Guru, Berhentilah Mengeluh dan Selalu Berpikir Positif

Imam Irfa'I, S.Kom, Guru Bimbingan Konseling SMPN 1 Model Babat Toman.
Sumber :

VIVA – Pada sebuah pelatihan dengan guru-guru, seorang peserta bercerita tentang keluh kesahnya sebagai seorang guru. Ia bercerita, kalau ia selalu kesulitan menangani anak-anak. Terutama, anak-anak yang tergolong sebagai “anak nakal”.

Mereka susah sekali diatur, setiap hari pekerjaan mereka adalah mengganggu anak-anak lain yang sedang belajar. Ia sudah menasihatinya berkali-kali, tetapi tetap saja anak tersebut tidak mau menuruti kata-katanya. Rasanya, ia mau menangis jika harus mendidik anak tersebut.

Pada kesempatan lain, seorang guru yang lain bercerita bahwa ia sudah berusaha menggunakan berbagai strategi belajar mengajar yang ia ikuti di berbagai pelatihan dan juga buku-buku yang ia pelajari.

Tetapi tetap saja, siswanya tidak mau mengindahkan kata-katanya. Terkadang tidak memperhatikan, terkadang bermain sendiri. Pokoknya, mereka luar biasa bandelnya. Ingin rasanya memberi pelajaran dengan lebih keras kepada mereka. Tetapi, akhirnya ia menyadari bahwa menjadi guru memang butuh kesabaran yang luar biasa.

Seorang guru lain, kemudian mengeluhkan bahwa penghasilan yang diterimanya setiap bulan selalu tidak mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Setiap bulan, ia harus memeras otak dan mencari tambahan penghasilan ke sana ke mari untuk mencukupi kebutuhannya. Ia merasa sudah bekerja sangat keras, tetapi tetap saja penghasilannya tidak mencukupi.

Jika didaftarkan satu persatu, permasalahan guru di sekolah sebagaimana di atas mungkin tidak akan habis. Selalu ada permasalahan di setiap sekolah dengan karakter dan kondisi yang berbeda-beda. Jika kita sikapi persoalan itu sebagai suatu masalah yang besar, hal itu juga akan menjadi masalah yang besar. Sangat tergantung dari cara kita menyikapinya.

Beberapa hal di bawah ini bisa kita lakukan agar kita selalu berpikir positif setiap harinya. Pertama, pahami bahwa di setiap sekolah tempat kita mengajar selalu ada kekurangan dan kelebihan. Tidak ada satu sekolah pun yang sempurna sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mungkin di sini ada satu kelebihan, sementara di sisi lain terdapat kekurangan.

Saya beri satu contoh yang jelas. Sekolah D memberikan penghasilan yang memadai untuk kehidupan sehari-hari gurunya. Namun demikian, mengajar di sekolah D butuh kerja keras yang sangat maksimal. Datang harus setengah jam sebelum mulai mata pelajaran, harus datang setiap hari, dan pulangnya jam 4 sore seperti kerja di kantor.

Setiap hari, harus memeriksa pekerjaan siswa, menyiapkan rencana pengajaran, dan mengikuti rapat evaluasi. Selain itu, banyak tugas penelitian yang menumpuk dan harus diselesaikan, sehingga rasanya tidak ada waktu untuk bersenang-senang. Selalu saja ada tugas yang diberikan sekolah.

Sebaliknya, sekolah Z memang memberikan penghasilan yang bisa dibilang hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tetapi, mengajar di sekolah Z diberikan kebebasan untuk masuk hanya pada jam mengajar. Tidak terlalu ketat dalam disiplin waktu, dan tidak banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Coastal Beach Clean Up di Hari Peduli Sampah Nasional

Banyak contoh lain yang bisa dikemukakan, yang pada intinya, setiap sekolah mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika didaftar kekurangan yang dimiliki sekolah, tentu tidak ada habisnya. Karena itu, sebagai guru, kita dituntut untuk berpikir bagaimana dengan kekurangan yang ada mampu membuat berbagai kreativitas dan inovasi dalam proses belajar mengajar.

Dengan demikian, kita akan terbiasa bekerja tidak hanya pada sekolah atau lembaga pendidikan yang penuh dengan fasilitas yang dimilikinya, tetapi juga mampu tetap kreatif dengan berbagai kondisi fasilitas sekolah yang ada. Justru kemampuan dan kreativitas kita diuji apakah kita mampu mengembangkan diri dengan baik di berbagai situasi atau tidak.

Driver Ojek Online Sedekah Jasa Antar Anak Yatim ke Sekolah

Kedua, ubahlah cara pandang kita terhadap suatu persoalan. Pada dasarnya, cara kita memandang persoalan akan memengaruhi pola pikir, sikap, dan perasaan kita terhadap persoalan tersebut. Setiap masalah pada dasarnya sama, tetapi bagaimana kita merespons terhadap persoalan tersebut. Yang membedakan adalah perasaan kita.

