Muspimnas DKN Garda Bangsa Akan Bahas Deradikalisasi
VIVA.co.id – Fenomena radikalisasi masih terus terjadi di Indonesia. Sepanjang tahun 2016, telah terjadi sedikitnya empat kali bom bunuh diri. Realitas kekinian menunjukkan bahwa kekerasan, intoleransi, dan radikalisme mengancam kebhinekaan dan demokrasi kita. Paham radikal-teror bukanlah isapan jempol, namun benar adanya di tengah-tengah masyarakat. Bahkan gerakan ini telah mangancam sendi-sendi kebhinekaan dan kebangsaan yang telah dibangun dengan susah payah oleh founding fathers kita.
Merebaknya paham radikalisme-terorisme patut mendapatkan perhatian kita. Beberapa lembaga penelitian seperti Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) mensinyalir bahwa paham radikalisme-terorisme telah masuk dan menginfiltrasi institusi pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah.
Bahkan lembaga riset Pew Researce, merilis hasil penelitiannya yang menyebutkan bahwa Indonesia masuk kategori Negara yang penduduknya ada empat persen, atau sekitar 10 juta penduduk Indonesia yang mendukung pandangan-pandangan dan gerakan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). Ironisnya, pandangan-pandangan radikal dan ektrem ini didukung oleh anak muda yang berada dalam usia produktif.
Di sisi lain, kita sedang mengalami ledakan jumlah penduduk usia produktif. Mereka inilah masa depan Indonesia yang akan menjadikan demografi sebagai bonus pembangunan. Mereka tidak hanya dominan dari sisi demografi, namun juga kelompok mayoritas dalam elektoral. Mereka adalah generasi millenial.
Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh generasi netizen dipercaya bisa mengarahkan potensi kaum muda sebagai kekuatan politik riil sekaligus subyek utama pembangunan nasional. Mereka tidak hanya sebatas menjadi voters (pemilih) dari para politisi. Usia produktif harus kita tempatkan sebagai bonus demografi yang akan membawa kepada kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Youth employment, inovasi dan pemanfaatan teknologi secara bertanggung jawab merupakan wasilah menuju penguatan posisi kaum muda dalam menyukseskan pembangunan nasional. Kondisi aktual inilah yang mendorong organisasi DKN Garda Bangsa untuk membahas lebih mendalam upaya mengatasi radikalisasi dan mengarus utamakan (mainsreaming) pemuda dan generasi millenial dalam rangka memanfaatkan potensi-potensinya.
Tujuan Muspimnas antara lain membedah peran penting pemuda dan generasi millenial dalam pembangunan di Indonesia, merumuskan isu-isu strategis dan perjuangan pemuda dalam upaya pengentasan kemiskinan sebagai solusi deradikalisasi, serta konsolidasi organisasi Garda Bangsa dalam rangka memenangkan pemilu 2019.
Sedangkan pengisi acara Talkshow Deradikalisasi nanti akan diisi oleh A. Muhaimin Iskandar sebagai keynote speech, Kapolri Bapak Tito Karnavian, Abdul Kadir Karding selaku sekjend DPP PKB, Al Chaidar sebagai pengamat terorisme, dan Moh. Toha sebagai pansus RUU terorisme.
Para kabinet kerja Pemerintahan Jokowi-JK juga akan hadir sebagai pembicara dalam talk show generasi millenial yang akan membahas potensi dan mainstreaming generasi millenial dalam menyukseskan pembangunan Indonesia. Para menteri yang hadir antar lain M. Imam Nahrawi (Menpora RI), M. Hanif Dhakiri (Menaker RI), Eko Sanjoyo (Menteri Desa dan PDTT RI ), M. Nasir (Menristek Dikti RI), serta A. Malik Haramain (Wakil ketua Komisi VIII DPR RI).
Kegiatan Muspimnas DKN Garda Bangsa ini akan diadakan di Hotel Bidakara, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 71-73, Jakarta Selatan, pada hari Kamis-Jumat tanggal 19-20 Januari 2017 besok. Kegiatan ini akan diikuti oleh 500 orang dari organisai Garda Bangsa seluruh Indonesia serta organisasi kepemudaan. (Tulisan ini dikirim oleh Cucun Syamsurijal, Ketum DKN Garda Bangsa)