Mari Menebar Semangat Kasih Sayang
- U-Report
VIVA.co.id – Akhir-akhir ini kebersamaan kita sebagai bangsa mulai terusik. Seiring memanasnya situasi yang diawali dari pernyataan Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ia dalam sebuah kesempatan menyinggung salah satu surat dalam kitab suci Alquran, yang langsung menuai kritikan pedas dari berbagai pihak.
Tentunya saya tidak ingin terjebak dalam urusan tafsir dari surat yang disampaikan oleh Ahok tersebut. Karena saya menyadari bukan dalam kapasitas saya melakukan tafsir terhadap sebuah surat yang memiliki kesucian. Bagi saya, biarlah ahli tafsir yang melakukannya dengan segala keilmuan yang dimiliki.
Namun sangat disayangkan, perdebatan atas tafsir itu semakin hangat dalam ruang-ruang kehidupan sosial. Baik itu dalam pemberitan, sosial media, maupun dalam kehidupan nyata. Kondisinya cenderung semakin memanas, yang seakan mengarah pada perpecahan kita sebagai bangsa yang selama ini dapat hidup rukun dalam perbedaan.
Sebagai bangsa besar, Indonesia terdiri dari berbagai suku, multi etnis, ras, dan agama. Yang semuanya mendiami negara hasil dari perjuangan para pahlawan sebagai syuhada dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Dengan semangat kebersamaan dan tujuan yang sama pula, akhirnya bangsa ini dapat menghirup udara kemerdekaan.
Lantas bagaimana menghadapi situasi seperti ini? Tentunya dibutuhkan kearifan kita bersama agar tidak terjebak dalam situasi yang kian memanas. Kehadiran tokoh bangsa yang memiliki sikap negarawan sangat dibutuhkan agar dapat menenangkan situasi agar tetap kondusif, dalam semangat kebersamaan penuh kasih sayang tentunya.
Terkait tafsir, ulama sudah mengeluarkan fatwa. Sekarang, biarkan proses hukum berjalan dengan baik untuk mengadili kasus ini. Ahok juga sudah menyampaikan permintaan maaf atas ucapannya tersebut. Bukankah menerima maaf juga sebagai bentuk kemuliaan yang dianjurkan oleh agama?
Seorang sahabat dalam diskusi lewat sosial media menyampaikan keprihatinannya yang mendalam menyaksikan kondisi yang ada saat ini. “Ayo cinta damai!”, itulah ungkapan yang ia sampaikan dengan sederet argumentasi dalam melihat kondisi yang ada.
Apa yang disampaikan oleh seorang sahabat di sosial media tersebut merupakan bentuk keprihatinan anak bangsa yang tidak ingin melihat negaranya hancur. Dan tidak ingin melihat kita terjebak dalam perbedaan yang membuat kita terjerumus dalam konflik horizontal. Padahal kita mengaku sebagai bangsa yang katanya berlandaskan Pancasila.
Untuk itu, sudah sepantasnyalah kita semua kembali menyadari betapa pentingnya arti persatuan untuk dapat dipertahankan. Mari kita menebar semangat kasih sayang pada sesama untuk menatap ke depan, guna membangun Indonesia yang lebih baik. (Tulisan ini dikirim oleh Donk Ghanie, Pamulang, Tangerang Selatan)