Menebar Karya melalui Tulisan Ilmiah
VIVA – Menjadi Duta Institut sebagai contoh dan perwakilan dari Institut Pertanian Bogor atau IPB untuk mempromosikan IPB ke berbagai sekolah maupun instansi tentu bukanlah hal yang gampang. Untuk menjadi Duta Institut, biasanya dipilih mahasiswa yang berprestasi dan berperilaku baik.
Bagas Aji Prabowo, Duta Institut dari Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB mengatakan menjadi Duta Institut dituntut untuk bisa menjelaskan tentang IPB ke berbagai stakeholder dan para calon mahasiswa IPB. “Kita menjelaskan juga tentang berita-berita populer terkait IPB sebagai duta dan memberikan contoh perilaku, dan sebagainya,” papar Bagas.
Pria asal Banyumas ini menceritakan pengalaman dan hobinya yang suka membuat karya tulis ilmiah. “Saat SMA belum ada basic sama sekali. Di IPB, Alhamdulillah saya belajar banyak terutama saat saya aktif di unit kegiatan mahasiswa Forcess, yaitu organisasi yang bergerak dalam bidang tulisan keilmiahan sebagai Ketua Divisi Human Resource Development (HRD). Sejak itu, saya mulai ikut lomba-lomba nasional dan internasional. Insya Allah tanggal 23 November ini, saya akan ikut lomba paper di Taiwan yang diadakan oleh Pingtung University,” jelas Bagas.
Dalam lombanya tersebut, ia mengangkat tema hutan rakyat. Ia mencoba untuk memberikan sentuhan modern pada industri hutan rakyat. “Saya buat mobile application, sehingga petani hutan rakyat dapat mengakses bibit dengan mudah. Kemudian bakal ada semacam konsultasi dalam pemeliharaan hutan. Juga ada panduan-panduan dan kolom konsultasi dengan ahlinya, dan terakhir adalah proses pemanenan. Kalau sekarang, trennya itu panen tebang butuh. Tapi kalau saya, ingin potensinya bisa dioptimalkan dan penjualannya juga langsung terhubung dengan pasar. Jadi pasar bisa langsung masuk dan mengakses, sehingga pihak butuh kayu dan pihak petani bisa langsung bertemu,” ungkap Bagas.
Dalam perjuangannya, ia sudah beberapa kali meraih prestasi dalam bidang karya tulis ilmiah. Di Riau, ia pernah mendapat Juara 2, dengan idenya tentang absorban agar buah menjadi lebih tahan lama.
Kemudian di Bali, Bagas kembali meraih Juara 1 dengan ide tentang pengelolaan bisnis gula aren. Dan di UGM tahun lalu, ia juga meraih Juara 1 dengan ide tentang pengelolaan air resirkulasi pada cucian mobil sehingga limbahnya diolah dan airnya dapat digunakan kembali. “Di Unair tahun lalu saya juga dapat juara tentang kandang kucing yang memiliki penghangat, dan terakhir saya ikut lomba ide bisnis di Singapura,” tuturnya.
Pria yang bermimpi melanjutkan S2 di luar negeri ini menyampaikan pesannya, agar tetap berusaha dalam meraih mimpi dan terus belajar. “Insya Allah saya ingin lanjut S2 kalau tidak di Gottingen pilihannya di Hokkaido. Bila kita ada kemauan meskipun dari nol mulai saja belajar, karena kita tidak bisa buat sesuatu langsung berhasil. Seperti karya tulis saya juga tidak semulus itu. Awalnya juga saya coba apply, tapi gagal. Dan dari situ saya belajar. Saya mengajak para mahasiswa untuk mengejar mimpinya, dimulai dari nol dan terus mencoba. Saya bersyukur dukungan dari IPB sejauh ini sangat baik. Lomba ke manapun didukung penuh, baik oleh IPB, fakultas maupun departemen. Jadi, jangan takut karena pasti dapat dukungan,” urainya. (Tulisan ini dikirim oleh IRM/ris, Humas IPB)