Saat-saat Kepergian Ayah untuk Selamanya
- U-Report
VIVA.co.id – Ayah sungguh giat dalam mencari uang untuk menafkahi keluarganya. Ia seorang perantau dari Pulau Batam yang mencari keberuntungan di Jakarta. Ia ke Jakarta pada tahun 1987 dengan modal Bahasa Inggris yang ia pelajari saat di Batam.
Menikah pada tahun 1988 dan mencoba beralih profesi menjadi pedagang pakaian di pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, sampai tahun 1991. Melihat situasi dan peluang dalam menjual ikan tawar di pasar yang sama, ia pun mencoba menjualnya dengan menggunakan gerobak.
Setahun menjual ikan tawar dengan gerobak, ternyata penjualan ikan lebih menguntungkan daripada menjual pakaian. Kemudian ayahku memberanikan diri menyewa kios di dekat pasar Kramat Jati dengan uang sewa kios sebesar Rp 2,5 juta/tahun.
Dua tahun merintis usaha, ayah sudah bisa membeli mobil pick up dan memulai tahap selanjutnya dalam usaha, yaitu sebagai penyuplai ikan tawar selama enam tahun. Tak disangka, menjadi penyuplai ikan sangat menguntungkan. Pendapatannya bisa untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Kebetulan, ayahku dapat memberikan tambahan mengajar bahasa Inggris. Bahkan, memberi bantuan uang dan tempat tinggal kepada keponakannya yang kuliah di Jakarta. Keponakan ayahku kini sudah sukses menjadi hakim di salah satu kabupaten di Sumatera Utara. Ada juga yang kini menjadi karyawan swasta di salah satu kantor di Jakarta. Para keponakan ayah ini setiap bulan suka mengirim uang ke kampung untuk orang tua dan adik-adiknya.
Pada tahun 2000, ayahku yang selalu menjadi panutanku tiba-tiba mengalami serangan jantung. Ini lantaran ia tak pernah lelah bekerja. Siang dan malam, ia habiskan waktu untuk mencari nafkah. Usaha ikan tawar mulai goyang saat ia mengalami serang jantung.
Ia yang awalnya menjadi penyuplai mulai tidak lagi menjalani usaha ikan tawar, karena tokonya tidak bisa ia awasi. Pada tahun 2004, ayah mengalami serangan jatung lagi dan stroke ringan. Usaha ikan pun hanya bertahan sampai tahun 2005. Pada tahun 2006 sampai sekarang ia hanya membuka usaha toilet umum dengan lokasi yang sama, yaitu di Pasar Kramat Jati.
Pada tahun 2007 ia mulai terlihat sembuh. Dan di tahun 2008 mulai membuka usaha warnet dan rental PS 2 di daerah Kp. Dukuh, Jakarta Timur. Empat bulan membuka usaha, ayah mengalami serangan jantung dan stroke lagi. Sakitnya membuat usaha warnet dan PS-nya hancur lebur berantakan. Ironisnya, saat mengalami sakit itu, ayahku malah ditipu orang dan PS-nya raib dibawa kabur.
Puji syukur di tahun 2011, kedua anaknya yang perempuan sudah mendapatkan gelar diploma pajak dan diploma farmasi. Sesudah mendapatkan gelar tersebut, keduannya bekerja dan mulai meringankan beban ayah yang sudah mengalami sakit yang lama. Anak pertama melanjutkan kuliah dengan biaya sendiri. Ia bekerja di kantor pajak dan lulus sarjana di tahun 2013 dengan gelar S.IA dari Universitas Indonesia, Jakarta.
Anak kedua pun setelah lulus kuliah langsung bekerja dan mengumpulkan uang untuk melanjutkan kuliah agar mendapatkan gelar sarjana. Dia melanjutkan kuliah pada tahun 2013, dan lulus di tahun 2015 dengan mendapatkan gelar S.T dari Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Pada tahun 2015, ayah mengalami serangan jantung dan dirawat di RS UKI selama satu bulan. Selama sebulan, peningkatan kesembuhannya sangat sedikit. RS UKI memberikan penawaran rawat intensif dengan biaya yang cukup mahal atau dirawat di rumah. Mama akhirnya memutuskan untuk merawat ayah di rumah saja.
Selama dirawat di rumah, ayah mengalami peningkatan kesehatan. Ia dapat menggerakkan kaki dan tangannya. Di ulang tahunnya yang ke 54 pada 8 Febuari 2016 kemarin, ia sangat bersyukur dan sangat terharu saat dirayakan bersama anak-anaknya.
Dua hari setelah ulang tahun, ayah dipanggil oleh Sang Maha Kuasa. Sebelum meninggal ia sempat berpelukan denganku. Ketika itu, tanganku dijadikannya bantal. Ia sangat menikmati tidur di tanganku. saat aku melepaskan tangan ini dari kepalanya, ia pun terbangun. Saat terbangun, kuangkat ayah untuk dimandikan.
Aku mau memandikannya, tapi ibu mengambilalih untuk memandikan ayah. Sedangkan aku bersiap-siap berangkat ke kampus. Sebelum berangkat, aku melihat ayah sudah selesai mandi. Aku pun berangkat. Tapi, setelah sampai di kampus, aku mendapatkan kabar dari kakak-kakakku kalau ayah terkena serangan jatung lagi dan mereka sedang menuju ke rumah sakit
Aku pun langsung menuju ke RS UKI. Kakak, mama dan ayah ternyata belum tiba. Aku menunggu dan saat mereka tiba, kakakku keluar terlebih dulu dan bilang kalau ayah sudah meninggal. Kemudian mamaku keluar dari mobil dan menangis. Aku menangis dan memukul kaca mobil merasa tidak percaya kalau ayahku sudah meninggal.
Saat diperiksa dokter, dokter pun mengatakan kalau ayahku sudah meninggal. Rumah duka RS UKI ternyata penuh dan membuat aku mencari rumah duka lain yang bagus dan kosong. Aku menelepon temanku yang tinggal di cibubur, menanyakan dan meminta tolong untuk mencarikan rumah duka yang kosong di Cibubur.
Puji syukur kepada yang Maha Kuasa, Rumah Duka RSKO Cibubur kosong dan bisa dipakai oleh ayahku. Setelah 2 hari disemayamkan di sana, ayahku pun dikubur di TPU Pondok Rangon. Saat acara pemakaman, seluruh keluarga ayah dan mamaku datang untuk mendoakan dan menaburkan bunga di makam ayah. (Tulisan ini dikirim oleh Victor Alterius Pardomuan Simanullang, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Nasional)