Istidraj Menurut Pandangan Islam
- vstory
VIVA – Dalam ajaran agama Islam kenikmatan dunia disebut istidraj. Terkait hal itu, tidak sedikit orang yang lalai dan meninggalkan perintah agama justru diberikan harta yang berlimpah oleh Allah.
Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj artinya pembiaran, yaitu pembiaran karena tidak ada keinginan untuk berhenti melakukan hal-hal yang memalukan seperti maksiat. Istidraj adalah peringatan keras dari Allah.
Rezeki, kebahagiaan, dan kenikmatan dunia lainnya diberikan kepada Allah pada setiap hamba yang Allah kehendaki. Akan tetapi, kenikmatan tersebut bisa menjadi sebuah peringatan akan azab kepada orang yang sering meninggalkan ibadah dan merasa tenang dalam maksiatnya.
‘’Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.’’ (QS. Al An’am: 44)
Dalam Al Ahzar jilid 3 menafsirkan bahwa, istidraj menurut ayat di atas artinya adalah dikeluarkan dari garis lurus kebenaran tanpa disadari. Allah memperlakukan apa yang dia kehendaki, dibukakan segala pintu, hingga orang tersebut lupa diri terhadap apa yang seharusnya dilakukan.
Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul demi masa menjelaskan, istidraj adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah agar mereka terus menerus lalai. Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu dicabut oleh Allah, mereka akan termangu dalam penyesalan yang sudah terlambat.
‘’Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,’’ (QS. al-Qalam: 44)
Orang mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni kenikmatan semu yang sejatinya murka Allah. Namun sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman akan beranggapan bahwa kesenangan yang mereka peroleh merupakan sesuatu yang layak didapatkan.