Menikmati Haji ala Mbah Kariyati dan Mbah Paekah
- vstory
VIVA - Sorot matanya sayu. Arah pandangnya lebih sering ke bawah. Bicaranya sesekali saja. Hanya jemarinya terus bergerak memutar tasbih di tangan kanannya.
Hari ini saya berjalan mengitari Nabawi untuk menemui guru saya yang juga berhaji tahun ini. Bonus pertemuan ini adalah kisah Mbah Kariyati dan roommate-nya Mbah Paekah. Saya sebut bonus, karena menu utama pertemuan ini memang ada pada dan bermuasal dari Sang Guru. Next, akan saya kisahkan di edisi berbeda.
Satu jam sebelum magrib, biasanya para calon jemaah haji sudah bergegas menuju Masjid Nabawi. Tidak demikian denga mbah Kariyati dan Mbah Paekah.
"Simbahe wis pikun. Umure wolung puluh enem," ungkap mbah Paekah menjelaskan mbah Kariyati di sebuah kamar hotel berkapasitas 4 tempat tidur, arah pintu 7 Masjid Nabawi.
Sependek pengamatan saya, Mbah Kariyati sebenarnya tidak benar-benar pikun. Hanya seringkali terdiam jika diajak bicara. Sempat cerita dengan merendah soal aset kos-kosannya yang berada di bagian Barat Kabupaten Pasuruan.
Lain lagi Mbah Paekah yang lebih semangat bercerita. Bisa Berhaji setelah mengumpulkan hasil nyawah puluhan tahun plus melego semua perhiasan yang menempel di raganya.
"Wis aku ning kene ae (di kamar) ibadahe," ungkap Mbah Paekah (86 thn) dg bahasa Jawa berlogat Madura, khas daerah Pasuruan Timur.
Lazimnya calon jemaah haji mendisplinkan diri untuk mendapatkan Arbain. Tidak kedua simbah ini. Tuhan pasti Maha Adil, Maha Tahu dan Maha Memahami. Pahala Arbain mestinya akan diganti dengan bentuk lain yang lebih pas untuk Mbah Kariyati dan Mbah Paekah.
Juga simbah-simbah lain dari Tanah Air yang jumlahnya tidak sedikit di setiap musim haji. Tekad dan kerinduan mereka mengakhiri penantian sekian tahun untuk berhaji saya yakin tidak akan sia-sia.
Selepas Magrib dari dalam Nabawi, saya bermohon, Ya Allah sayangi Mbah Kariyati dan Mbah Paekah seperti Engkau menyayangi Ayah Ibuku. Anak cucu mereka berharap doa tulus keduanya seperti saya berharap munajat tanpa pamrih ayah ibu setiap waktu.
Wujudkan keinginan mereka menunaikan haji dan antarkan mereka ke Tanah Air dengan tetap sehat dan Mabrur. (Ahmad Muhibbuddin, Alumni Madrasah Aliyah Program Khusus Jember dan UIN Syahid Jakarta)