Memilih Design Grafis untuk Bertahan Hidup

Ilustrasi
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Pagi itu masih sepi. Masih sunyi. Seorang gadis berjalan perlahan. Menapaki satu demi satu anak tangga. Tubuhnya sedikit ringkih, namun kuat menahan beban. Sesampainya di atas, ia sibuk mencari kunci. Ya, ia menjadi orang yang pertama datang. Hampir setiap pagi, hampir setiap hari.

Wahai Orang yang Tidak Berpuasa, Hormatilah Bulan Ramadan

Sosok gadis yang satu ini sangat spesial. Seni menjadi satu bagian penting dalam hidupnya. Ide-ide begitu mengalir deras dalam pikirannya. Namun, ia harus bertahan hidup, menunda mimpi besarnya dan berjuang di kehidupan normal. Keterbatasannya sama sekali tak menghalangi apa pun. Ia memang berbeda, namun bertalenta.

Namanya Amanta, gadis yang kini terjun di dunia design grafis. Membuat sampul buku, poster, dan hal-hal yang berbau desain sudah ia tekuni usai berkuliah. Ia menjadi begitu lihai di bidangnya bukan tanpa cerita. Amanta harus membuktikan pada dunia bahwa dia bisa seperti yang lainnya.

Jadi Dewa Mabuk Sehari

Amanta awalnya lahir normal, tapi suatu virus menyerangnya saat bayi. Virus tersebut menyebabkan gangguan padanya, salah satunya adalah tidak bisa berbicara normal. Namun, tumbuh berbeda dengan kembarannya, pemilik nama lengkap Amanta Nathania Putri ini sudah menyukai dunia seni sejak kecil. Hobinya menggambar. Kembarannya, Amadea Vania Putri pun menyukai hal yang sama.

Tapi Amanta harus menunda hobinya itu, ia harus fokus mengejar prestasi di kelas. Ranking yang menurutnya hanya semu semata. Amanta sejak sekolah dasar memilih menempuh pendidikan di sekolah umum, bukan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus. Beruntung, sekolahnya sangat mendukung dan memahami apa yang sebenarnya dibutuhkannya. Dari SD hingga SMA, Amanta berjuang di atas keterbatasannya, membuktikan pada dunia bahwa ia bisa.

Ramadan sebagai Rekonstruktor Social Behavior

“Jadi, waktu SMA justru aku mulai berhenti gambar karena mengejar nilai ranking. Ingin menunjukkan ke orang-orang bahwa aku bisa walaupun punya kekurangan fisik,” cerita Amanta. Sampai akhirnya memasuki dunia perkuliahan, Amanta pun mulai berdiri di atas kakinya sendiri. Kedua orangtua Amanta sadar bakat yang dimiliki anaknya dan sangat mendukungnya berkuliah. Amanta yang berkuliah di Institut Teknologi Nasional (Itenas), Bandung ini mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual.

Sebenarnya, Amanta memiliki ide-ide cemerlang untuk menggambar. Namun, saat mengeksekusi idenya tidak seperti yang diharapkan. Ide amanta biasanya akan dieksekusi dengan baik oleh kembarannya, Amadea.  “Amadea kurang berani berimajinasi tapi gambarnya rapi dan tipe orang yang perfeksionis, aku menyebutnya satu paket. Aku konseptor dan dia eksekutor,” ungkap Amanta. Tapi kembarannya itu sekarang berpindah haluan dan lebih memilih bidang sastra.

Ia sendiri mengaku bahwa ia menjalani profesi design grafis dengan sedikit keterpaksaan. “Design grafis memberikan ruang baru bagi para seniman untuk berekspresi tapi tetap bisa dapat penghasilan. Untuk itu aku memilih desain grafis, karena bagaimana pun setiap individu harus mampu bertahan hidup,” ungkap Amanta.

Kini, gadis yang lahir tanggal 10 Oktober 1988 ini cukup menikmati profesinya di bidang Desain Komunikasi Visual. Walaupun masih berharap menemukan eksekutor yang tepat untuk menuangkan ide-idenya. (Cerita ini dikirim oleh Dianafril, Jakarta)

Hari pertama saat berlangsungnya Mubes HIMSI UMI, Makassar.

Musyawarah Besar Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris UMI

Acara besar ini akan berlangsung selama dua hari.

img_title
VIVA.co.id
15 Juni 2016