Rayakan Kemerdekaan, Komunitas Ini Berbagi Nasi untuk Duafa
VIVA.co.id – Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 yang jatuh pada hari Kamis, 17 Agustus 2017 dirayakan dengan cara berbeda oleh tiga komunitas anak muda di Bali. Komunitas Ketimbang Ngemis Bali, Komunitas Berbagi Nasi Chapter Bali, dan Komunitas Bersama Kita Peduli atau BKP, merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia dengan membagikan 300 nasi kotak untuk kaum duafa di Kota Denpasar dan sekitarnya.
Kaum duafa yang disasar oleh anak muda dari tiga komunitas ini di antaranya ada yang berprofesi sebagai pemulung barang bekas, buruh angkut barang di pasar, petugas kebersihan, pedagang asongan, buruh bangunan, pedagang kaki lima, pengamen jalanan, hingga juru parkir. Kegiatan pembagian nasi kotak dilakukan mulai pukul 10.00 WITA.
Para anggota komunitas yang sudah berkumpul di salah satu bekas gedung swalayan di Jalan Diponegoro berkumpul dan membagi diri menjadi tiga grup. Para anggota komunitas melakukan pendistribusian nasi kotak dengan menggunakan kendaraan roda dua.
Grup pertama melakukan rute pendistribusian nasi kotak ke daerah Kecamatan Denpasar Barat, grup kedua melakukan kegiatan pendistribusian nasi kotak ke daerah Kecamatan Denpasar Selatan, dan grup ketiga mendistribusikan nasi kotak ke daerah Kecamatan Denpasar Timur dan Denpasar Utara.
Setiap sosok-sosok kaum duafa yang ditemui di sepanjang jalan, maka saat itu juga anggota komunitas membagikan nasi kotak. Meski jalanan di Kota Denpasar begitu ramai dan terik panas matahari begitu menyengat kulit, para anggota komunitas tetap semangat melayani para kaum duafa.
Saat melakukan pendistribusian nasi di daerah Jalan Cargo, anggota komunitas bertemu dengan salah seorang kakek yang sudah lanjut usia. Kakek yang ditemui ini berprofesi sebagai pengumpul barang bekas. Saat kakek tersebut diberikan nasi kotak, ada seorang anggota komunitas yang memberikan donasi uang tunai. Tampak sekali raut wajahnya berkaca-kaca, sambil mengucapkan banyak terima kasih kepada anggota komunitas.
Lalu, ada seorang nenek berusia 70 tahun di Pasar Cargo yang berprofesi sebagai buruh angkut barang tanpa mengenakan alas kaki berjalan melintas di jalanan beraspal saat matahari mulai tepat berada di atas kepala. Buru-buru seorang anggota komunitas dari Ketimbang Ngemis Bali bernama Octa Serra langsung memberikan alas kaki yang ia bawa di bawah jok motornya.
Nenek tersebut masih kebingungan saat anggota komunitas memberikan nasi dan alas kaki. Malah, nenek ini bertanya, “Apa sandal ini harus bayar?” Melihat kondisi nenek ini yang masih bekerja di usia senjanya dan tanpa alas kaki saat bekerja membuat para anggota komunitas yang melihat tidak tega dan iba.
Irish Samantha, yang turut ikut dalam kegiatan pendistribusian nasi kotak untuk kaum duafa dari Komunitas Ketimbang Ngemis Bali mengatakan tujuan diadakan kegiatan yang dilakukan dengan komunitas-komunitas sosial di Hari Kemerdekaan RI adalah untuk menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama, terutama saudara sebangsa yang tidak mampu.
“Momen pembagian nasi kotak di Hari Kemerdekaan dipilih karena menurut saya para kaum duafa yang bekerja merupakan para pejuang untuk hidup dan keluarganya.” tuturnya. Irish tidak menyangka kalau ternyata dalam kegiatan pembagian nasi kotak ini banyak yang turut berpartisipasi.
“Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat di sekitar kita yang memiliki kepedulian yang sama untuk sekitar. Hanya saja, terbatas dalam informasi bagaimana cara menyalurkan kebaikan yang mereka miliki,” tambahnya. Ia berpesan bahwa kegiatan seperti ini harus banyak ditularkan ke masyarakat, khususnya anak muda. Agar mereka lebih sadar dan peduli terhadap hal-hal sosial di sekitarnya.
“Kegiatan yang kami lakukan secara tidak langsung membantu pemerintah untuk menuntaskan kesenjangan sosial, apalagi masalah kekurangan pangan,” tegasnya. Di tempat terpisah, Soraya Sarah Afifah anggota Komunitas Ketimbang Ngemis Bali mengaku banyak mendapatkan pengalaman hidup saat proses pembagian nasi. “Saya bisa lebih mensyukuri dalam menjalani kehidupan dan mendapatkan banyak inspirasi dari para kaum duafa sebagai sosok pejuang kehidupan,” ungkap Soraya. (Tulisan ini dikirim oleh Herdian Armandhani, Denpasar)