Menikmati Keindahan dari Puncak Gunung Merbabu

Keindahan Gunung Merbabu.
Sumber :

VIVA.co.id – Pagi hari yang cerah membuat sekelompok mahasiswa lebih bersemangat untuk melakukan pendakian ke Gunung Merbabu. Gunung yang terletak di tiga kabupaten yaitu, Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat, Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur dan selatan, dan Kabupaten Semarang di lereng sebelah utara.

Satu persatu teman-teman akhirnya datang, dan kita langsung bergegas ke Terminal Pasar Minggu. Sambil menunggu bus yang kita naiki datang, kami pun bercanda ria. Bus yang mengantar kita ke Salatiga pun akhirnya datang. Selama perjalanan raut muka yang sangat bersemangat terlihat sangat jelas.

Setelah 13 jam di dalam bus, akhirnya kita sampai di Salatiga, Semarang. Jam 4 subuh kita sampai di Perempatan Pasar Sapi, Salatiga. Udara dingin dari Gunung Merbabu terasa sangat menusuk tulang. Kita beristirahat sejenak untuk mengisi perut yang sudah keroncongan. Ketika ingin membayar, tak disangka total harga yang kita makan sangatlah murah. Dengan raut muka kaget akhirnya kita pun membayarnya.

Tak terasa satu jam menunggu, sampai ada sebuah angkot yang lewat dan kita pun memberhentikannya untuk meminta mengantarkan kita ke pos pendaftaran. Merbabu memiliki beberapa jalur. Yaitu ada Jalur Selo, Jalur Wekas, Jalur Chuntel, dan jalur yang paling tua adalah Jalur Thekelan. Dan Jalur Chuntel yang kita pilih untuk kita mendaki.

Setelah sampai di pos pendaftaran, kita langsung mendaftar untuk melakukan pendakian dengan harga simaksi Rp 7500. Matahari yang sangat terlihat jelas menyinari Gunung Merbabu, membuat kita tidak sabar untuk bergegas mendaki. Kita pun mulai berjalan pelan pelan melewati beberapa rumah di desa terakhir.

Sekitar 5 menit berjalan, rumah warga sudah tidak terlihat lagi. Setelah berjalan selama 10 menit kita pun melewati perkebunan warga sekitar dengan berbagai jenis tanaman yang ditanam. Kawasan hutan Gunung Merbabu yang sangat rimbun sudah terlihat sangat jelas di hadapan kita.

Hampir 30 menit berjalan terlihat sebuah pos bayangan. Setelah melewati pos tersebut, jalur tanah mulai kita lewati yang semakin menanjak. Sesampainya di Pos 2, terdengar suara air mengalir. Dan ternyata di situ tempat mata air, dan kita pun mengisi persediaan air.

Minum langsung dari sumber mata air membuat tenggorokan terasa sangat segar. Setelah beristirahat kita berjalan sambil memikul tas gunung yang semakin besar dan berat. Rindangnya pepohonan membuat udara menjadi lebih segar. Terlihat tetesan embun jatuh ke tanah dan suara burung-burung berkicau yang membuat kita sangat menikmati pendakian.

Setelah melewati Pos 2, hutan yang tadinya sangat lebat sedikit demi sedikit berkurang. Pos 3 lumayan luas membuat beberapa pendaki mendirikan tenda untuk bermalan di sana. Setelah Pos 3, sudah sedikit pohon-pohon besar. Yang ada hanya ilalang dan rerumputan yang terlihat.

Jalur yang semakin menanjak dengan tas yang besar dan berat sangatlah menguras tenaga. Kabut yang turun dan hembusan angin yang sangat kencang membuat bulu kuduk merinding. Jalur yang semakin terjal dan licin membuat setiap pendaki harus sangat berhati-hati memilih pijakan kaki yang benar.

Sesampainya di Pos 4, hujan yang sangat deras ditambah hembusan angin yang sangat kencang membuat badan menggigil. Tepat pukul 5 sore langsung saja kita bergegas mendirikan tenda, dengan kondisi badai. Setelah tenda tersusun, kita pun masuk ke dalam untuk mengganti pakaian. Sekitar 3 jam badai menerpa tenda yang kita buat, sebelum akhirnya reda

Bintang yang bertebaran di langit dan dari bawah terlihat kilauan lampu rumah warga dan lampu dari kendaraan membuat semuanya terlihat sangat indah. Waktunya untuk beristirahat dikarenakan sudah larut malam. Badan perlu istirahat untuk melanjutkan pendakian esok hari.

