Keseruan Sahur di Mess Awak Kereta Parung Panjang
- U-Report
VIVA.co.id – Nama saya Kaszak, usia 20 tahun, bekerja sebagai masinis commuter line di Unit Pelaksana Teknis (UPT) PT KAI Parung Panjang. Karena saya perantau, saya kos di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Jika ada dinas jaga antara pukul empat subuh hingga delapan pagi, saya menginap di mess kru Parung Panjang. Dan suasana mess ini berbeda saat bulan Ramadan tiba.
Di mess terdapat lima kamar untuk 25 personal siaga. Mulai dari masinis, asisten masinis, PPK, pos kesehatan, penyelia, hingga penjaga mess. Khusus bulan puasa, saat menginap di mess saya biasanya dipercaya memasak untuk sahur semua. Saya sendiri yang mengusulkan kepada atasan. Sebab mess berada di daerah perkampungan yang sulit mencari warung makan untuk sahur.
Buat saya hal ini tidak masalah karena peralatan memasak di mess lumayan lengkap. Sebelumnya saya sudah meminta kepada penjaga mess untuk membeli bahan-bahan yang akan diolah sebelum sahur. Menunya juga tidak terlalu rumit.
Tadi malam, saya membuat sayur sop, ayam goreng tepung, dan sambal tomat. Saya mulai memasak pukul satu dini hari dengan ditemani seorang kru (Budi) dan penjaga mess (Iwan). Kami bertiga memasak dengan senang hati. Saya yang memasak dan mengatur bumbu. Sedangkan Budi yang mengulek bumbu, dan Iwan memotong daging sambil memasak nasi.
Saya sendiri suka memasak karena sering masak di rumah dan terlatih saat ikut kepramukaan. Pukul tiga dini hari, biasanya masakan sudah siap. Kami yang terjaga kemudian membangunkan para penghuni mess. Meskipun ada yang yang masih ngantuk, mereka tetap lahap menghabiskan hidangan sahur. “Kurang banyak nih,” celetuk seorang teman. “Besok-besok lagi ya, dengan menu lain. Sambalnya lebih pedas,” komentar teman yang lain.
Alhamdulillah masakan saya disukai dan habis. Itulah yang membuat saya senang hati memasak di mess. Tidak masalah saya tidak tidur semalaman asal teman-teman senang dengan masakan saya. Saya juga senang dengan suasana sahur di mess karena terasa sekali kebersamaannya. Inilah yang kadang membuat saya bisa melupakan rasa kangen sahur bersama keluarga di Padang. Melihat rekan-rekan makan sahur dengan berbagai cara dan gaya, ada yang sambil nonton tv dan ada yang sambil ngobrol.
Beberapa jam lagi ada yang harus bekerja di lapangan. Sementara saya masih harus siaga di mess, sebelum tugas di lapangan setelah pukul delapan pagi. Di bulan Ramadan, para kru commuter line juga menjalankan ibadah puasa. Tantangan di pos dan lapangan tetap harus dihadapi dalam suasana Ramadan ini. Apalagi suasana mudik tinggal menghitung hari. Tugas kami para kru kereta api akan lebih berat lagi. Tapi kami semua tetap akan semangat memberi pelayanan terbaik untuk semua penumpang. (Cerita ini dikirim oleh Benny Rhamdani)