Pokemon Go dan Nostalgia Masa Kecil
- U-Report
VIVA.co.id – Dulu, ketika aku masih duduk di bangku taman kanak-kanak dan sekolah dasar, aku pernah bermimpi memiliki sebuah Pokemon. Wajar saja anak kecil sepertiku yang masih bocah, belum akil balig, dengan akal pikiran yang belum dewasa bisa bermimpi seperti demikian. Dulu Pokemon favoritku adalah Pikachu. Dengan bentuk dan fisiknya yang imut dan lucu mirip seperti seekor kelinci, tapi berwarna kuning, membuat aku dan adik-adikku sampai berebut untuk memilikinya. Padahal pikachu sendiri masih ada di dalam televisi, belum ada di depan hadapan kami secara nyata.
Sungguh benar-benar masa yang menyenangkan. Belum tahu apa-apa, masih bocah, dan masih berpikiran sempit. Namun, dengan berkembangnya teknologi, tenyata aku benar-benar bisa memiliki seekor Pokemon. Ya, aku sudah memiliki seekor Pokemon. Siapa lagi kalau bukan Pikachu. Lucu, imut dan manis, namun sayangnya itu hanya berada di dalam sebuah game, Pokemon Go.
Sejak pertama kali mendengar kabar kalau game Pokemon Go akan rilis di Indonesia, aku cukup berbahagia. Walaupun aku tidak memiliki sebuah smartphone yang canggih untuk memainkannya. Tidak membutuhkan smartphone yang canggih, tapi aku bisa menggunakan PC di warnet dengan aplikasi yang menyediakan game Pokemon Go. Baru pertama kali main, aku ingin mendapatkan Pikachu. Belum beberapa menit saja, aku sudah berhasil mendapatkannya. Pokemon lain aku abaikan karena yang aku inginkan hanyalah Pikachu.
Singkat cerita, setelah itu aku tidak memainkan game Pokemon Go lagi. Kenapa? Aku merasa suatu saat aku akan lebih dipermainkan oleh game Pokemon Go karena harus berlama-lama di warnet sambil duduk di depan PC untuk bermain Pokemon Go. Maklum saja aku tidak memiliki banyak uang untuk membeli smartphone canggih. Bahkan untuk meminta dengan orang tua saja aku segan, karena aku sadar akan usiaku yang sudah tidak seharusnya mengemis uang orang tua lagi.
Pikachu sudah aku dapatkan, lalu apa yang aku lakukan selanjutnya? Jelas saja aku kembali pada aktivitasku yang seperti biasanya. Menulis sebuah cerita untuk dijadikan sebuah artikel yang nantinya akan membuat aku sukses dan dikenal oleh banyak orang. Bermain Pokemon Go boleh-boleh saja, tapi ada baiknya kita tidak terlalu berlebihan memainkannya. Apalagi game Pokemon Go sendiri bukan hanya bisa dimainkan, tapi juga bisa memainkan kita. Sungguh bodoh jika kita mau-maunya dipermainkan oleh game yang seharusnya hanya kita mainkan saja.
Di Indonesia sendiri game Pokemon Go banyak disalahgunakan oleh para pemainnya. Ada yang sampai lupa sama teman, sahabat dan keluarga karena mereka hanya sibuk mencari monster Pokemon. Kalau sudah membahas game Pokemon Go, tidak akan ada habis-habisnya. Karena banyak dampak negatif yang akan kita dapatkan ketika bermain game Pokemon Go ini. Ada yang sampai melupakan tata krama dengan bertamu dan masuk ke dalam tempat tinggal seseorang hanya karena sibuk mencari Pokemon.
Hey, itu hanya game, hanya game! Bukannya iri karena tidak bisa memainkan game tersebut di keramaian orang banyak, tapi setidaknya sadarlah, jangan mau dipermainkan oleh game. Fenomena game Pokemon Go sudah mewabah, bahkan ada yang sampai mengajak teman-teman mereka berkumpul hanya untuk mencari monster pokemon. Niat awalnya memang ingin kumpul bareng, tapi malah sibuk sendiri dengan smartphone di tangan mereka. Game Pokemon Go seakan-akan sudah membodohi mereka yang memainkannya. Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Miris. (Tulisan ini dikirim oleh Ridho Adha Arie, Pekanbaru)