Selain Dimainkan Ternyata Game Juga Bisa Mempermainkan
- U-Report
VIVA.co.id – Game dibuat untuk mengisi waktu senggang atau menghilangkan penat dan capek. Game juga dibuat hanya untuk menghibur diri. Apalagi ketika seseorang sedang dalam keadaan sedang tidak karuan menghadapi masalah yang cukup rumit dan tidak bisa diselesaikan. Ya, dengan bermain game seseorang bisa melupakan masalah yang sedang dihadapinya. Masalah keluarga, sekolah, keuangan, dan juga masalah yang menimpa urusan percintaan masing-masing setiap orang.
Namun siapa sangka, ternyata game juga bisa mempermainkan mereka yang memainkannya. Point Blank contohnya. Bahkan game yang dibuat dalam mode perang, saling menembak satu sama lain itu bisa membuat seseorang sampai melupakan urusan duniawi. Anak sekolah banyak yang sampai bolos sekolah dan ke warnet hanya untuk bermain game tersebut. Bahkan mereka yang sudah bekerja juga sampai tidak masuk dan mengambil cuti dengan berbagai alasan. Mirisnya, ada yang sampai mencuri uang orang tuanya atau menjual barang yang dimilikinya hanya untuk membeli cash game tersebut.
Bukan hanya Point Blank saja, banyak game yang bisa mempermainkan mereka yang memainkannya juga. Namun bukan hanya mempermainkan, malah juga bisa membodohkan. Tetapi di balik itu, ada juga yang berpendapat kalau game bisa membuat seseorang menjadi pintar dan berpikir cepat. Contohnya, seseorang bisa mempelajari bahasa Inggris dengan sendirinya karena fitur-fitur yang disajikan tersaji dalam bahasa Inggris.
Dan yang sedang marak-maraknya di bulan Juli tahun 2016 ini adalah Pokemon Go. Game yang digadang-gadang bisa dimainkan di Indonesia ini ternyata memang bisa dimainkan di Indonesia. Fitur-fitur yang disajikan juga menarik, kreatif, dan unik. Banyak anak muda yang ingin memainkannya, dan bahkan adik sepupuku yang masih duduk di bangku sekolah dasar sampai ingin meminta dibelikan handphone yang bagus agar bisa memainkan game Pokemon Go tersebut.
Fitur-fitur yang disajikan memang menarik, kreatif, dan unik, tapi setidaknya haruslah juga memikirkan dampak negatif dari Pokemon Go tersebut. Seseorang yang mengaku-ngaku sebagai gamer, bisa jadi lebih banyak beraktivitas di luar rumah hanya untuk mencari monster pokemon di tempat-tempat yang sudah ditentukan oleh pembuat game tersebut. Yah, walaupun hanya monster virtual, tapi setidaknya sensasi yang dirasakan sangat menarik dan membuat orang-orang yang memainkannya jadi sangat berantusias untuk memainkannya lagi, lagi dan lagi.
Bahkan yang tadinya hanya sering bermain di warnet, jadi sering bermain di bukan warnet lagi. Bukannya iri karena tidak memiliki handphone yang bisa memainkan game tersebut, setidaknya aku sudah mencoba memainkannya menggunakan handphone temanku. Namun aku sadar, ternyata game Pokemon Go bukan hanya bisa dimainkan tapi juga bisa memainkan mereka yang memainkannya.
Ada yang sampai datang ke masjid hanya untuk mencari monster pokemon saja, ada yang pergi masuk ke rumah seseorang, pergi ke hutan-hutan, sungai, gunung, dan bahkan ada yang sampai pergi ke kuburan. Bukannya dapat monster pokemon, tapi malah dapat hantu, slenderman, pocong ataupun kuntilanak.
20 menit aku memainkan game Pokemon Go di handphone temanku, aku merasakan sensasi yang berbeda ketika bermain game yang sebelum-sebelumnya aku mainkan. Aku juga bisa merasakan impian yang dulu ketika kecil aku inginkan, yaitu memiliki monster pokemon. Namun aku sadar, Pokemon Go bukan hanya bisa dimainkan, tapi ternyata juga bisa mempermainkan aku dan juga mereka yang belum sadar kalau mereka telah dipermainkan. (Tulisan ini dikirim oleh Ridho Adha Arie)