Ayahku, Panutan dan Motivasiku
- U-Report
VIVA.co.id – Hal yang paling membuatku ingat tentang dirinya adalah saat di mana ayah selalu sabar mengajariku bermain sepeda untuk pertama kali. Jatuh bangun aku alami saat memulai belajar bermain sepeda, tetapi beliaulah yang selalu menyemangatiku agar terus berusaha dan tidak mudah menyerah. Sampai di mana saat diriku mulai lancar mengendarai sepeda tersebut, ayahku langsung berkata sambil memelukku, “Kau hebat, Nak!”
Menurutku, selain ibu, ayah adalah sosok yang selalu membuatku berpikir bahwa aku harus lebih baik darinya. Ayahku itu bernama Wahyu Bin Ahmid dengan latar pendidikan Strata 2-nya. Kewibawaan dan kesederhanaan yang dimiliki selalu dapat membuat diriku kagum terhadapnya. Kekaguman yang lainnya adalah sifat tanggung jawab terhadap keluarga yang sangat besar dan sifat penyayang terhadap kami semua.
Saat ini ayahku berusia 48 tahun, dan sudah cukup tua untuk dapat mengikuti keegoisan diriku. Berawal sejak kecil di mana diriku selalu diajarkan bagaimana menjadi anak yang tidak cengeng dan memiliki mimpi atau cita cita yang tinggi serta tekad yang kuat. Pekerjaannya sebagai guru di Sekolah Luar Biasa 02 Jakarta membuatnya menjadi seorang ayah yang sangat penyabar.
Beliau selalu sabar menghadapi kenakalan dan keegoisanku sampat saat ini. Sosoknya selalu membuat diriku kagum setiap saat. Ilmu pengetahuan dan ilmu agama yang dimilikinya mengajarkanku bagaimana pentingnya memiliki keduanya. Berawal saat aku mulai belajar berbicara dan berjalan, dirinyalah yang selalu memotivasi diriku agar cepat bisa melakukannya.
Setiap malam, ayahku selalu mengajarkanku akan pentingnya mempelajari ilmu agama. Mulai dari membaca Iqro, menceritakan kisah-kisah rasul serta para sahabatnya, dan lain sebagainya. Saat diriku mulai masuk Sekolah Dasar, ia selalu berpesan padaku agar belajar sungguh-sungguh dan selalu hormat pada guru-guruku. Sosok dirinya yang selalu membuat diriku termotivasi ingin menjadi seperti dirinya.
Hadiah yang selalu ia berikan saat diriku menjadi juara kelas saat Sekolah Dasar dapat membuat diriku termotivasi untuk mendapatkan nilai yang lebih baik lagi. Setelah menyelesaikan Sekolah Dasar, ayah menyarankanku untuk masuk ke Madrasah Tsanawiyah. Di mana di sana aku diharuskan memperdalam ilmu agamaku untuk bekal aku kelak.
Di mata ayah, ilmu agama sangatlah penting. Diriku selalu dinasihati untuk selalu memiliki keyakinan (iman) yang kuat. Dan percaya bahwa hidup ini semata-mata bukan hanya mengejar materi dan yang lainnya untuk urusan dunia, melainkan akhirat sangat penting untuk dipersiapkan.
Berkat kehebatan dirinyalah diriku semakin yakin bahwa ayahku adalah panutan dan motivasiku untuk terus melangkah ke depan. Sosok pekerja keras pun sangat melekat padanya. Hingga sampai saat ini beliau sanggup menyekolahkanku hingga ke jenjang perguruan tinggi.
Satu kata yang selalu aku ingat adalah saat di mana beliau berpesan, “Gapailah cita-citamu dengan caramu sendiri dan dengan cara yang halal, InshaAllah semua akan berjalan lancar. Dan ingatlah, hidup yang indah adalah saat di mana dirimu bisa bahagia dunia dan akhirat”. (Tulisan ini dikirim oleh sfarisy20)