Suara orang terdengar di luar tenda membuat kita terbangun dan langsung keluar. Jaket tebal, celana panjang, sarung tangan untuk melindungi dari dinginnya udara. Ternyata sudah pukul setengah 6 pagi, yang berarti matahari sebentar lagi akan memunculkan sinarnya.

Sedikit demi sedikit sinar sang surya terlihat membuat setiap mata yang melihat berdecak kagum atas keindahan yang terpancar. Matahari yang meninggi membuat udara yang tadinya dingin berubah menjadi hangat. Tak disangka tenda yang berdiri ternyata berdekatan dengan jurang yang berada di samping tenda kami. Ada 3 tenda yang bersampingan dengan jurang yang di depannya ada tiang pemancar yang sudah tidak terpakai menjulang tinggi ke langit.

Terlihat sangat banyak pendaki datang ke gunung yang memiliki ketinggian 3142 mdpl ini, dikarenakan keindahan dan letaknya yang bersampingan dengan Gunung Merapi. Perjalanan dilanjutkan sambil menikmati pemandangan yang sangat indah. Dengan dikelilingi perbukitan membuat para pendaki tak jarang berhenti untuk mengabadikannya.

Angin Kencang Porak-porandakan Permukiman di Magelang

Pada Pos 5 terdapat mata air namun letaknya berdekatan dengan belerang. Jalur menuju ke puncak semakin terjal. Keringat yang bercucuran, nafas yang terengah-engah, tidak membuat semangat berkurang. Dengan candaan yang terlontar dari para pendaki membuat perjalanan tidak terlalu lelah.

Jalurnya meliak-liuk untuk mencapai puncak. Gunung Merbabu memiliki 7 puncakan dengan 2 puncak yang paling tinggi yaitu Puncak Syarif dengan ketinggian 3119 mdpl, dan yang paling tinggi yaitu Puncak Kenteng Songo dengan ketinggian 3142 mdpl. Gunung yang memiliki banyak bukit dengan luasnya rerumputan yang terhampar, membuat yang mendaki Gunung Merbabu sangat ingin menginjakan kakinya di Kenteng Songo.

Ada “Piring Terbang” Di Atas Gunung Merapi-Merbabu

Jalur yang tadinya bisa dilewati beberapa orang lama-kelamaan semakin mengerucut hingga hanya bisa dilewati 1 orang saja. Kanan kiri jurang sudah menunggu para pendaki yang tidak berhati-hati. Hingga tiba di sebuah jalur yang terkenal di Gunung Merbabu, yaitu Jembatan Setan. Jika kita ingin mencapai puncak, kita harus melewati Jembatan Setan karena tidak ada jalur alternatif untuk mencapai puncak.

Jalur ini sangatlah berbahaya jika tidak berhati-hati. Salah sedikit nyawa bisa melayang. Karena pendaki yang mau melewati Jembatan Setan harus berjalan di pijakan yang hanya selebar luas kaki, dan hanya memegang bebatuan di samping, yang membuat jantung terasa berdebar-debar ingin copot. Jembatan Setan yang panjangnya sekitar 5 meter ini memberikan sensasi tersendiri bagi para pendaki.

Video Fenomena Alam 'Awan Topi' di Puncak Gunung Merapi

Ketika sudah melewati Jembatan Setan, puncak sudah semakin dekat. Sekitar 5 menit berjalan, akhirnya sampailah kita di Kenteng Songo. Lelah akhirnya terbayar dengan pemandangan yang sangat indah dari Puncak Merbabu. Raut wajah yang gembira terpancar dari para pendaki yang tiba. Gagahnya gunung Merapi yang berada persis di samping membuat kita semakin takjub akan keindahannya.

Terlihat pula dari kejauhan Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, Gunung Prau, dan atapnya Jawa Tengah yaitu Gunung Slamet. Banyak para pendaki yang mengabadikannya dengan cara berfoto. Lautan awan sangat jelas terlihat dari ketinggian. Putihnya awan dan birunya langit membuat semua letih, lesu, dan lelah itu hilang seketika. (Tulisan ini dikirim oleh Ari Sakti, mahasiswa Universitas Nasional, Jakarta)

Wayang jimat Arjuna atau Janoko dari kulit manusia

Wayang Pakai Kulit Manusia? Ini 8 Mitos Wayang di Indonesia

Wayang merupakan karya seni peraga. Konon, ada mitos wayang di Indonesia yang disebut menggunakan kulit manusia. Berikut mitos tentang wayang kulit manusia.

img_title
VIVA.co.id
21 Februari 2022