Ibu, Tokoh Terbaik dalam Hidupku
- U-Report
VIVA.co.id – Pada tanggal 13 Februari 1967 lahirlah seorang anak perempuan bernama lengkap Cen Cui Ti alias Titi Agatha ke dalam dunia yang memiliki banyak keajaiban. Perempuan ini merupakan anak pertama dari 12 bersaudara. Dengan jumlah adik sebanyak itu, Titi pun memainkan peran kakak layaknya ibu kedua dalam keluarga tersebut.
Menimang dan mengganti popok bayi sudah menjadi rutinitas perempuan asal Pangkal Pinang, Bangka Belitung tersebut. Walaupun harus rela putus sekolah demi adik-adiknya. Di waktu luang, Titi lebih memilih mengambil pekerjaan mencuci baju tetangga-tetangganya. Pundi-pundi uang hasil mencuci pun dikumpulkannya dengan ambisi yang tidak asing bagi kita semua, yaitu demi masa depan.
Waktu demi waktu berjalan, dan kondisi adik-adik sudah cukup besar. Titi mengambil suatu langkah luar biasa bagi perempuan berusia 20 tahun di kala itu. Titi meminta izin Popo (sapaan nenek saya) untuk hijrah ke kota metropolitan, Jakarta. Di Jakarta, Titi hidup sebatang kara tanpa memiliki saudara di kota tersebut. Dan demi kelangsungan hidupnya, Titi melamar di salah satu salon di daerah Tanjung Priok.
Waktu demi waktu terus berputar, Titi menemukan keahliannya dalam memangkas rambut pelanggan-pelanggannya. Dan masih sama ketika ia kecil, ia selalu menabung demi masa depan. Pada tahun 1985-an, Titi bertemu untuk pertama kalinya dengan seorang pemuda berwajah tampan yang juga berasal dari kota asalnya, Pangkal Pinang. Dia adalah Dijono Fauzie.
Hari demi hari mereka lalui bersama. Dan semenjak mengenalnya, Titi pun memutuskan untuk keluar dari salon tempat ia bekerja. Titi memilih untuk ikut ke daerah Pondok Labu bersama Dijono. Di Pondok Labu, mereka membuka sebuah toko sembako dengan luas bangunan 2x3 meter. Dengan keahlian berdagang mereka, dalam kurun waktu satu tahun mereka sudah memiliki banyak pelanggan tetap.
Mereka pun di karuniai 3 orang anak. Tahun 1988 lahir putri pertama mereka, Siska Kristiyanna Fauzi. Kemudian 1993, lahirlah Yuliyanna Fauzi. Dan anak ketiga mereka lahir pada tahun 1995 dan diberi nama Johan Saputra Fauzi. Seiring hadirnya kami bertiga, Titi Agatha selalu bisa mengasihi kami dan juga membantu Dijono di toko sembakonya.
Namun semenjak 2007, semua yang sudah tertata rapi sekejap berubah drastis. Di tahun itulah, ayah saya, Dijono Fauzi meninggal dunia akibat penyakit ginjal. Semenjak kejadian itu, ibuku, Titi Agatha memiliki tugas ganda, yaitu sebagai seorang ibu dan juga sebagai ayah. Kondisi itu membuat keseharian ibuku begitu padat. Tetapi, itu semua tetap terlihat mudah bagi ibuku.
Tak pernah ibuku sekalipun mengeluh dan tidak tersenyum dalam menjalani rutinitasnya. Segala aktivitas ibuku dijalani penuh dengan senyuman dengan hati yang menurutku sangatlah ikhlas. Bahkan semenjak kepergian ayah, ibu dapat membiayai kuliah kedua kakak saya hingga menjadi sarjana. Aku pun berharap juga bisa menjadi seperti mereka.
Ibuku bagaikan malaikat yang sengaja Tuhan tugaskan untuk menjaga, mengasihi, merawat kami bertiga. Bagiku, ibu adalah orang yang paling mulia hatinya. Orang yang mengajarkanku bagaimana kita harus tetep tegar dan tersenyum melewati cobaan yang sedang di hadapi. Tuhan, terimakasih telah memberikan ibu yang sangatlah istimewa. (Tulisan ini dikirim oleh Johanfauzi, Jakarta)