Pengalaman Ikut Handshake Event JKT48
- VIVAlife/ Shalli Syartiqa
VIVA.co.id – Apa sih definisi Wota? Kalau saya baca dari berbagai sumber, Wota itu diambil dari kata W(OTAku) dan bisa diartikan sebagai orang-orang yang mempunyai dedikasi tinggi untuk mendukung dan mengikuti perkembangan idola mereka. Antusiasme mereka lebih tinggi dari sekadar fans biasa. Contoh karakteristik seorang Wota: Punya lagu-lagu idola, punya poster idola, melakukan teriakan dan gerakan khusus (chant + wotagei) saat menonton idola mereka perform, dan memakai kaos bergambar idola mereka.
Kalau di Indonesia, Wota itu identik dengan fans JKT48. Walaupun banyak fans yang tidak suka kalau dirinya disebut Wota karena di negara asalnya Wota justru berkonotasi negatif. Dari karakteristik di atas, apakah saya (Stefanus Sani) bisa dikategorikan sebagai seorang Wota? Tentu saja tidak karena saya enggak ngefans sama group idol apapun. Paling saya simpan sih 1-2 lagu idol di HP yang setiap hari saya dengarkan kalau lagi putar-putar keliling naik sepeda.
Tapi, kali ini saya mau cerita kalau saya pernah terjebak menjadi seorang Wota gadungan. Tidak ada kode, tidak ada kabar, tidak ada berita sebelumnya, tiba-tiba seorang teman saya telepon dan mengajak saya datang ke Balai Kartini. Awalnya saya bingung, memang ada acara apa di Balai Kartini? Kalau ada Toys Fair, saya mau banget secara saya adalah pecinta Action Figure dan Toys. Tapi kok anehnya enggak ada heboh-heboh di twitter. Biasanya kalau ada Toys Fair pasti di twitter sudah heboh.
"Enggak, pokoknya loe ikutan aja deh. Kita nonton konser. Tenang, bukan konser band alay kok. Bukan konser band-band metal yang teriak-teriak gak jelas," rayu teman saya. "Konser apaan sih? Gue males kalau terlalu banyak orang," kata saya yang memang tidak terlalu suka berada di tempat keramaian. "Udah loe ikut aja. Gue jemput jam 9 pagi, loe pakai baju yang ganteng ya!".
Jam 9 pagi akhirnya saya benar-benar dijemput oleh teman saya. Dia pakai baju merah bertuliskan JKT48 Fans. “Tunggu-tunggu, jadi kita ini mau nonton konsernya JKT48?” Teman saya cuma tersenyum dan dengan penuh kebingungan serta banyak pertanyaan saya pun menurut saja teman saya itu mau kemana. Dan dugaan saya ternyata benar. Sesampainya di Balai Kartini, saya lihat banyak gerombolan remaja memakai baju merah, dengan tangan memegang lightstick yang biasa dipakai untuk nonton konster. Ada juga yang bawa-bawa spanduk berbau JKT48.
Ternyata teman saya datang ke sini bukan buat nonton konser JKT48, tapi buat ikutan event 'handshake' dengan para member JKT48. Setelah dapat penjelasan, saya baru tahu kalau setiap kita beli CD konser JKT48, di dalam CD itu ada kupon buat ikutan event 'handshake'. 1 kupon nilainya setara dengan 10 detik buat salaman. Kalau loe punya 5 kupon (yang berarti harus beli 5 CD yang sama) loe punya kesempatan 50 detik buat berjabat tangan dengan oshi (idola).
Sebentar-sebentar, jadi saya, Stefanus Sani, dengan usia yang sudah cukup-cukup-cukup dewasa ini harus nemenin teman saya ngantri terus ikutan salaman sama member JKT48? OMG! Saya kok jadi lebih mirip om-om, enggak tahu umur ya?.
Teman saya kebetulan punya 10 kupon, dan dia bilang bakalan pakai kupon itu buat beberapa sesi 'handshake' bersama Melody dan Nabilah. Kita hitung-hitungan sebentar. Buat dapat 1 kupon, kita harus beli 1 CD. 1 CD itu kalau tidak salah harganya 40 ribu. Itu artinya, teman saya menghabiskan uang sampai 400 ribu buat bisa menjabat tangan Nabilah.
