Kisah Kakek Penjual Koran di SPBU Kota Kasablanka

Kakek Abdurahman dengan luka bekas operasi kanker di wajahnya.
Sumber :

VIVA.co.id – Matanya tak sempurna melihat. Ada perban yang menutup luka bekas kanker wajah antara mata dan mulutnya. Tapi dari balik mata yang menua itu, kisah hidup Kakek Abdurahman menggugah banyak orang. Kakek Abdurahman, warga Menteng Dalam yang setiap hari menjajakan koran di SPBU Kota Kasablanka (Kokas) mendadak dikenal masyarakat setelah foto dan cerita hidupnya viral di media sosial.

Belajar dari Manusia Rp2.000 Triliun Jensen Huang: Filosofi Hidup Tukang Kebun yang Bikin ‘Kaya Raya’

Kakek tua ini harus menjajakan koran sementara sebagian wajahnya telah hilang akibat kanker yang telah lama diderita. Abdurahman menutupi bekas operasi kankernya itu dengan menggunakan plester di antara mata dan hidungnya.

"Awalnya seperti bisul saja, terus pecah dan infeksi menjadi kanker. Sudah tiga kali operasi dan 33 kali di Sinar X. Rahangnya dipotong, dan untuk menutupinya diambil (cangkok) tulang paha untuk hidung," ucap Abdurahman dengan komunikasi terbata-bata saat ditemui di rumahnya di Tebet, Jakarta Selatan.

Cara PNM Dorong Pemberdayaan Ekonomi Gen Z

"Sembuhnya ketika dioperasi di RSCM. Alhamdulillah waktu itu dapat bantuan dari Depsos," imbuhnya. Istri Abdurahman sudah meninggal empat tahun lalu. Di tengah usia yang senja, Kakek Abdurahman hanya tinggal seorang diri di rumah berukuran 26 meter persegi. Abdurahman kemudian menceritakan kehidupan masa lalunya.

Sebelum berjualan koran, dia ternyata pernah bekerja sebagai teknisi mesin di sebuah perusahaan. Namun akhirnya di-PHK dan dia pun mulai bekerja serabutan. "Setelah itu jadi kuli di pasar. Sempat juga mengamen sampai-sampai berulang kali masuk ke panti di Kedoya dan Cipinang. Apapun saya lakukan demi rezeki halal untuk anak-anak saya," paparnya.

Dulunya Tukang Cuci Piring, Pengusaha Ini Kini Punya Harta Rp1.900 Triliun

Abdurahman lalu mencoba menjadi penjual koran. Hingga suatu hari dia mendapat tawaran dari pemilik SPBU di Kota Kasablanka agar membuka loper koran di SPBU itu. "Mungkin karena kasihan melihat saya. Kebetulan beliau suka langganan. Akhirnya saya diperbolehkan untuk jualan di SPBU," kenang Abdurahman.

Sejak saat itulah, setiap pagi Abdurahman selepas salat tahajud dan subuh pergi mengambil koran dari kawasan Pal Batu dan menuju SPBU di Kokas. Koran itu ditawarkan ke pengemudi mobil atau motor yang masuk area SPBU.

"Alhamdulillah ada saja yang beli. Kalau sudah siang pulang ke rumah untuk makan dan salat zuhur, nanti lanjut lagi sampai asar," tutur pria yang memiliki delapan anak itu. Rutinitas menjual koran sudah dilakukan Abdurahman tepatnya selama tujuh tahun terakhir ini.

Meski dengan kondisi wajah seperti itu, tak sekalipun terucap keluh kesah dari mulutnya. "Ketika Allah kasih cobaan seperti ini, saya hanya bisa menerimanya. Selalu ada hikmah di balik cobaan, dan saya yakin Allah akan memberikan yang terbaik di akhir hayat saya nanti," tutupnya. (Tulisan ini dikirim oleh Ireina Natasya dan Fitri Sulistiyorini, mahasiswa Universitas Pancasila, Jakarta)

Muiz Bocah 12 Tahun yang Rawat 7 Adiknya

Kisah Muiz Bocah 12 Tahun yang Rawat 7 Adiknya, Rela Jualan Demi Penuhi Kebutuhan Sehari-hari

Muizatul Halim, bocah berusia 12 tahun mengorbankan masa kecilnya untuk merawat ibu dan tujuh adik-adiknya. Ia rela berjualan demi penuhi kebutuhan sehari-hari.

img_title
VIVA.co.id
28 November 2024