Bantuan untuk TPA Beratap Terpal di Jakarta
VIVA – “Alhamdulillah, akhirnya kita punya speaker baru. Jadi, kalau bu guru sedang mengajar tidak perlu cape teriak-teriak lagi,” ungkap salah satu anak didik TPA Al Furqon, Jakarta Timur. Sudah beberapa tahun, TPA yang berada di Jl. IPN Kebon Nanas, RT 09/06, Cipinang Besar Selatan, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur ini tidak mempunyai speaker, karena perangkat elektronik penguat suara yang sebelumnya telah rusak.
Keterbatasan dana membuat Jumroh, selaku pengajar TPA belum bisa membeli perangkat tersebut. “Alhamdulillah, doa saya terkabul. Terima kasih Rumah Yatim dan para donaturnya. Sudah lama saya berdoa agar bisa membeli speaker ini,” ungkap Jumroh, salah satu pengajar di sana.
Menurut Jumroh, setelah speaker sebelumnya rusak, ia belum bisa membeli yang baru. Semenjak tidak ada alat pengeras suara, ia sangat kesulitan mengajar karena lokasi TPA yang berada di bibir jalan raya. Ditambah dengan kondisi TPA yang berdiri tanpa tembok dan hanya beratapkan terpal, membuat riuhnya suara lalu lalang kendaraan terdengar jelas mengganggu proses belajar-mengajar.
“Dikarenakan speaker tidak ada, saya harus mengeluarkan suara super besar agar materi yang saya sampaikan terdengar oleh anak-anak dan ibu-ibu pengajian. Saya sering merasa sakit tenggorokan usai mengajar. Alhamdulillah, sekarang ada speaker dari Rumah Yatim. Jadi, saya bisa enak mengajar dan tidak perlu mengeluarkan suara yang keras,” papar Jumroh.
Perlu diketahui, TPA Al Furqon sudah berdiri dari tahun 1997. Meski sudah lama, namun kondisi TPA ini sangat memprihatinkan. Atap yang terbuat dari terpal dan tidak terdapatnya dinding sebagai pelindung, membuat penampakan TPA ini seperti tenda pengungsian. Mayoritas anak didik TPA ini adalah anak-anak dari para pemulung, pengemis, tukang asongan, dan pengamen yang ingin belajar mengaji dan khatam Alquran.
Sekarang, peserta didik TPA ini sudah ada sebanyak 150 orang yang terdiri dari orang tua, remaja, dan anak-anak. Sedangkan, pengajarnya ada sebanyak 3 orang dan satu di antaranya adalah Jumroh. Mereka mengajar tanpa dibayar sepeser pun.
Meski tak dibayar, mereka tetap ikhlas mengajar. Karena mereka berpikir, dengan keterbatasan dana yang dimiliki, hanya tenaga dan pikiran yang bisa mereka berikan untuk membantu memperbaiki akhlak sesama Muslim. Jumroh sangat berharap kepada para dermawan untuk menyisihkan sedikit uangnya untuk membangun TPA dan melengkapi peralatan TPA yang serba kurang ini. (Tulisan ini dikirim oleh Sinta Guslia)