Mahasiswa Brawijaya Temukan Alat Produksi Yoghurt Cepat
- U-Report
VIVA.co.id – Yoghurt merupakan salah satu produk diversifikasi susu yang memiliki kandungan gizi dan harga jual yang tinggi. Banyak UKM-UKM yang memanfaatkan peluang tersebut menjadi usaha yang prospektif. Akan tetapi kebanyakan masih menggunakan metode konvensional yang cenderung kurang efisien dan efektif, di mana salah satunya ialah UKM Yoghurt Flamboyan Asli yang terletak di Kota Batu.
Hal tersebut yang melatarbelakangi lima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya yakni, Khairy Fadhillah (TIP 2014), Falta Umi Rosyidah (TIP 2012), Kiki Gustinasari (TL 2012), Joko Tri Rubiyanto (TIP 2014), dan Virna Irda Palupi (TIP 2014) melalui PKM-T DIKTI 2016 membuat alat yang bernama SACEF.
Teknologi Smart Controlled Fermenter merupakan fermenter yang dilengkap dengan sistem kontrol logika fuzzy dan mikrokontroler ATMega32 yang digunakan untuk meningkatkan mutu yoghurt. Dalam proses produksinya, UKM Yoghurt Flamboyan Asli mampu memproduksi yoghurt 100L/hr dan area pemasarannya telah mencakup Kota Surabaya.
Namun, UKM ini mengalami permasalahan di mana proses fermentasi berlangsung sangat lama, 9-18 jam. Selain itu, kualitas yoghurt yang dihasilkan juga tidak optimal karena temperatur yang tidak stabil. Proses fermentasi merupakan proses yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi, sehingga desain sistem kontrol klasik akan sulit untuk diterapkan.
SACEF berperan dalam mengendalikan suhu proses fermentasi. Logika fuzzy akan mengontrol setiap perubahan suhu yang terjadi, kemudian mengintegrasikan pada mikrokontroler ATMega32 untuk memberikan perintah heater/pemanas untuk mengurangi atau menambah intensitas panas agar tetap stabil pada suhu 40-45C.
Proses fermentasi ini berlangsung lebih cepat, yakni 6 jam. SACEF memiliki kapasitas sebesar 50 L dan dilengkapi dengan pengaduk otomatis. Apabila dibandingkan dengan metode konvensional, produktivitas akan meningkat 50 persen. Selain itu, kualitas mutu dari yoghurt juga meningkat seiring dengan teknologi food grade yang diterapkan. (Tulisan ini dikirim oleh Virna Irda Palupi, TIP/Univ.Brawijaya)