Kabupaten Magelang Miliki Potensi Kerajinan Menarik
- vstory
VIVA – Kabupaten Magelang di Jawa Tengah memiliki sumber daya alam sebagai sebuah potensi ekonomi yang tinggi. Sebut saja beragam kerajinan yang kini sudah menggeliat di wilayah yang diapit lima gunung ini. Ada kerajinan bambu, batu, kayu, berbagai anyaman dan masih banyak lagi.
Melihat potensi ini, Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) menangkap peluang itu dan memberi pendampingan pada sejumlah usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kabupaten Magelang agar lebih berdaya saing.
Staf Ahli BEKRAF, Adi Nugraha dan timnya berada di Kabupaten Magelang selama tiga pekan dan sebelumnya melakukan survei material apa yang paling potensial dikembangkan dan dijual. Tidak hanya itu, BEKRAF juga langsung membuat contoh produk dan mengemasnya jadi barang yang lebih menarik dan berdaya saing namun dengan harga tetap terjangkau.
“Magelang punya banyak potensi, tapi dalam trip kali ini kami putuskan untuk fokus pada tiga material yang diolah, yaitu kerajinan batu di Sedayu Muntilan, anyaman pandan di Kenalan Borobudur, dan bambu di Prajegsari Tempuran,” ungkap Adi di sela Pameran Hasil Bimtek Ekonomi Kreatif Pengembangan Produk dan Kemasan di Pendopo Soepardi Komplek Setda Kabupaten Magelang, beberapa waktu lalu.
Dari hasil trip pertama pada 8 – 14 April 2019, Tim BEKRAF berhasil membuat beberapa produk dari batu di Kawasan Muntilan, yakni cobek 3 in 1, pigura foto, tempat lilin, juga meja batu. Mereka berhasil mengolah limbah dari Komunitas Perajin Batu yang dipimpin Sutedjo.
“Kami mengolah limbah batu jadi kerajinan ini karena ketika kami survei langsung ke lokasi, debu dan sisa-sisa batu ini sangat tebal dan kelihatan mencemari lingkungan sekitarnya,” jelasnya.
Lain halnya di Desa Prajeksari, Tempuran, BEKRAF yang menamai timnya Creative, Training and Education (Create) Magelang ini mendampingi pengusaha UMKM, Purwono, untuk mengolah kolaborasi produk batu dan kerajinan bambu. Hasil produk diantaranya cobek batu bertudung bambu, tempat sabun, dan tempat lampu berbentuk sangkar burung.
Di Desa Kebonsari, Borobudur, Anang Ari Susilo pemilik brand Seruas Bambu yang sebelumnya membuat kerajinan pulpen, sejak mendapat pendampingan dari Tim Create, dapat menghasilkan placemat yang bisa digunakan untuk alas piring, strap bag (tali tas), ikat pinggang, tas bambu, hingga keranjang buah.
Komunitas Pandan Menoreh yang digawangi Budi Rahayu dari Balkondes Kenalan Borobudur, selama ini sudah aktif memproduksi tas anyaman dari daun pandan. Namun, menurut Tim Create, hasil jahitannya saat ini masih kurang rapih.
“Mohon maaf, ibu Budi dan teman-teman masih perlu dibekali pelatihan atau kursus menjahit agar kualitas produknya semakin rapih dan berdaya saing,” lanjutnya.
Selama proses pendampingan, Tim Create Magelang juga berhasil memberi sentuhan tambahan bagi produk anyaman karya Budi dan kawan-kawan. Tim Create Magelang memberi tambahan detail aplikasi di satu sisi tas dengan kain polos, renda atau motif batik. Hasilnya, tas anyaman tampil jadi lebih kekinian.
Selain kerajinan, Kabupaten Magelang juga surganya oleh-oleh kuliner. Nah, ternyata makanan jenis apapun kalau dikemas dengan baik, pasti akan menarik minat para wisatawan untuk membawanya pulang.
Contohnya dengan menggunakan keranjang yang berisi paket makanan oleh-oleh. Misalnya paket slondok, kopi ngrancah, gula semut, salak, dan geplak salak. Tentu saja, kemasan masing-masing makanan juga harus dibungkus dengan menarik.
Bicara soal kerajinan dan kuliner, tentu tidak lepas dengan branding yang harus dimiliki oleh suatu wilayah. Sebut saja Bandung dengan Kartika Sari-nya, Bali dengan Joger-nya, dan masih banyak lagi. Branding bisa dibangun mulai dari logo, jenis tulisan, dan gambar yang bisa menjadi daya Tarik sekaligus daya ingat seseorang akan pesona Kabupaten Magelang. Jadi, sekali saja orang melihat logo atau jenis tulisan tersebut, maka akan langsung teringat dengan Kabupaten Magelang.
“Jadi tidak sembarang orang bisa pakai logo branding itu. Harus ada semacam kriteria atau standar agar suatu produk bisa memakai logo tersebut agar kualitasnya terjaga,” ungkap Adi.
Lepas dari itu semua, menurut Adi yang juga dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, perajin di Kabupaten Magelang sudah mempunyai kemampuan yang mumpuni.
“Keterampilan sudah tidak diragukan lagi, tetapi dengan adanya alat, akan menambah presisi produk sehingga kualitasnya pun dapat bersaing. Masalah pemasaran, kita tidak bisa berharap mereka bisa memasarkan sendiri. Jadi pemasaran ini memang perlu dibantu, entah pemerintah atau lembaga-lembaga lain,” ujarnya mengakhiri.