Usaha Kerajinan Plakat Aa Edi yang Semakin Berkembang

Proses pembuatan plakat di Kerajinan Aa Edi.
Sumber :

VIVA.co.id – Kemandirian dalam sebuah keluarga terkadang butuh perjuangan untuk mencapai tingkat keberhasilan. Terlihat dari kesederhanaan seorang pria yang sudah melewati umurnya lebih dari usia emas yaitu 60 tahun. Sebut saja ia dengan panggilan namanya Edi, yang dalam lingkungan sekitarnya akrab dipanggil dengan Aa Edi.

Kawasan Cisarua, Kabupaten Bogor, di sanalah dia menetap untuk menggeluti usaha kerajinan pembuatan plakat. Di sebuah gang kecil, tepatnya di sudut rumahnya yang mungil adalah tempatnya menghasilkan buah tangan hasil kreativitasnya.

Sebelum ia mampu memiliki usaha ini, ia terlebih dahulu bekerja dengan orang lain untuk mengumpulkan modal. Tak hanya modal yang ia cari, namun dia juga belajar bagaimana memahami kehidupan. Bekerja menjadi seorang kuli dari seorang pimpinan Jepang dia lakukan demi mendapatkan penghasilan.

Lima tahun bekerja menjadi kuli perusahaan Jepang, dia mulai pindah. Dia merantau lagi ke Jakarta, tepatnya di daerah Senen, Jakarta Pusat. Dia bekerja selama enam sampai tujuh tahun di sana. Sampai akhirnya ia dapat mempelajari bagaimana caranya membuat plakat. Sembari bekerja, dia pun mulai mengumpulkan modal usaha.

Wajah yang kecil tak berkerut, tampak tenang, dan selalu menghadap Sang Ilahi. Dia mulai membuka usaha ini sejak dia masih menjadi bujang. Usaha ini pun terus meningkat. Walaupun terkadang ada saatnya dia berada di roda bawah dan ada saatnya di roda atas, namun dia tak pernah mengenal lelah.

Dia tak mudah menyerah. Dalam benaknya dia berharap usaha yang dijalaninya ini dapat merangkul semua keluarganya. Sehingga keluarganya tak perlu mencari pekerjaan di luar. Dia ingin membuka tempat bagi saudara-saudaranya untuk bisa bekerja bersama-sama.

Pekerjaan ini tidak menjadi beban bagi dia dan keluarganya. Mereka melakukannya dengan penuh suka cita dan memiliki kebanggaan sendiri dari karya yang telah mereka buat. Proses dalam pembuatan plakat terkadang mudah namun terkadang pun sulit. Menurut Aa Edi, memerlukan keterampilan yang fokus dan ketenangan dalam pembuatan plakat ini. Serta kita harus yakin kalau kita mampu membuatnya. Ketika bisa melalui hal tersebut, percayalah semuanya akan berjalan dengan lancar.

Usaha kerajinan pembuatan plakat ini memiliki 10 karyawan. Terdiri dari lima laki-laki dan lima perempuan. Dengan senyumannya yang tulus, Aa Edi mengungkapakan bahwa dia pun masih seorang karyawan. Dia tak mau disebut sebagai seorang bos. Karena dalam benaknya, seorang bos adalah orang yang dibangga-banggakan, padahal dalam keyakinannya ia tidak boleh membanggakan diri sendiri. Jarang sekali ada seorang pemimpin yang mau merendahkan dirinya sama dengan bawahannya.

Dalam pembuatan kerajinan plakat ini memerlukan beberapa tahapan proses pembuatan. Dimulai dari proses membentuk cetakan dasar pada gambar, dilanjut pengecoran plat, dan dibentuk hingga mencapai finishing. Namun, segala proses pembuatannya memerlukan daya fokus dan kontrol yang baik hingga pelanggan atau pun konsumen puas dengan karya pada usaha ini.

Dalam menjalankan usahanya ini, dia hanya bisa berserah kepada Sang Pencipta. Sebab adanya orderan ataupun pemasukan dalam pembuatan plakat ini tergantung kondisi. Sehingga hasil yang dicapai setiap bulannya tak mempunyai target yang harus diperoleh. Dalam ungkapannya, yang terpenting dia dan keluarganya berusaha semaksimal mungkin dalam mencari nafkah.

Pekerjaan manual masih dilakukan dalam kerajinan ini. Karena jika menggunakan mesin, menurut Aa Edi, itu memerlukan biaya yang besar untuk membeli mesin tersebut. Di tempat ini merupakan kerajinan mandiri dan disesuaikan dengan pesanan. Untuk itu, tak perlu membeli mesin sebab dangan manual saja tentu harganya sudah mahal.

Hasil dari karya keluarga Aa Edi sudah sampai ke seluruh wilayah Indonesia. Terutama saat mantan Presiden RI Soeharto datang ke rumahnya untuk membuat souvenir bagi para pendiri Keluarga Berencana (KB). Dia merasa bangga dengan hasil karyanya. Tak hanya Indonesia saja, melainkan hingga luar negeri pun turut melebar kini.

Dalam lingkungannya sendiri, keluarga ini sudah terkenal dengan souvenir plakatnya. Dia menceritakan ketika dia masih bujang, baru dia saja yang membangun usaha ini. Dan dia mulai berbagi ilmu dengan anggota keluarganya. Tapi seiring dengan perkembangan zaman, sudah mulai banyak orang di sekitarnya yang mulai membuka usaha yang sama.

Hal ini tak lantas membuatnya menyerah. Sebaliknya, dia merasa bangga di sekitarnya mampu memiliki usaha sejenis. Tapi yang akan membedakan usaha dia dengan yang lain adalah kualitas dan kepercayaan bagi pelanggannya.

Walaupun dalam satu keluarga tak luput dari konflik, tapi mereka mampu bersikap profesional. Tak ada permasalahan yang membuat usaha ini tak berjalan. Aa Edi tidak menuntut saudara-saudaranya untuk melakukan pekerjaan ini dengan keras. Namun, jika sedang ada orderan banyak dan sudah mendekati waktu pengiriman, barulah membutuhkan tenaga dan waktu yang ekstra.

Tanggung Jawab dan Rekonsiliasi Masyarakat Lumban Dolok

Seorang ayah yang memiliki tiga orang anak ini telah sukses dalam membangun usahanya. Anak-anaknya sudah memliliki gelar yang lebih tinggi dari ayahnya. Walaupun begitu, ia tetap berharap agar ada yang mau meneruskan usaha ini. Dan kemudian melebarkan sayapnya.

Kini dia sedang melebarkan sayap usahanya. Sudah ada penerus-penerusnya yang melebarkan usaha ini ke wilayah yang lain. Saudaranya yang dulu menjadi bagian usaha ini, sekarang sudah mulai menerapkan ilmu kerajinannya sendiri. (Tulisan ini dikirim oleh Panji Al-hadromi, mahasiswa Universitas Nasional, Jakarta)

Jokowi Diminta Lerai Konflik Ketua Pramuka dengan Menpora
Ilustrasi.

Pergilah Dinda Cintaku

Maafkan aku yang terlalu berlebihan mencintaimu.

img_title
VIVA.co.id
26 Februari 2018