Umat Hindu di Bali Jalankan Catur Brata Penyepian
VIVA.co.id – Hari Raya Nyepi yang jatuh pada Selasa (28/3) lalu, merupakan hari raya memperingati perayaan Tahun Baru Caka 1939. Masyarakat Hindu di Bali merayakan Nyepi dengan cara menjalankan Catur Brata Penyepian seperti Amati Geni (tidak menyalakan lampu), Amati Lelanguan (tidak berfoya-foya), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Karya (tidak melakukan pekerjaan).
Saat hari Raya Nyepi, seluruh penerbangan di Bandara I Gusti Ngurah Rai ditiadakan. Pelabuhan Gilimanuk yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Bali dan Pelabuhan Padang Bai yang menghubungkan Pulau Bali dan Pulau Lombok juga ditiadakan aktivitasnya. Demi menghormati Hari Raya Nyepi pun, stasiun televisi Nasional dan lokal juga tidak beroperasi.
Warga masyarakat Bali juga tidak ada yang berkendara saat Hari Raya Nyepi. Seperti yang terlihat di kawasan Monang-Maning, tak ada satu kendaraan pun yang melintas. Warga masyarakat di pemukiman padat penduduk di sana bila keluar rumah dan berjalan di jalan raya akan dikenakan denda adat sejumlah Rp 200.000, dan akan diinapkan di Banjar sebagai bentuk sanksi adat.
Untuk menjaga keamanan dan ketertiban saat hari Raya Nyepi, para pecalang (sebutan polisi adat di Bali) akan menjaga selama 24 Jam berkeliling di tiap-tiap Banjar. Para wisatawan lokal maupun asing yang berlibur di Bali dan menginap di hotel juga telah dihimbau untuk tidak keluar area hotel selama Hari Raya Nyepi.
Hari Raya Nyepi secara tidak langsung juga memiliki andil besar dalam proses penghematan energi. Karena warga Bali secara serentak mematikan listrik selama satu hari. (Tulisan ini dikirim oleh Herdian Armandhani, Denpasar)