Bapaknya Meninggal, Anak Yatim Ini Ingin Jadi Arsitek
VIVA – Rumah Yatim berhasil mewujudkan mimpi salah satu anak asuhnya, Ramadhan Syahputra. Laki-laki kelahiran Tebing Tinggi, 18 Februari 1996 ini telah resmi menjadi seorang mahasiswa semester dua di Universitas Diponegoro, Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur.
Meskipun belum menjadi seorang sarjana, namun keahlian anak asuh Medan ini sudah bisa diperhitungkan dan patut mendapat jempol. Di usia mudanya, ia sudah bisa membuat desain bangunan yang apik.
Ramadhan sudah membuat desain gedung pembuatan kotak amal dan open table Rumah Yatim. Tidak hanya itu, ia pun sudah membantu membuat desain gedung SD El Fitra Islamic Scientific School.
Di kampusnya, Ramadhan dipercaya semua dosennya untuk menjelaskan kembali materi kepada teman-temannya. Menurut laki-laki yang mempunyai hobi bermain voli ini, kemampuan lebihnya di bidang ilmu arsitek didapat dari tim arsitek Rumah Yatim. Selama dua tahun di Bandung dia mendalami ilmu tersebut.
"Sembari menunggu tes masuk universitas negeri, saya belajar ilmu arsitek dan suka ikut terjun ke lapangan bareng tim arsitek Rumah Yatim Bandung. Alhamdulillah, waktu menunggu saya berbuah hasil. Saya bisa berkarya, masuk universitas favorit dan berbagi ilmu dengan teman-teman kelas,” paparnya.
Ia berjanji akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, dan bertekad akan lulus kuliah dengan nilai dan prestasi yang baik. Agar keluarga, Rumah Yatim, teman asuh dan donatur bangga terhadapnya. Ia pun berkeinginan setelah lulus nanti bisa menjadi seorang arsitek Rumah Yatim dan mampu membuat desain bangunan yang ramah lingkungan dan berkualitas.
Di sela wawancara, Ramadhan bercerita bahwa ia merasa bersyukur bisa tinggal dan menjadi anak asuh Rumah Yatim. Sudah delapan tahun, tepatnya ketika ia masih kelas satu SMP, ia resmi menjadi anak asuh Rumah Yatim. Sebelum ke Rumah Yatim, ia tinggal bersama ibu dan adiknya. Kakaknya sudah berumah tangga dan sudah tinggal terpisah dengannya. Sedangkan bapaknya sudah lama meninggal.
“Bapak meninggal karena sakit ketika saya masih berusia delapan tahun dan adik berusia lima tahun. Semenjak itu, hanya ibu yang menjadi tulang punggung keluarga," ujar Ramadhan.
Dikarenakan ibunya belum bisa menyekolahkan dia dan adiknya, akhirnya ibunya membawa mereka ke Rumah Yatim, Jl. Setia Budi No.101, Tj. Rejo, Medan Sunggal, Kota Medan, agar mendapat pendidikan yang layak.
Di Rumah Yatim, Ramadhan dan adiknya merasa sangat betah. Karena mereka diberikan perhatian dan kasih sayang dari para pengurus. Tidak hanya itu, mereka juga dididik dan mendapat fasilitas pendidikan yang memadai. (Tulisan ini dikirim oleh Sinta Guslia)