Keindahan Gunung Salak yang Masih Asri
VIVA.co.id – Gunung Salak terletak di selatan Jakarta, di Pulau Jawa. Kawasan rangkaian gunung ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengelolaan kawasan hutannya semula berada di bawah Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor, tetapi sejak 2003 menjadi wilayah perluasan Taman Nasional Gunung Halimun, dan dikelola sebagai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
Mahasiswa berusia 22 tahun yang tinggal di Desa Ciapus, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini memberikan banyak cerita dalam pendakianya di Gunung Salak. Aktif dalam kegiatan pencinta alam semasa duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Saat ini Dhani Imansyah mahasiswa semester akhir di Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Pancasila.
“Salak itu gunung yang unik dan cukup menarik menurut saya. Nuansa asri serta hewan – hewan liar masih cukup banyak di sana. Jalur pendakianyapun cukup asik untuk dilewati. Suasa mistis dan budaya Sunda pun masih kental disana,” tutur Dhani.
Oleh karena itu, pendakian gunung menjadi salah satu dari sekian petualangan yang sangat berkesan. Bersyukur akan keindahan alam, serta menjaganya dari orang–orang yang tidak peduli terhadap lingkungan.
“Tapi sayang, banyak tangan jail yang merusak gunung. Papan penunjuk jalan dan papan pemberitahuan sering kali di coret oleh orang yang tak bertanggung jawab menggunakan spidol atau tipe x. Lalu banyak sampah yang bertebaran di sekitar jalur pendakian,” kata Dhani, selaku penggiat kegiatan outdoor pendakian.
Geoposisi puncak tertinggi gunung ini ialah 6°43' LS dan 106°44' BT dan dinamakan Puncak Salak I dengan ketinggian puncak 2.211M Dari Permukaan Laut (DPL). Gunung yang termasuk rendah, akan tetapi memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi, baik karena karakteristik cuaca yang tidak bisa diprediksi maupun medannya. Gunung Salak dapat didaki dari beberapa jalur. Puncak yang paling sering didaki adalah Puncak Salak II dan Salak I.
Di sepanjang jalur pendakian terdapat banyak tumbuhan–tumbuhan liar yang tumbuh subur. Ranting pohon serta kayu–kayu seringkali melintang di jalur pendakian, ini menjadi tantangan ketika menuju puncak gunung salak.
Bagian bawah kawasan hutan, semula merupakan hutan produksi yang ditanami Perum Perhutani. Tanaman pohon pinus terlihat dari daratan bawah. Warna hijau yang memberikan kesan eksotis dari Gunung Salak.
Beberapa jenis pohon yang ditanam di sini adalah tusam (Pinus merkusi) dan rasamala (Altingia excelsa). “Kurangnya papan nama untuk memberitahuan jenis tanaman serta lambatnya penanganan akan pohon yang mulai lebat dan menutupi papan penunjuk jalan menjadi salah satu kekurangan di jalur pendakian Gunung Salak,” tutur Dhani saat di depan Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Pancasila.
Satwa liar juga sering kita jumpai selama pendakian, karena masih alami hutan di kawasan tersebut. Suasana indah dan pemandangan bisa dinikmati ketika di Puncak. Banyak pendaki menunggu momen tenggelamnya matahari. Bogor yang terkenal sebagai kota hujan, hal itulah bakal dihadapi selama pendakian.
Kabut dari kawah ratu yang terletak di bawah membuat jarak pandang terbatas. Bau belerang seringkali menjadi kendala, karena semakin lama pendaki menghirup udara yang bercampur belerang akan membuat sesak napas. “Banyak kesan selama proses sampai puncak salak, itu tidak akan pernah bisa hilang dan akan terus menjadi pengalaman hidup. Momen yang diabadikan melalui foto akan terus teringat lalu ingin mendaki lagi,” kata Dhani. (Tulisan ini dikirim oleh Wisnu Hadi Kusuma - Fakultas IImu Komunikasi Universitas Pancasila)