Dio, Pemuda Padang yang Pantang Menyerah
VIVA.co.id – Dalam hidup ini ada tiga kunci agar kita bisa meraih kesuksesan. Yaitu kerja keras, berdoa, dan juga bersyukur. Itulah yang diterapkan oleh pemuda asal Padang, Sumatera Barat yang bernama Dio Zulfikri. Perjuangan yang dia tempuh untuk bisa menjadi seorang atlet bola voli tidaklah mudah.
Berawal dari ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat SMP 2012 lalu, ia mewakili Padang, Sumatera Barat. Meskipun tidak berhasil membawa nama daerahnya menjadi juara, hal tersebut tidak membuat dia menjadi berkecil hati. Beberapa minggu setelah ajang O2SN, Dio merantau dari Padang menuju Jakarta untuk mengikuti seleksi Sekolah Atlet di Ragunan, Jakarta Selatan.
Bermodalkan semangat dan fisik yang tinggi dan besar, akhirnya pemuda asal Padang ini lolos mengalahkan pesaing-pesaingnya. Termasuk saya dalam seleksi tersebut. Namun, dengan diterimanya di sekolah tersebut bukan berarti perjuangan Dio sudah cukup. Baru dua minggu tinggal di asrama, Dio mengaku tidak kuat untuk mengikuti kegiatan latihan di Sekolah Atlet tersebut. Maklum saja, karena di sekolah tersebut lebih mengutamakan olahraga dan menomorduakan akademik. Karena siswa atau siswi yang telah diterima di sekolah atlet lebih difokuskan untuk menghadapi event-event nasional atau internasional.
Pada awal tinggal di asrama, Dio mengatakan bahwa latihan yang dijalani sangat berat. Bahkan dia mengatakan ingin kembali ke Padang. Hal itu karena selama 6 hari mereka harus menjalani latihan pagi hari sebelum sekolah dan juga sore hari. Namun, berkat motivasi dari kakak sepupunya yang sudah lebih dulu berkarier sebagai atlet di Jakarta, Dio pun mengurungkan niatnya tersebut.
Kebetulan Dio bergabung dengan salah satu klub di Jakarta. Klub tersebut merupakan klub tempat saya latihan. Kami saling mengenal satu sama lain, dan berteman baik. Seiring waktu, kini Dio mulai berkembang. Dia mulai menjadi hebat dalam permainan bola voli. Hingga pelatihnya, yaitu Om Dwi mengikutsertakan Dio dalam pertandingan bola voli antar klub U-17 se-DKI Jakarta pada tahun 2013.
Berkat kerja kerasnya, Dio pun berhasil membawa klubnya juara 1. Hal tersebut juga membuat namanya dikenal orang dan juga pelatih-pelatih tim bola voli DKI Jakarta. Berkat prestasinya yang bagus, Dio pun mengikuti seleksi untuk mengikuti turnamen di jenjang yang lebih tinggi. Yaitu untuk mengikuti turnamen antar daerah se-DKI Jakarta, untuk mewakili daerah Jakarta Pusat.
Saat itu persaingan dalam seleksi mejadi lebih sulit. Karena hanya 12 orang yang akan dipilih untuk mewakili Jakarta Pusat. Karena semangat dan kegigihannya, Dio terpilih ke dalam 12 orang yang mewakili Jakarta Pusat. Hal itu pun semakin membuat dirinya termotivasi untuk menjadi atlet bola voli nasional.
Seiring berselangnya waktu, pertandingan antar daerah DKI pun dimulai. Dan lagi-lagi berkat semangat dan motivasinya yang kuat, Dio bisa membawa nama Jakarta Pusat menjadi juara kembali. Karena telah membawa nama Jakarta Pusat menjadi juara, otomatis nama Dio Zulfikri pun menjadi naik. Dan beberapa pelatih yang pernah melatihnya kini mulai merekomendasikan Dio untuk masuk ke dalam junior DKI untuk mengikuti turnamen yang lebih tinggi lagi.
Setelah masuk sebagai atlet di Tim DKI Jakarta, Dio pun semakin termotivasi untuk bisa mengikuti turnamen yang lebih tinggi. Namun, itu bisa dia capai setelah Turnamen Kejuaran Nasional antar provinsi se-Indonesia selesai. Sayangnya, saat membawa nama DKI Jakarta di ajang Kejurnas antar Provinsi Indonesia, Dio gagal membawa DKI Jakarta juara pertama dan hanya menjadi juara 3.
Usahanya untuk menggapai cita-citanya menjadi atlet voli nasional tidak hanya sampai di situ. Meskipun hanya menempati peringkat 3 se-Indonesia, nama Dio kini sudah menjadi pembicaraan para pelatih. Dan jasanya pun kini diperebutkan oleh pelatih-pelatih untuk diikutsertakan dalam ajang ProLiga (Liga Bola Voli Nasional).
Meskipun pada ajang turnamen Proliga Dio hanya menjadi cadangan, namun dia tidak berkecil hati. Dia sadar bahwa dirinya beruntung. Karena meskipun belum lama bergelut dalam dunia bola voli namun sudah bisa mengikuti liga yang bergengsi. Usianya yang waktu itu masih sangat muda (17 tahun) membuat dirinya berpikir bahwa jalan yang akan dia tempuh masih sangat panjang.
Meski tim yang dibawa Dio dalam liga bola voli tidak berhasil menjadi juara, namun namanya kini semakin dikenal oleh banyak orang. Bahkan, dia sekarang menjadi idola baru dalam dunia bola voli.
Tak berselang lama, namanya pun dipanggil kembali. Tapi kali ini untuk mengikuti ajang turnamen yang lebih tinggi dan bergengsi, yaitu Asean School Games U-18. Dio pun kembali mengikuti seleksi untuk membawa nama Indonesia ke kancah Internasional di cabang bola voli. Di luar dugaan, nama Dio pun kembali dipilih mewakili Indonesia untuk menghadapi negara-negara Asia Tenggara. Kebetulan saat itu (2014) Turnamen Asians School Games diselenggarakan di Indonesia, tepatnya di Surabaya.
Berkat kerja keras selama latihan dan kekompakkan, Tim Indonesia berhasil meraih Juara 1. Tepatnya setelah berhasil mengalahkan pesaing terberatnya yaitu Negara Thailand. Kini nama Indonesia menjadi yang paling ditakuti se-Asia Tenggara. Saat ini, Dio yang saya kenal sekarang sudah menjadi atlit kebanggan ibukota Jakarta.
Meskipun berasal dari Padang, Sumatera Barat, namun Dio sangat mencintai Jakarta. Hal itu karena dia sadar bahwa berkat berlatih di Jakarta dia bisa menjadi atlet yang diperhitungkan. Setelah lulus dari Sekolah Atlet di Ragunan, sekarang Dio berkuliah di salah satu universitas di Jakarta yaitu Trisakti. Dan dia juga sekarang tinggal di sebuah rumah kos di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan. (Tulisan ini dikirim oleh Joseph S Eluama dan Ryan Fauzan B, mahasiswa Universitas Pancasila, Jakarta)