya, penggunaan masker yang tidak benar bisa menjadi salah satu penyebab penyebaran Covid-19 masih sulit terkendali sampai saat ini. Ada yang pakai masker tetapi hidungnya masih terlihat, ada yang pakai masker di bawah dagu. Banyak kesalahan yang dilakukan hingga membuat penggunaan masker menjadi sia-sia dan tidak terlalu berpengaruh terhadap pencegahan penyebaran virus.
WHO sendiri telah memberikan panduan memakai masker dengan benar. Disebutkan bahwa masker harus menutup hidung, mulut dan dagu, dan tidak ada celah di sisi-sisinya. Barulah pemakaian seperti itu bisa menangkal virus COVID-19.
Saat ini muncul berbagai mutasi virus Covid-19 yang lebih cepat menular. Kementerian Kesehatan pun menemukan kasus Covid-19 yang berasal dari varian baru dan tergolong Variant of Concern (VoC) di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan mengungkapkan beberapa VoC yang dimaksud adalah adalah B117 dari Inggris, B1351 dari Afrika Selatan, dan B1617 dari India.
Variant of Concern adalah varian yang memiliki mutasi yang bisa memengaruhi kemampuan penularan, kepekaan alat tes, tingkat keparahan gejala, hingga kemampuan virus menghindar dari sistem kekebalan tubuh.
Dengan adanya varian yang lebih cepat menular, tindakan pencegahan harus tetap dilakukan bahkan menjadi lebih penting dibandingkan sebelumnya. Para ahli sepakat bahwa memakai masker dobel lebih baik dalam mencegah paparan virus Covid-19. Masyarakat pun diimbau menggunakan masker secara double oleh para ahli.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC telah menyatakan bahwa menggunakan masker double sangat dianjurkan di tengah tingginya penyebaran virus COVID-19. Sebab, penggunaan masker dobel karena dianggap mampu menurunkan risiko penularan Covid-19 hingga 90%.
Masker kain tunggal cenderung longgar, yang dapat membuat individu terpapar virus. Namun bila dikombinasikan dengan masker bedah, masker ini cenderung jauh lebih efisien dalam mencegah penularan.
Penggunaan metode 'masker double' dapat menciptakan penghalang yang lebih kuat terhadap penyakit virus yang mematikan, menurut para ahli. Inilah cara untuk dapat menutupi diri sendiri dan melindungi diri dari penyakit pernapasan. Lapisi masker kain di atas masker bedah - ini membantu seluruh penyiapan lebih pas dan menghilangkan celah di sekitar sisi wajah atau hidung. Pastikan pasnya nyaman dan tidak ada celah.
Mengenakan masker dobel mungkin merupakan ide yang masuk akal jika kemampuan filtrasi masker tidak terlalu kuat. Hal ini membuat saya semakin memperkuat kebiasaan menggunakan masker dobel.
Seperti slogan "Maskermu Melindungiku, Maskerku Melindungimu" tetap relevan digunakan saat Pandemi COVID-19. Gunakan masker setiap akan keluar rumah, karena inilah yang harus selalu kita suarakan di dalam hati, sehingga kita menyadari betul bahwa kita perlu melindungi diri dan orang lain dari COVID-19. (I Gede Alfian Septamiarsa, S.Sos, M.I.Kom, Pranata Humas Ahli Pertama Biro Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur)