Beginilah Taubat Bagi Orang yang Musyrik dan Tata Caranya

Ilustrasi berdoa.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Secara bahasa kata syirik berasal dari bahasa arab yang artinya sekutu atau mempersekutukan. Yang dimaksud syirik yakni perbuatan menyekutukan Allah SWT. Secara umum kita pahami bahwa syirik yaitu mempersekutukan Allah dengan makhluknya, secara langsung atau tidak langsung, secara nyata atau terselubung.

Romahurmuziy Sarankan 'Taubatan Nasuhah', Plt Ketum PPP Mengaku Tiap Hari Salat Taubat

Pada hakikatnya seseorang mempersekutukan Allah SWT dengan makhluk apapun atau siapapun. Memberikan sifat ketuhanan kepada makhluk tersebut baik secara keseluruhan maupun sebagian saja, baik dalam tingkat sebanding maupun berbeda. Tentu saja perbuatan tersebut merendahkan Allah dan tidak mau mengakui keesaan-Nya.

Perbuatan syirik juga merendahkan martabat manusia, apalagi bila yang diberi sifat ketuhanan itu alam lain yang bukan manusia. Yang oleh Allah diciptakan untuk kepentingan umat manusia. Syirik merupakan penyerupaan makhluk dengan Al-Khaliq dalam kekhususan hal ibadah.

Suka Ajak Mabuk hingga Main Perempuan, Pria Ini Langsung Taubat Jadi Mualaf

Barangsiapa menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah SWT maka dia telah menyerupakan sesuatu tadi dengan Allah SWT, dan perkara ini merupakan kezaliman yang paling besar. Allah SWT berfirman yang artinya, “Sesungguhnya mempersekutukan Allah SWT adalah benar-benar kezaliman yang besar,” (QS. Luqman:13)

Taubat Orang Musyrik dan Tatacaranya

Vidi Aldiano Langsung Taubat Setelah Divonis Kanker, Ini yang Pertama Kali Diminta dalam Doanya

“(Katakanlah) Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi maha penyanyang.” (QS Az-zumar: 53)

Ayat di atas mengajak semua pelaku maksiat dari kalangan orang-orang kafir dan selain mereka untuk bertaubat dan kembali kepada Allah. Ayat itu merupakan pemberitahuan dari Allah bahwa Dia akan mengampuni dosa-dosa bagi orang-orang yang bertaubat dari perbuatan dosa tersebut, walaupun sebanyak buih di lautan.Tidaklah benar jika ayat ini ditafsirkan kepada selain taubat. Karena ampunan dari orang syirik itu tidak akan diberikan kepada orang yang tidak bertaubat dari syirik.

Telah menceritakan kepada kami Rauh bin Qais dari Asy’ats bin Jabir al Hadani dari Makhul dari Umar bin Abbas, ia berkata: “Pernah datang seseorang yang sudah tua renta menghadap Nabi SAW. Dia betelekan pada tongkatnya, kemudian dia berkata, wahai Rasulullah sesungguhnya aku ini banyak melakukan perbuatan jahat dan maksiat, apakah aku akan mendapatkan ampunan? Rasulullah SAW menjawab, bukankah kau bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah? Dia menjawab, benar dan aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah! Rasulullah SAW kemudian bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menyediakan ampunan bagimu untuk semua kejahatan dan kemaksiatan yang telah kamu lakukan itu!” (HR. Ahmad) 

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa yang dimaksud adalah Allah akan mengampuni semua dosa melalui taubat. Allah berfirman yang artinya: “Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah maha pengampun lagi maha penyayang,” (QS An-Nisa: 110)?.

Ibnu Abbas r.a berkata, “Barang siapa saja di antara hamba Allah yang berputus asa dari ampunan bertaubat setelah datang keterangan ini, maka sungguh ia ingkar terhadap kitab Allah,” 

Syirik adalah perbuatan dosa besar yang mempersekutukan Allah dengan makhluknya. Rasulullah bersabda, barangsiapa menghadap Allah dalam keadaan mempersekutukan-Nya maka dia akan masuk neraka karena dia telah melakukan kezaliman yang nyata.

Sikap syirik dapat merusak dan menggugurkan akidah Islam, oleh karena itu kita harus berhati-hati agar perbuatan kita tidak terbawa dalam kemusyrikan. Sebab jika kita melakukan kemusyrikan, kita harus bertaubat atau kembali kepada Allah seperti yang dijelaskan dalam QS Az-zumar: 53. Dan tatacara taubatnya ada tiga yaitu menyesali perbuatannya, meninggalkan pekerjaan tersebut dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.

(Penulis: Alwi Husein Al Habib, Direktur Bidang Pemberdayaan SDM di Center fo Democracy and Religious Studies (CDRS) Kota Semarang dan Mahasiswa UIN Walisongo Semarang Jurusan Ilmu al-Quran Tafsir)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.