Menantu Kepala Stasiun Itu Kini Jadi Menteri
- Moh. Nadlir/ VIVA.co.id
VIVA.co.id – Saya pernah naik kereta bareng dengan Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo. Saat itu, Tjahjo hendak berkunjung ke Purwokerto untuk menghadiri rapat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah se-Kabupaten Banyumas. Saya salah satu wartawan yang diajak meliput kunjungan kerja tersebut.
Saat kereta sedang menuju Stasiun Purwokerto, tiba-tiba Menteri Tjahjo mendatangi wartawan yang ikut dalam kunjungan kerjanya. Ia pun kemudian mengajak mengobrol kami. Salah satu yang diceritakannya dalam obrolan di atas kereta adalah tentang kenangan dia saat masih menjadi anggota DPR. Katanya, naik kereta baginya seperti bernostalgia.
Dulu, saat awal-awal menjadi anggota dewan di era Orde Baru, setiap pulang ke Semarang, kereta jadi andalannya untuk mudik. Ketika itu seluruh keluarganya belum ia boyong ke Jakarta, tapi masih tinggal di Semarang. Maka, setiap akhir pekan ia bergegas ke stasiun kereta untuk pulang melepas rindu dengan anak istrinya. "Dulu setiap pulang ke Semarang, saya selalu naik kereta. Jadi kalau sekarang naik kereta, ya sambil nostalgia," katanya.
Kereta menjadi pilihannya karena ongkosnya murah. Gajinya sebagai anggota dewan ketika itu tak sebesar sekarang. Dulu, ia masih ingat, gajinya sekitar 900 ribuan. Jadi ia lebih memilih kereta ketimbang pesawat. Sebab, harga tiket pesawat ke Semarang saat itu sekitar 100 ribuan. Dan, ketika itu belum ada maskapai low budget. "Selain itu juga, ketika itu semua anggota DPR diberi kupon tiket kereta dari perusahaan kereta. Kuponnya berlaku satu tahun. Daripada mubazir, ya saya manfaatkan. Saat itu sebagian besar anggota DPR berasal dari Pulau Jawa," tutur Tjahjo.
Namun, menurutnya naik kereta tak senyaman sekarang. Dulu, beberapa kali ia merasakan umpel-umpelan dalam kereta. Ia juga masih ingat pernah terjebak banjir di stasiun kereta Cirebon. Tapi sekarang naik kereta tak lagi sesusah dulu. Tak ada pengamen atau pengasong. "Dulu, Stasiun Cirebon itu suka banjir," kata Tjahjo.
Ternyata soal kereta ada cerita lain. Mertua Tjahjo atau ayah istrinya, Erni Guntarti, adalah seorang kepala stasiun. Mertuanya itu pernah menjadi kepala stasiun Tegal. Pernah juga menjadi kepala stasiun Semarang. "Mertua saya ini pernah menjadi kepala stasiun," ujar Tjahjo.
Wah, saya pikir mertuanya pasti bangga karena kini menantunya sudah jadi menteri. Menteri dalam negeri pula, salah satu menteri yang bisa dikatakan tangan kanannya presiden. Karena menurut konstitusi, bila presiden atau wakil presiden misalnya berhalangan, maka yang menjalankan roda pemerintahan adalah tiga menteri yang disebut triumvirat. Salah satu dari triumvirat itu adalah mendagri. Dua lainnya, menteri luar negeri dan menteri pertahanan. (Cerita ini dikirim oleh Langitrakeyan)