Tantangan bagi Seorang Bidan
- U-Report
VIVA.co.id – Bidan adalah salah satu profesi kesehatan yang tugasnya bukan sekadar membantu persalinan. Namun juga menjadi mitra bagi perempuan, terutama di daerah untuk lebih berdaya atas dirinya. Bidan punya andil besar atas kesehatan juga kesejahteraan ibu hamil. Mengenai kesehatan reproduksi wanita, baik remaja wanita pra nikah maupun yang sudah menikah terutama di pedesaan.
Pada umumnya masyarakat di daerah pedesaan sangat kental dengan adat istiadatnya. Ini merupakan salah satu tantangan bagi profesi bidan. Masyarakat pedesaan lebih percaya dukun desa untuk membantu persalinan mereka dibandingkan seorang bidan. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang memengaruhinya.
Mulai dari mitos kepercayaan masyarakat pada dukun masih kuat. Mitos masyarakat yang tersebar luas bahwa kalau dibantu oleh bidan pasti dijahit, sementara masyarakat pedesaan takut dengan jahitan. Aspek pendidikan masyarakat pedesaan, dan aspek ekonomi, banyak anggapan masyarakat jika persalinan dibantu oleh bidan, maka akan mengeluarkan banyak biaya dibandingkan bersalin pada seorang dukun.
Berbagai cara pun dilakukan oleh seorang bidan untuk menjawab tantangan budaya masyarakat setempat. Mulai dari sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan. Dan sosialisasi program pemerintah tentang persalinan gratis untuk masyarakat kurang mampu.
Usaha-usaha telah dilakukan oleh tenaga kesehatan, terkhususnya profesi bidan. Namun, hal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kebiasaan dan kepercayaan masyarakat pedesaan begitu kental sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi profesi bidan.
Ya, itulah bidan dengan berbagai tantangan dan rintangan yang kami harus hadapi di lapangan. Tapi itu semua tidak membuat kami gentar sedikit pun. Kami akan tetap berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat agar keberadaan kami di tengah-tengah masyarakat luas bisa diterima dengan baik.
Menjadi seorang bidan harus siap menerima berbagai risiko. Mulai dari risiko penularan penyakit, bahkan sampai risiko siap meninggalkan keluarga untuk ditempatkan di wilayah pelosok terpencil di Indonesia yang minim fasilitas umum kesehatan, dan pastinya jauh dari aspek modernisasi. (Tulisan ini dikirim oleh Nadila R. Maruf, PMII FKM UMI, Makassar)