Tradisi Perjodohan yang Unik di Sumenep
Kamis, 4 Agustus 2016 - 12:23 WIB
Sumber :
- u report
VIVA.co.id
- Tradisi atau kebiasaan kerap masih terjadi di masyarakat Madura yang masih dianggap masyarakat tradisional, lazimnya dianggap aneh dan bahkan menjadi suatu hal yang lucu. Hal ini terjadi di masyarakat Madura khususnya Sumenep. Sumenep yang berada di ujung timur Indonesia ini mempunyai keberagaman budaya unik dan aneh.
Tidak akan tampak sesuatu yang aneh bila memasuki Kecamatan Sumenep, kecuali banyaknya tradisi masyarakatnya. Di tempat itu pula terdapat tradisi unik dan menarik, salah satunya yaitu tradisi pengantin anak. Pengantin anak di sini dilakukan layaknya pengantin biasa sebagaimana pengantin dewasa. Kegiatannya pun normal layaknya pengantin biasa.
Proses ini dilakukan dari mulai proses peminangan, pertunangan, hingga proses resepsi perkawinan. Namun, pengantin di sini tidak ada ijab kabul pernikahan. Karena pengantin anak memang dilaksanakan untuk anak yang masih belum pantas untuk melangsungkan pernikahan.
Gaya hidup masyarakat Sumenep seolah-olah menjadi beban untuk sekadar menunjukkan kepada penduduk sekitar bahwa dia mampu melaksanakan hajatan besar perkawinan anaknya meski si anak belum dapat melaksanakan ijab kabul dalam pesta perkawinan ini. Hal yang masih membekas sampai saat ini di Madura adalah anak yang ditunangkan dari kecil, bahkan ada yang masih dalam kandungan, namun sudah dijodohkan. Hal tersebut didasari dari hasil keputusan kedua belah pihak yaitu orang tua dan calon besannya dengan ikatan ucapan, "Bila nanti anakmu lahir dan sudah waktunya, akan kami minta untuk menjadi menantu kami." Kurang lebih seperti itulah pengikatnya.
Baca Juga :
Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong
Kebiasaan ini memang sudah turun temurun sejak nenek moyang. Perkawinan ini memang sangat tidak menguntungkan sebab dapat menahan pilihan sang anak. Namun, tradisi sering menjadi hal pembenaran. Sehingga di pelosok Kecamatan Sumenep ini sulit untuk menemukan laki-laki yang masih bujang atau perempuan yang masih gadis.
Keambiguan memang kerap kali terjadi terhadap orang-orang yang melihat hal ini. Di satu sisi bagaimana si anak dapat menggenggam haknya, namun di sisi lain kita berpikir bagaimana kita dapat melestarikan tradisi yang sudah turun temurun ini jika kita menolaknya.
(Tulisan ini dikirim oleh Lutfiyah, Sumenep)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Keambiguan memang kerap kali terjadi terhadap orang-orang yang melihat hal ini. Di satu sisi bagaimana si anak dapat menggenggam haknya, namun di sisi lain kita berpikir bagaimana kita dapat melestarikan tradisi yang sudah turun temurun ini jika kita menolaknya.