Mengenal Lebih Dekat Ketua PB KOPRI 2017-2019
- billy
VIVA.co.id – Septi Rahmawati akrab disapa Septi merupakan Putri keempat dari lima bersaudara. Ayahanda Helmi (alm) dan Ibunda Tri Atmini. Lahir di Karangtani, 01 September 1990 berasal dari Kampung Tanjung Jaya, Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Sejak lahir hingga menyelesaikan studi Sekolah Menengah Pertama di Lampung Tengah. SD Negeri 1 Tanjung Jaya, SMP Negeri 2 Bangun Rejo dan melanjutkan Madrasah Aliyah Negeri 1 Metro hingga perguruan tinggi STAIN Jurai Siwo di Metro.
Saat ini sedang menyelesaikan studi Pascasarjana di Universitas Negeri Jakarta. Sejak mengenal bangku Sekolah Dasar, Septi telah aktif mengikuti berbagai kegiatan. Organisasi pertama yang ia kenal adalah Pramuka yang dimulai sejak Sekolah Dasar.
Setelah itu berorganisasi menjadi kebutuhannya, yang mengantarkannya dengan berbagai pengalaman bergorganisasi yaitu : Ketua OSIS SMP Negeri 2 Bangun Rejo Lampung Tengah, tahun 2003-2004, Juru Adat Putri Pramukan MA Negeri 1 Meto, Lampung, tahun 2006-2007, Ketua Paskibra Sekolah MA Negeri 1 Metro, Lampung, tahun 2006-2007, Pendiri Teater Batu MAN 1 Metro, Sekretaris Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Ikatan Mahasiswa Pecinta Seni STAIN Jurai Siwo Metro tahun 2010-2011.
Selain itu, ia juga sebagai Ketua Bidang pengkaderanUnit Kegiatan Mahasiswa Ikatan Mahasiswa Pecinta Seni STAIN Jurai Siwo Metro tahun 201-2012, Komite Sastra Dewan Kesenian Metro tahun 2013-2016, Ketua Rayon PBI Jurai Siwo Metro 2009-2010, Ketua IV Bidang Gender Komisariat Jurai Siwo Metro 2011-2012, Ketua Korps PMII Puteri (KOPRI) PC PMII Metro 2012-2013, Ketua Umum PC PMII Metro 2013-2014, Wakil Bendahara Umum PB PMII 2014-2016.
Tak hanya aktif di PMII, Septi juga aktif dalam dunia seni pertunjukan. Berbagai karya teater sudah ia pentaskan sejak di sekolah hingga masuk di dunia kampus.
Septi mempunyai visi, “KOPRI Mengawal Gerakan Perempuan Membangun Negeri”. Ditambah dengan misinya, pertama, meningkatkan Kualitas Kader KOPRI Melalui Proses Kaderisasi Kaderisasi merupakan sumbunya organisasi.
Bagaimana membentuk pola pikir dan pola dalam bersikap, baik kaderisasi formal, nonformal dan informal. KOPRI sebagai badan semi otonom PMII memiliki peran untuk mampu mendorong kader-kader perempuan PMII dalam melaksanakan jenjang kaderisasi di PMII.
Mulai dari Mapaba, PKD, PKL, serta PKN. Namun, sebagai wadah gerakan perempuan yang intelek, KOPRI juga perlu memiliki kaderisasi tersendiri secara berjenjang. Beberapa periode sebelumnya telah melaksanakan Latihan Kader Kopri.
Kemudian pada kepengurusan sahabat Irma Muthoharoh terlaksananya SKK 1, SKK 2 dan SKK 3. Selanjutnya KOPRI PB PMII periode 2014-2016 kaderisasi formal KOPRI dimulai dari SIG, SKK, dan SKKN.
Berikut dengan kaderisasi nonformal lainnya dan penugasan-penugasan pasca pelatihan dan follow up. Seluruh upaya yang dilakukan dari setiap kepengurusan adalah untuk peningkatan kualitas kader KOPRI dan tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Hanya saja waktu dua tahun bukan lah waktu yang lama untuk dapat mengukur sejauh mana keberhasilan kaderisasi KOPRI yang dilakukan. Maka, hal pertama harus dilakukan oleh KOPRI periode 2016-2017 adalah mengevaluasi dan mengukur sejauh mana proses kaderisasi kopri di lakukan dan sejauh mana tingkat keberhasilannya bersama pengurus KOPRI PB PMII minimal 2 periode terakhir.
Hal ini adalah untuk mewujudkan visi besar KOPRI Kaderisasi adalah proses estafet transfer ilmu pengetahuan yang berkelanjutan, maka dalam perumusannya perlu meninjau kaderisasi sebelumnya dan gambaran kebutuhan kader masa mendatang.
Buku panduan kaderisasi KOPRI PB PMII masa khidmad 2014-2016 telah terumus secara sistematis, Maka, proses pengawalan dalam pelaksanaan kaderisasi KOPRI perlu di tingkatkan.
Selain itu, melihat berbagai fenomena hari ini berbagai isu-isu tidak hanya isu perempuan dan anak juga isu yang sedang marak adalah penjagaan kepada NKRI. KOPRI harus memiliki peran dan gerakan yang strategis sebagai wadah perempuan PMII.
Kedua, Menciptakan SDM KOPRI yang memilki kemampuan spesifik. Semakin kompleksnya tantangan di berbagai lini kehidupan saat ini mengharus kader KOPRI untuk memiliki skill secara spesifik agar mampu menjadi pemenang dalam persaingan.
Oleh karena itu sejak awal kader harus sudah memiliki pilihan skill spesifik apa yang akan dimiliki pasca selesai proses pengkaderan di KOPRI. Hal ini dapat dimulai ketika kader mengikuti Sekolah Islam dan Gender, maka semestinya kader KOPRI dapat di klasifikasikan dengan keilmuan yang dimiliki.
Ketiga, Membangun Kekuatan Kader KOPRI se-Indonesia. KOPRI menjadi wadah tersendiri bagi mahasiswa nahdliyin yang aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Wadah yang produktif dalam menyatukan simpul-simpul perempuan se-Indonesia. Hal ini dilakukan melalui proses kaderisasi dan konsolidasi organisasi.
Maka pelatihan-pelatihan yang berbasis kebutuhan lokal menjadi garapan yang serius. Memaksimalkan isu-isu di setiap daerah melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan oleh KOPRI-KOPRI cabang dengan pengawalan KOPRI PB PMII. Membangun kekuatan kader kopri untuk kepemimpinan bangsa dan kemaslahatan masyarakat. Sehingga, keberadaan KOPRI akan dirasakan oleh bangsa Indonesia sebagai wadah kader perempuan yangdirasakan oleh masyrakat.
Keempat, Advokasi Penyusunan Regulasi Yang Sensitive Gender. Hak-hak perempuan dalam kehidupan semestinya dapat diperoleh sesuai dengan kebutuhan. Namun pada realitanya sering kali regulasi yang ada di negara ini tidak mendukung pada pemenuhan hak dan kebutuhan perempuan.
Untuk itu dibutuhkan pengawalan dan avokasi berjenjang dan kontinu di setiap level. Dalam hal ini PB Kopri harus mampu memastikan bahwa kepengurusan KOPRI di setiap level ter update dengan baik setiap adanya perubahan regulasi. Selain itu juga memastikan bahwa setiap level kepengurusan KOPRI memiliki skill advokasi. (Tulisan ini dikirim oleh Billy Aries)