Yuk, Jelajahi Hutan Bambu Keputih Surabaya
- U-Report
VIVA.co.id – Enggak perlu repot-repot buka peta untuk bisa mengunjungi tempat ini. Cukup order ojek online (ojol), pilih nama tujuan Anda, maka langsung deh nama lokasi yang hendak dituju muncul. Begitulah yang saya lakukan setiap kali traveling.
Tidak perlu sewa mobil lagi atau minta bantuan teman atau orang lain untuk menuju objek wisata yang diinginkan. Cukup menggunakan jasa transportasi online. Kemana pun tujuan kamu, selagi masih dalam jangkauan (on map) pasti akan diantar.
Begitu juga ketika saya ingin mengunjungi Hutan Bambu Keputih Surabaya beberapa waktu lalu. Dari hotel tempat saya menginap di Kawasan Balai Kota, saya hanya memesan ojol saja.Tidak beberapa lama, datang deh si ojol ke hotel menjemput. Padahal, setelah naik ojek terasa banget lokasinya lumayan jauh dari tempat saya menginap. Tapi, karena saya dibonceng, ya, saya cuma bisa duduk manis saja sambil sesekali mengobrol sama si abang ojek.
Baiklah, sekarang saya mau berkisah tentang perjalanan menuju Hutan Bambu Keputih. Sebenarnya enggak terbersit keinginan untuk mengunjungi lokasi tersebut. Tapi, ketika sedang iseng googling objek wisata di Surabaya, eh muncul nama Hutan Bambu Keputih. Saya lihat juga foto-foto yang terpajang di sosmed cukup bagus-bagus, sehingga membuat saya penasaran.
Setelah hampir 30 menit dibonceng dengan suhu udara Surabaya yang saat itu super panas, saya pun tiba di Hutan Bambu Keputihan. Sempat bengong juga melihat kondisi hutan bambu yang di luar ekspektasi. Meski beberapa keterangan menjelaskan kalau hutan bambu ini dulu sebenarnya adalah lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Namun, lokasi tersebut akhirnya ‘disulap’ oleh Walikota Surabaya, Ibu Risma.
Karena musim kemarau panjang, pohon-pohon bambu yang ditanami di lahan seluas kurang lebih 2,2 hektar itu tampak mengering dan daun-daunnya pun menguning. Tapi, justru jadi lebih menarik kalau difoto. Efek daun-daun kering menimbulkan kesan lebih dramatis kalau difoto. Suasana siang itu tidak terlalu dipadati pengunjung. Konon kata si penjaga parkir, kalau weekend banyak orang berkunjung ke sini. Mulai dari keluarga, segerombolan anak muda, anak-anak dan orang yang sedang pacaran.
Meski hanya dipenuhi pohon-pohon bambu, namun lokasi ini menjadi lokasi yang instagramable bagi penggila sosmed. Banyak orang datang hanya sekadar ingin foto-foto doang. Bahkan, ada yang khusus datang ke situ untuk foto pre-wedding. Ya, seperti saya. Meski tujuannya bukan untuk foto narsis, melainkan penasaran dengan wujud hutan bambu ini, tapi tetap saja harus berselfie ria. Dalam benak saya, hutan bambu ini mirip seperti hutan bambu yang ada di Desa Panglipuran, Bali.
Ternyata jauh berbeda. Meski sama-sama mendapat julukan hutan bambu, namun hutan bambu di Keputih ini hanya sekadar hutan bambu yang menggantikan posisi TPA yang terkesan jorok, kumuh dan menjijikan. Tidak sulit menemukan lokasi ini, karena letaknya bersebelahan dengan Taman Harmoni. Juga berada di belakang RS. Bersalin Putri.
Berbeda dengan hutan bambu, luas Taman Harmoni jauh lebih lebar, sekitar 8,6 hektar. Karena di Taman Harmoni juga terdapat sarana bermain untuk anak-anak. Kalau di hutan bambu hanya terdapat beberapa tempat duduk yang terbuat dari kayu saja. (Tulisan ini dikirim oleh Baroezy)