Jika kita mendapatkan banyak tugas sekolah misalnya, tergantung cara kita menerima hal tersebut. Jika kita berpikir bahwa kita sedang dibebani sekolah dengan beban yang berat, maka kita akan menerimanya dengan bersungut-sungut, atau menggerutu sambil berpikir mengapa tugas tersebut diberikan kepada kita dan bukan ke orang lain.

Avi Choir Avicenna, Paduan Suara Cilik yang Penuh Prestasi

Tetapi, cobalah untuk berpikir secara positif. Berpikirlah bahwa sekolah sedang memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada kita agar kita belajar untuk menjadi pemimpin di sekolah tersebut. Dengan sedikit mengubah cara berpikir kita, maka perasaan kita menjadi lebih lega dan kita menerima berbagai tugas yang diemban dengan penuh senang hati.

Banyak hal yang bisa dilakukan dengan mengubah pola pikir semacam ini. Tentang anak-anak yang “tidak bisa diatur” dalam kelas misalnya. Jika kita berpikir bahwa itu sarana terbaik kita untuk belajar, bagaimana mengatur anak-anak dengan berbagai kebutuhan dan tingkah polahnya, kita akan dengan senang hati menerima keadaan itu dan menjadikannya sebagai proses pembelajaran paling baik tentang bagaimana mengelola kelas. Sekali kita bisa mengelola kelas dengan baik, akan memudahkan kita menghadapi anak-anak dengan berbagai persoalannya sendiri-sendiri di masa mendatang.

Ketiga, segera berhenti mengeluh, mengumpat, dan menyalahkan orang lain. Ketiga hal ini tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Jika setiap masalah kita hadapi dengan mengeluh dan mengumpat, bukan penyelesaian masalah yang kita dapatkan. Tetapi, masalah itu bisa jadi lebih meluas dan melebar ke berbagai masalah lain yang belum ada sebelumnya.

Berhenti mengeluh, segeralah cari solusi atas permasalahan yang ada. Setiap masalah pasti mempunyai jalan keluar masing-masing. Jangan menunda untuk menyelesaikan masalah, karena hanya akan memperpanjang masalah tersebut. Segera cari berbagai alternatif keputusan, ambil satu solusi dan kelola risiko dan konsekuensi yang mungkin timbul. Dengan demikian, pada setiap masalah yang kita hadapi kita tidak mengeluh, mengumpat, atau menyalahkan orang lain. Tetapi, kita selalu sigap untuk mencari berbagai alternatif solusi dari permasalahan yang timbul.

Jangan sampai energi negatif dari mengeluh dan mengumpat ini memenuhi pikiran kita setiap hari. Sehingga kita kehabisan energi untuk menghasilkan produktivitas. Dengan selalu berpikir positif, potensi kita bisa tersalurkan dengan baik sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita.

Keempat, yakinlah bahwa setiap persoalan akan membuat kita lebih dewasa dan siap menghadapi masa depan. Suatu masalah atau persoalan yang timbul adalah wahana terbaik bagi kita untuk belajar menyelesaikannya secara baik. Bukan perkara mudah bagi kita untuk menyelesaikan setiap masalah dengan baik. Tetapi dengan belajar terus menerus dari semua persoalan yang terjadi setiap hari, akan memberikan kita keterampilan dan pengetahuan yang memadai untuk menghadapi permasalahan serupa di masa mendatang.

Jika kita merasa sia-sia karena ide-ide kreatif kita tidak diterima oleh kepala sekolah misalnya, tidak usah berputus asa. Karena kita bisa menyalurkan ide-ide kreatif tersebut lewat tulisan di media massa atau internet. Dengan demikian, suatu saat jika kita memimpin sekolah, ide-ide yang selama ini tersumbat bisa kita jalankan.

Pada intinya, setiap permasalahan memberi peluang bagi kita untuk maju. Sebagaimana ujian sekolah, jika kita lulus dari suatu permasalahan dan menemukan jalan keluarnya, kita akan bisa naik kelas dalam pengetahuan dan keterampilan. Agar siap menghadapi berbagai permasalahan yang lebih kompleks di masa mendatang.

Jadi, mulailah untuk selalu berpikir positif. Ubahlah sisi pandang kita agar selalu berada pada sisi yang positif. Berhenti mengeluh, dan cari solusi dari permasalahan yang ada. Jika itu kita laksanakan, niscaya setiap hari kita akan dipenuhi oleh kegembiraan dan kebahagiaan dalam bekerja. (Tulisan ini dikirim oleh Imam Irfa'I, S.Kom, Guru Bimbingan Konseling SMPN 1 Model Babat Toman, Musi Banyuasin)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya