Kisah Gong Senenan, Pusaka Masyarakat Kabupaten Jepara
VIVA.co.id – Gong Senenan, gamelan karawitan Jawa yang tak lengkap perangkatnya. Disimpan di ruang khusus yang dinamai Kridanggo Bhirowo, sebuah paviliun di sisi pendopo Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Warga Jepara, dari pejabat hingga rakyat percaya kalau gamelan itu pusaka bagi warga setempat. Jika lupa ditabuh maka musibah bakal menimpa Kabupaten Jepara.
Gong Senenan terdiri dari satu gong besar, dua kecrek/kecer, dua gendang, dan dua kempul. Jumlah perangkat dan bentuknya sangat sederhana. Jauh berbeda dengan unit gamelan lengkap lazimnya, dimana jumlah gong besar, misalnya berjumlah empat buah. Juga dengan satu set kempul yang terdiri empat buah.
Sumber di Humas Jepara dan beberapa warga mengaku tidak tahu riwayat pasti Gong Senenan. “Asal-usul pusaka itu misterius, namun usianya sudah ratusan tahun,” kata mereka. Ada cerita dari mulut ke mulut mengatakan, keberadaan pusaka ini bermula saat Adipati Tjitro Koesoemo, berkuasa di Kadipaten (kini kabupaten) Jepara, sekitar tiga abad silam.
Suatu pagi buta, Adipati melihat benda aneh di pendopo yang ternyata adalah satu set gamelan. Adipati minta para kawula menabuh tapi ternyata tak berbunyi. Lalu dibiarkan saja di pendopo. Di lain waktu, Sunan Hadiningrat Surakarta meninjau Kadipaten Jepara. Melihat gamelan itu, dan ia memboyongnya ke Keraton Surakarta. Kurang dari 40 hari kemudian, gamelan tiba-tiba sudah ada di pendopo Kadipaten Jepara lagi.
Adipati Jepara penasaran dengan gamelan mistis itu. Dikeluarkanlah sayembara, barang siapa yang bisa menabuh gamelan maka akan diberi penghargaan. Ribuan orang ikut sayembara tapi tak satu pun yang bisa menabuh. Saat ditabuh seakan membisu, tak mengeluarkan bunyi apapun. Anehnya, ketika orang-orang Desa Senenan menabuh, gamelan itu berbunyi nyaring terdengar sampai ke mana-mana.
Sejak itu, Adipati Jepara memerintahkan warga Desa Senenan setiap hari Senin, pagi dan senja untuk menabuh gamelan tersebut. Bahkan gamelan itu dinamai Gong Senenan. Sesuai dengan asal orang yang menabuhnya. Desa Senenan sendiri terletak tidak jauh, kurang lebih 4 km dari pendopo Kabupaten Jepara.
Mulai detik itu hingga kini, Gong Senenan selalu ditabuh warga Desa Senenan setiap hari Senin pada pagi dan senja hari. Salah satu penabuh bercerita, beberapa puluh tahun silam, jumlah Gong Senenan relatif masih lengkap. Tapi ada oknum tak bertanggung jawab yang mencuri dan menjualnya. Waktu diusut ada bagian gamelan yang ditemukan di Bekasi, Yogyakarta, Surabaya, dan daerah lain.
Bertolak dari kisah berbau mistis itu, bisa dimaklumi jika Gong Senenan dikeramatkan. Bahkan dianggap pusaka oleh rakyat Kabupaten Jepara. Disusul terjadinya beberapa insiden bencana alam besar yang pernah terjadi yang dikait-kaitkan dengan gamelan itu. Maka makin tebal rakyat setempat mempercayai Gong Senenan sebagai pusaka yang sangat keramat.
Beberapa cerita menyebutkan, sekitar 50 tahun silam Gong Senenan pernah diabaikan dan tak pernah ditabuh. Tak lama, muncul pemberontakan berdarah-darah oleh Partai Komunis Indonesia. Lantas 15 tahun lalu, gamelan ini oleh berbagai sebab juga kembali tak ditabuh secara rutin. Akibatnya, pantai laut Jepara bergolak, meminta korban nyawa sejumlah pejabat pemerintahan setempat.
Mencegah terjadinya dampak negatif musibah besar macam itu lagi, akhirnya Bupati Jepara memerintahkan agar Gong Senenan dalam kondisi apapun, harus ditabuh di hari Senin pagi dan sore. Beberapa gending diperdengarkan saat gong ini ditabuh, di antaranya Coro Balen, Sendon Arang-arang, Kodok Ngorek, dan Kethuk Tutul. (Tulisan ini dikirim oleh Heru Christiyono Amari, Pati, Jawa Tengah)