Meski Yatim, Prestasi Membuatnya Bisa Kuliah ke Luar Negeri
VIVA.co.id – “Ketidakmampuan jangan menjadi penghalang untuk kita meraih cita-cita.” Demikian Faruq Waliyullah, salah satu anak asuh Rumah Yatim yang kini akan berangkat ke Turki untuk menempuh pendidikan S-1 di Uludag University, memotivasi diri dan adik-adiknya di Rumah Yatim. Faruq merupakan jejak awal Rumah Yatim berdiri. Dari dia, kedua kakak, dan adiknyalah pengurus Rumah Yatim memberanikan diri untuk lebih banyak membantu anak-anak yatim yang senasib dengan Faruq kala itu.
Faruq ditinggalkan ayahnya sejak usia 2 tahun. Dan tinggal di asrama semenjak kelas 2 SD. Sejak tinggal di asrama, Faruq menjalani hari-hari yang menyenangkan bersama teman-teman yang sudah dia anggap saudaranya sendiri. Namun, kasih sayang uminya yakni Zaenab Hayati pun tak pernah dia lupakan. Bahkan, ibunyalah yang menjadi sumber kekuatannya untuk maju ke depan meraih cita-cita.
Cita-cita Faruq sangat sederhana. Dia ingin menjadi guru, sesuai dengan moto hidupnya yakni ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Berbagai usaha pun dilakukan untuk meraih cita-citanya. Faruq mensyukuri dirinya tinggal di Rumah Yatim karena berbagai fasilitas pendidikan dia dapatkan. Sehingga, dia pun dapat konsentrasi belajar dan mengembangkan bakat dan hobinya.
Saat duduk di bangku SMA Elfitra, tak hanya prestasi akademik saja yang dia dapatkan karena meraih ranking 1 selama 2 tahun berturut-turut. Tapi ia juga sering mengikuti olimpiade geografi dan berhasil memenangkan beberapa kali medali.
Cita-citanya sebagai guru hampir terwujud di depan mata. Saat mengikuti ujian SBMPTN, dia lolos di UPI dengan jurusan yang dia inginkan. Namun, di sisi lain Faruq pun lolos di Uludag University jurusan anastesi.
Kebimbangan hampir melanda dirinya. Tapi, karena dukungan kakak kandungnya, Iqbal dan Ati Nuraini dan juga pihak manajemen Rumah Yatim, Faruq yang mengambil jurusan IPS di SMA-nya dengan berani mengambil Uludag University dengan jurusan anastesi yang keilmuannya lebih dekat dengan jurusan IPA. “Cita-cita kedua saya adalah dokter, dan insyaallah ini tantangan yang harus saya hadapi,” ungkapnya.
Untuk lolos di Uludag, bukan sesuatu yang mudah. Berbagai seleksi sudah dijalani oleh Faruq sehingga sangat menyayangkan jika dia tidak mengambilnya. Seleksi pertama dilakukan pihak Rumah Yatim kepada 60 alumni dengan mengadakan tes tulis di tiap cabang. Setelah dirinya lolos dengan 10 anak asuh lain, Faruq pun harus menghadapi pesaing yang lebih hebat, yakni ratusan peserta tes dari seluruh Indonesia. Dan terakhir, yang harus dia hadapi adalah ratusan peserta tes dari seluruh dunia. Alhamdulillah tak hanya Faruq, tapi ada 6 teman-teman lainnya dari Rumah Yatim yang lulus.
Kini, berbagai persiapan dilakukan Faruq dan teman-temannya. Selain bahasa Turki yang sedang mereka coba kuasai, kini mereka pun sedang mempersiapkan fisik dan mental mereka. Karena ini merupakan kali pertama mereka menginjakkan kaki di bumi yang pernah ditaklukan Sultan Muhammad Alfatih ini. Dan menjadi tantangan bagi mereka bertujuh pun untuk menaklukkan negeri tersebut untuk mendapatkan kegemilangan seperti juga Alfatih, yakni kemuliaan di dunia dan akhirat. (Tulisan ini dikirim oleh Enuy Nuryati)