Oke, kita kesampingkan dulu deh soal hitung-hitungan, karena yang pasti saya dapat 2 kupon (20 detik) dari teman saya buat ikutan sesi 'handshake' bersama Nabilah. Temen saya cerita dengan menggebu-gebu bagaimana pas pertama kali dia ikutan event 'handshake'. Dia tidak bisa tidur dan senyum-senyum sendiri karena bisa menjabat tangan si Melody. Dia pun sampai tidak cuci-cuci tangannya dalam jangka waktu yang lama.
Apakah saya juga akan mengalami syndrome yang sama? Senyum-senyum sambil terus lihatin tangan gara-gara bisa salaman sama member JKT48 yang pasti wangi-wangi itu? Saya sekarang sedang berada dalam antrean buat 'handshake' bareng Nabilah. Setelah kupon saya diverifikasi, kini giliran buat saya antri. Saya tengok-tengok ke belakang, kok saya mirip om-om girang yang enggak tahu diri, ikutan antri berbaur dengan anak remaja untuk bisa salaman sama member-member yang lebih pantes dijadiin adik.
Saya nguping Wota yang antri di depan saya, dia bilang kalau dia bakalan Beat Box di depan Nabilah. Keren juga nih orang. Belakang saya bilang kalau dia bakalan nyanyi lagu AKB48 (Sister Group JKT48) pakai bahasa Jepang. Teman saya bilang kalau dia mau nge-dance di depan Nabilah. Terus saya mau ngapain? Beat Box enggak bisa. Ngedance apa lagi. Masa iya saya harus nyanyi lagu Jepang di depan Nabilah? Satu-satunya lagu Jepang yang saya tahu cuma lagu Baling-baling Bambu-nya Doraemon. "Loe ajak ngobrol aja soal Theater. Soal Renai Kinshi Jourei, Boku no Taiyou, Pajama Drive," kata teman saya sok tahu. Aduh, istilah apa itu, makin enggak paham saya.
Setelah antre cukup lama, akhirnya giliran saya buat 'handshake' bareng Nabilah. Sebelum 'handshake', saya dikasih cairan pencuci tangan biar steril pas salaman. Dan entah kenapa saya jadi deg-degan dan berkeringat dingin. "Halo Kak, apa kabar?" kata Nabilah di hadapan saya. Hihihihihi, saya dibilang kakak sama si Nabilah. "Kabar baik. Nabilah apa kabar? tanya saya sok imut. "Baik, Kak." Krik krik krik.....Bingung mau ngomong apa lagi. "Nabilah suka WWE?" tanya saya asal. "WWE itu apa?" tanya Nabilah bingung. "WWE itu SmackDown bil, yang ada John Cena, The Rock." kata saya antusias. "Nabilah enggak tahu tuh Kak." Krik...krik...krik..Suasana hening.
"Ya, waktu habis. Next!" suara sekuriti terdengar. "Sukses terus ya Nabilah. Kakak akan selalu dukung kamu," ucap saya. "Iya kak, makasih" jawabnya. Perasaan, saya kok bodoh banget ya nanyain soal WWE ke Nabilah. 20 detik sudah berlalu. Rasanya sih biasa saja ya. Mungkin karena saya bukan fans-nya jadi ya rasanya biasa saja kayak salaman sama cewek cantik.
Berbeda dengan teman saya yang habis salaman sama Nabilah mukanya senyum-senyum nyaris mimisan. Tangan yang bekas salaman dielus-elus terus dan parahnya, dia mau beli CD lagi biar bisa salaman sama Nabilah lagi.
Saya pun diajak lagi buat antre biar bisa salaman sama Melody. Tapi saya tolak karena malas antre. Saya lebih milih keluar, cari tukang ketoprak buat makan sambil nungguin teman saya. Jadi? Begini toh rasanya jadi Wota. (Cerita ini dikirim oleh Stefanus Sani, Bandung)