Lakkang, Kampung Tertua di Tengah Kota Makassar
- U-Report
VIVA.co.id – Lakkang adalah salah satu kampung tertua di Kota Makassar. Secara administratif berada di Kelurahan Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar yang berupa daratan di kelilingi oleh Sungai Tallo atau biasa disebut delta. Menuju ke perkampungan ini tidaklah sulit. Anda tinggal masuk dalam area kampus terbesar di Indonesia Timur, Universitas Hasanuddin yang menjadi salah satu akses menuju Lakkang.
Dari kampus Unhas, selanjutnya menuju ke kampung Kera-kera. Di sinilah terdapat dermaga yang menyiapkan kapal penyebrangan. Sebab, Anda harus melintasi Sungai Tallo untuk menuju Lakkang. Jangan heran, walaupun Lakkang masih masuk dalam daerah administratif Kota Makassar, tapi masih banyak warga Kota Daeng yang tak pernah berkunjung ke sana. Akses menuju Lakkang yang masih terbatas menjadi alasannya.
Dari dermaga terdapat kapal penumpang berukuran 3X4 meter yang siap mengantar. Namun, Anda tidak dapat langsung berangkat jika belum ada sepuluh penumpang. Dalam perjalanan, Anda akan ditemani suara kapal dan kicauan burung yang bertengger di pohon-pohon mangrove yang berjejer rapi di pinggir sungai. Dalam perjalanan kira-kira 15 menit ini, mata Anda akan disuguhkan pemandangan Sungai Tallo dengan keanekaragaman mangrove. Anda pun dapat menghirup udara bersih.
Panas matahari yang biasanya sudah menyengat di pagi hari sudah tidak terasa lagi ketika indera mata dan telinga mendapatkan sesuatu yang berbeda di tengah-tengah Kota Makassar. Sampai di Lakkang, sebuah dermaga yang dibangun dari salah satu CSR bank swasta nasional menjemput perahu. Seakan tak percaya tempat yang nyaman, tenang dan alami di tengah Kota Makassar masih bisa Anda dapatkan.
Daerah dengan luas sekitar 168 Ha, posisinya benar-benar terisolir. Letaknya seperti memunggungi Kota Makassar dan menghadap ke arah sungai. Lakkang dihuni sekitar 1.100 orang yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani tambak dan nelayan. Sebagian kecil juga menghidupi diri dari sawah.
Lakkang didominasi oleh rumah panggung khas Makassar, meski beberapa di antaranya sudah berbentuk rumah batu yang modern. Ini telah ditetapkan oleh pemerintah Kota Makassar sebagai tempat pariwisata yang menyediakan kolam pemancingan serta 8 bungker peninggalan Jepang. Dalam bungker di bawah rerimbunan pohon bambu, tentunya membuat keadaan tenang. Peninggalan yang ditinggalkan pemerintah Jepang itu sering menjadi buah bibir.
Sebuah bungker yang terletak dekat dengan rumah warga tertutup daun-daun bambu yang menguning. Hawa dingin merebak ketika mulai memasuki tangga bawah tanah ini. Bungker-bungker tersebut secara umum kondisinya sudah rusak 20-30 persen. Konon menurut cerita warga Lakkang, sebelum menyerah dan meninggalkan Lakkang, para tentara Jepang menghancurkan bungker-bungker tersebut agar tidak difungsikan lagi oleh sekutu. (Tulisan ini dikirim oleh nirwandessibali)