Mahasiswa Jepang yang Berbaur dengan Anak Muda Indonesia

Atsushi Matsui bersama 2030 Youth Force Indonesia.
Sumber :

VIVA – Belajar di sebuah universitas di luar negeri menjadi impian banyak anak muda zaman sekarang. Mereka berbondong-bondong menyiapkan segalanya untuk menyambut masa depannya. Termasuk cerita yang satu ini, Atsushi Matsui (22), seorang mahasiswa Jepang dari Universitas Osaka yang sedang belajar bahasa Indonesia di Universitas Indonesia.

Tanggung Jawab dan Rekonsiliasi Masyarakat Lumban Dolok

Anak muda Jepang yang satu ini nampaknya berambisi untuk datang ke Indonesia secara langsung, untuk belajar tentang bahasa Indonesia. Rasa penasarannya tentang Indonesia memuncak setelah bertanya tentang Indonesia kepada orang Indonesia yang berada di Jepang. Sampai akhirnya, ia memutuskan untuk belajar langsung di Indonesia.

“Sebelum datang ke sini, saya sudah bertemu dengan orang Indonesia di Jepang. Setelah berdiskusi, saya tidak merasa mendapat respon yang agresif dari mereka. Setelah datang ke sini, awalnya saya pun masih belum mendapat respon agresif dari orang Indonesia,” ujar Atsushi Matsui.

Jokowi Diminta Lerai Konflik Ketua Pramuka dengan Menpora

Hal yang paling unik adalah ketika Atsushi juga memutuskan bergabung di sebuah platform anak muda Indonesia bernama 2030 Youth Force Indonesia. Sebuah platform yang skalanya Asia Pasifik. Tidak mudah untuk menjadi anggota 2030 Youth Force Indonesia, mengingat karena setiap anak muda harus memiliki background dan capaian tersendiri untuk bangsa Indonesia.

Setidaknya, 2030 Youth Force Indonesia diisi oleh para pemuda masa depan bangsa yang sangat aktif dalam berbagai latar belakang komunitas dan organisasi serta prestasi di bidang-bidang terkait. Termasuk teknologi dan informasi, baik skala nasional dan dunia. Dengan tujuan untuk secara kolektif memperjuangkan Indonesia untuk sukses menggapai SDGs di tahun 2030 ke depan.

Bantuan untuk Pesantren Mirrozatul Lombok Barat

Yang unik di 2030 Youth Force Indonesia, ketika di tahun lalu ada satu membernya yang seorang tokoh muda disabilitas Indonesia, Sikdam Hasyim. Dan di tahun ini, ada member yang baru hadir berasal dari Jepang. Setelah menjalani proses open recruitment, Atshusi Matsui berhasil menjadi salah satu bagian dari 2030 Youth Force Indoensia.

“Saya tertarik dengan anak muda yang punya kepemimpinan. Dan saya berpikir, kalau saya bisa bertemu orang seperti itu di sini. Jadi saya bergabung,“ ucap Atsushi, tentang harapannya setelah bisa bergabung di 2030 Youth Force Indonesia.

Pria muda Jepang yang hobi jalan-jalan ini juga sempat berkunjung di beberapa tempat wisata di Indonesia. Baginya, belajar bahasa Indoensia tidak hanya tentang teori saja, namun juga harus memahami budaya, sosial, dan masyarakatnya.

“Dalam dua tahun ini, saya belajar banyak hal tentang Indonesia. Bahasa, sejarah, agama, budaya, dan lain-lain. Sebelum jadi mahasiswa, saya berpikir tidak akan belajar di luar negeri, hanya cukup belajar di Jepang. Tapi setelah belajar, saya mau melihat Indonesia dengan mata saya. Dan saya tidak mau lulus sebelum bisa berbicara bahasa Indonesia, “ ujarnya.

Atsushi juga menggambarkan perbedaan antara anak muda di Indonesia dan Jepang. Kita tahu, dua negara ini mempunyai kekuatan emosional yang kuat secara faktor historis. Dan tak bisa dipungkiri, bahwa tidak salah ketika kedua pemuda negara ini saling bekerjasama untuk masa depan dunia yang lebih baik untuk semua kalangan.

“Saya berpikir, anak muda di Jepang hanya menikmati hari itu saja. Mereka punya tujuan yang sangat pendek. Mereka berpikir dengan cara tua bukan cara sekarang. Kalau generasi orang tua boleh, tapi generasi sekarang mungkin sulit. Pemuda di Jepang juga menikmati kehidupan mereka. Jadi, mereka tidak khawatir siapa yang akan menjadi presiden masa depan Jepang. Menurut saya, orang yang punya jiwa kepemimpinan di Jepang sangat kurang. Saya sangat khawatir tentang hal itu,“ ujarnya.

Mengenai kekhawatiran itu, apakah bisa dijawab oleh pemerintah terkait yang bisa memfasilitasi anak muda untuk turut andil dalam merencanakan masa depan bangsanya, itu persoalan lain. Justru hal yang dihadapi anak muda Indonesia saat ini adalah terus bermimpi dan menciptakan inovasi-inovasi kreatif di berbagai bidang untuk masa depan.

Membangun kemitraan dengan berbagai pemuda dari berbagai negara adalah kunci untuk menjaga kestabilan komunikasi pemuda dunia. Sehingga nantinya mampu secara bersama dan inklusif membangun dunia yang lebih baik. (Tulisan ini dikirim oleh Luky Antoryo)

 

Ilustrasi.

Pergilah Dinda Cintaku

Maafkan aku yang terlalu berlebihan mencintaimu.

img_title
VIVA.co.id
26 Februari 2018