Mari Saling Mengoreksi Diri
VIVA.co.id – Pernyataan Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama Alias Ahok yang diduga melakukan penistaan agama menyebabkan situasi cenderung memanas. Gelombang aksi protes berlangsung di beberapa tempat yang meminta aparat berwajib untuk dapat memproses kasus tersebut.
Reaksi atas ucapan Ahok yang disampaikan saat menyambangi warga di Kepulauan Seribu telah menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Terlebih di jagat sosial media. Ada yang melihat itu sebagai upaya yang biasa bukan penistaan. Namun banyak pula yang beranggapan pernyataan itu telah menodai agama dan dianggap melukai perasaan umat Islam.
Tanpa disadari, situasi seolah menjadi tegang. Pemerintah melalui aparat keamanan memberi sinyal ada gerakan tertentu yang berupaya untuk memecah belah bangsa. Mengusik keberagaman, dan berpotensi sara. Mungkin saja apa yang disampaikan aparat tersebut berangkat dari informasi intelijen yang dimiliki oleh negara.
Konsolidasi baik dari umat Islam yang melakukan aksi terus dilakukan. Begitu juga dengan pemerintah yang mendatangi ormas-ormas keagamaan tertentu, markas angkatan bersenjata, dan pihak kepolisian. Mungkin saja masing-masing sedang melakukan upaya komunikasi tertentu dari kegiatan yang dilakukan.
Setelah melewati proses ketegangan, akhirnya kesepakatan ditemukan untuk melakukan aksi super damai yang dilakukan dalam bentuk zikir, doa, dan salat Jumat bersama di Silang Monas, Jakarta. Aksi tersebut berjalan dengan baik. Jutaan umat memadati Silang Monas hingga Bundaran HI dan sekitarnya. Semuanya berjalan tertib, penuh damai dengan tuntutan kawal proses hukum atas kasus dugaan penistaan agama tersebut. Bahkan, Presiden selaku kepala negara beserta rombongan juga ikut menghadiri salat Jumat bersama.
Ending kegiatan ini berlangsung sesuai harapan. Tanpa ada gejolak yang ditakutkan. Meskipun sebelumnya aparat kepolisian sempat menangkap beberapa orang tokoh aktivis dan beberapa nama yang menurut pihak kepolisian diduga ingin melakukan pemufakatan jahat dan lain-lain.
Namun, menarik sekali jika situasi yang terjadi ini dapat diambil benang merahnya sebagai pembelajaran bersama demi menghindari bangsa ini dari perpecahan. Terbukti isu agama sangat sensitif. Sebaiknya jangan pernah memainkan isu agama, baik dengan sengaja maupun tidak. Apalagi jika itu dilakukan oleh tokoh yang menjadi figur publik.
Selain itu, ada baiknya juga Pemerintah mencoba untuk menangkap irisan-irisan cerita yang berada di bawah permukaan dengan tidak terpaku pada opini yang berkembang di permukaan semata. Semangat dan dorongan pihak tertentu yang mengharapkan dikembalikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai konstitusi dan hindari intervensi negara tertentu yang berlebihan dalam kehidupan bernegara kita, juga layak untuk diperhatikan demi kebaikan bersama.
Untuk itu, biarlah proses hukum berjalan dengan baik dalam mengadili kasus dugaan penistaan agama ini. Mari kawal bersama, dengan tetap menjunjung tinggi proses hukum yang berkeadilan. Mengambil poin positif dalam menyikapi setiap perkembangan yang ada rasanya juga sangat baik.
Tidak ada salahnya kita semua saling mengoreksi diri demi semangat yang sama untuk melihat Indonesia yang lebih baik. Kokoh dalam persatuan, kuat dalam ekonomi, santun dalam budaya, dan mandiri dalam kepribadian. (Tulisan ini dikirim oleh Muhammad Donk Ghanie, mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Moestopo, Jakarta)