Inilah Pemimpin dan Rakyat dengan Jiwa yang Saleh
- DHA/ via REUTERS TV
VIVA.co.id – Yang menabur pasti akan akan menuai. Ada satu fakta yang tak terbantahkan soal Pemerintahan Turki saat ini. Saya tidak akan berkata ini adalah keutamaan Erdogan. Erdogan tidak bisa sendiri. Ini adalah kerja yang berjemaah dan penuh perjuangan. Pekerjaan berat yang tidak bisa dibuat dalam tahunan apalagi bulanan, harian, atau hitungan jam. Pekerjaan apakah itu?
Bukan membangun militer, bukan membangun teknologi tinggi, bukan membangun pelabuhan, atau terowongan bawah laut. Pekerjaan berat tersebut adalah membangun 17.000 masjid. Menghidupkan semangat keislaman, meningkatkan dakwah dan nilai-nilai akidah. Maka kerja puluhan tahun menuai hasil malam itu.
Di saat militer galau, antara membantu atau tidak. Ketika para akademisi masih gusar. Polisi masih menunggu perintah. Muazin malah mengambil peran. Suara azan menggema di tengah malam, mengejutkan jiwa kaum muslimin. Membangunkan jiwa-jiwa yang saleh dari tidurnya. Nun puluhan abad yang lalu, azan yang sama bersuara di tengah malam pernah pula menggema di bumi yang sama, di Turki.
Terkisah, seorang jelata yang dizalimi mengumandangkan azan di tengah malam. Tak lama kemudian, sang sultan datang menegakkan keadilan. Berabad kemudian, suara azan di tengah malam kembali menggema. Dan kali ini rakyatlah yang bangun untuk menegakkan keadilan atas kezaliman yang menimpa sang pemimpin.
Begitulah azan menjadi awal kisah haru dari tegaknya keadilan. Bila seorang pemimpin berjiwa saleh, cukuplah suara azan menjadi alasan baginya bangun dan menegakkan kebenaran dan keadilan. Pun hal sama bila rakyat berjiwa saleh, cukuplah suara azan menjadi penanda untuk maju dan meraih kemenangan.
Sungguh hanya jiwa yang mengerti makna "Ayo menuju kemenangan" yang mampu bergerak melawan ketidak adilan. Lalu di manakah kita? Adakah azan di tengah malam mampu membangunkan kita atau pemimpin kita? Atau malah kita sering tertidur ketika azan subuh berkumandang? Mari mengukur diri sendiri. (Tulisan ini dikirim oleh La Erwin, Makassar)