Dia Alay, Saya Tidak, Kamu?
- U-Report
VIVA.co.id – Banyak yang kalau berteman sama anak 4L4Y (dibaca alay) adalah musibah. Musibah karena dari gaya ngomongnya, gaya menulisnya, gaya berpakaiannya (maaf) kampungan. Tapi anehnya, buat si alay itu, mereka bilang kalau tidak ada yang salah dengan gaya alay mereka.
Tidak ada yang salah? Sejujurnya sedikit menjadi “beban” kalau kenal sama mereka. Contoh kecilnya, mulai dari gaya mereka menulis chat, “S4N, ‘tar tmu di d4G0 y4? By F!TR! cU4k3P” tentu saja butuh waktu 5 menit untuk mencerna maksud dari sms itu. Sesuatu yang mudah pun seolah menjadi sangat sulit gara-gara chat alay seperti itu. Saya balas, “Sms-nya pakai bahasa biasa saja”. Eh, dia malah membalas “D4s4r G4K G4U! Loe!” Bahkan untuk memaki-maki saya pun, si alay itu masih membalas dengan bahasa alay. Ckckckckck.
Suka tidak suka, saya juga punya teman alay. Ke-alay-an dia semakin bertambah sejak tiap pagi dia ikutan menjadi figuran di acara-acara musik yang saban hari tayang di TV. Itu loh, para penggembira yang kerjaannya joget-joget di belakang si penyanyi. Mending kalau goyangannya pas dan enak ditonton, lah ini?
Tapi kalau dipikir-pikir, menjadi penonton bayaran kayak gitu ternyata banyak untungnya. Pertama, bisa masuk TV buat orang yang hobinya narsis di TV. Kedua, dapat uang sekitar 50-80 ribu sekali tampil (coba hitung kalau dia tampil di 3 stasiun TV berbeda di hari yang sama) dan ketiga, bisa nempel-nempel sama artis pujaan.
Makin kesini, tetangga saya itu kalau diperhatikan semakin alay saja. Gayanya yang dulu biasa saja sekarang cenderung abnormal. Foto PP-nya di facebook pun diubah. Kalau dulu foto awalnya menurut saya standar saja, sekarang diubah menjadi foto dia sedang bertelanjang dada (cuma pakai jaket kulit yang tidak dikancing) sambil megang gitar dan menghisap rokok. Mulut dimanyun-manyunin dan tangan kiri megang kamera yang difoto lewat cermin.
Dan yang paling parah adalah nama akun facebook-nya yang sekarang menjadi alay banget. Namanya menjadi “SK4T3 pUnK c4y4Ng K4mU S3l4lu”. Gila bener, nama pemberian orang tua diubah menjadi nama alay. “Skate Punk sayang kamu selalu?” Setahu saya dia tidak pernah main skate, kok bisa-bisanya mengklaim sebagai seorang skater punk? Dan saya perhatikan, kalau dia lagi bikin status, statusnya tidak kalah alay dibanding namanya. Contoh status yang sering dia buat seperti, “Pngen M4k4n”, “Ng4ntuk”, “M4k4n M4l4m”, “T!dur Si4ng”. Apaan itu? Status kok cuma seemprit begitu.
Dan parahnya, status yang seemprit begitu, ada saja yang nge-like. Status dia yang isinya cuma tulisan “NG4NTUK”, ada 30 orang yang nge-like. Pas saya lihat siapa-siapa saja yang nge-like, pantas saja di-like karena yang nge-like itu yang nama facebook-nya kayak begini, “gazerockiins Screaminhisbeautifullydarkness”, “Reza'Javierchicharitohernandez CriistianoRonaldodossantos”, “Siienonaletthacinttana'triez Alloehkacibbung Rattunacemottzz”, “edward kakaicezzondeoliverialovebieber”.
Jujur, saya juga suka banget sama yang namanya sepak bola, tapi tidak pernah sekalipun dalam hidup saya buat mengubah nama saya menjadi “Sani EdinsonCavaniEzequielLavezzi” atau “Sani TheRockIfYouSmelllllllWhatTheRockIsCooking”. Sepertinya ada peraturan tak tertulis kalau sesama alay harus selalu nge-like status si alay yang lainnya.
Lanjut, lanjut. Kebetulan banget yang bikinin facebook tetangga saya yang kini menjadi alay itu adalah saya sendiri, dan sedikit-sedikit saya masih ingat password-nya. Saya coba ingat-ingat sambil coba-coba password facebook dia, dan setelah beberapa kali mencoba akhirnya saya pun bisa menjebol passwordnya. Saya ingat banget kalau password dia itu adalah alamat rumahnya sendiri.
Tenang, saya bukan orang enggak tahu diri yang akan mengubah nama facebook dia atau mengganti foto PP-nya menjadi gambar-gambar tidak bermoral. Yang ingin saya lakukan adalah melakukan sedikit tindakkan untuk menyadarkan dirinya biar tidak alay lagi. Setelah berpikir keras, inilah debut status yang saya buat khusus untuk tetangga saya itu, “Ya Tuhan, jauhkanlah hamba-Mu dari segala kenajisan yang sering aku lakukan, aku ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik mulai sekarang”.
Saya tinggal sebentar buat mandi, 15 menit kemudian saya cek laptop dan melihat status itu lagi. Ternyata yang nge-like sudah ada 20 orang dan banyak banget yang berkomentar. Lucunya, ada yang komentar, “Baguslah kalau kamu sekarang sudah sadar akan kesalahanmu, tetap semangat ya”, dan itu komentar dari seorang cewek. Lucunya, tetangga saya itu balas lewat komentarnya, “Terima Kasih, sekarang saya sudah sadar”. Ada juga yang komentar, “Status kamu dalem banget” dan dijawab oleh tetangga saya, “Sama-sama, thanks buat jempolnya”.
Hallo, yang bikin statusnya kan saya? Hahahahaha. Saya sih sama sekali enggak butuh pengakuan, tapi jujur saya ngakak banget melihat komentar-komentar dia. Saya seolah menemukan keasyikkan tersendiri buat ngerjain (baca:menyadarkan) teman saya yang alay itu.
Sore harinya, kebetulan saya berpapasan dengan tetangga saya itu. Untuk membuka pembicaraan, saya godain dia sedikit, “Ckckck, statusnya dahsyat. Kok bisa bikin status kayak begitu?” tanya saya sambil menepuk pundaknya. Dia menjawab, “Ah biasa aja, De. Lagi pengen bikin status kayak gitu”. Uhuk, geli banget saya mendengarnya.
Sambil menepuk pundaknya, saya pun beranjak masuk ke rumah. Saya menyalakan laptop lagi, dan masuk ke facebook dia. Tangan sudah geregetan buat mengganti statusnya. Berpikir sebentar, akhirnya saya menemukan status yang pas buat dia, isinya “Tuhan, mengapa setiap aku berkaca di cermin, aku menemukan sosok pribadi yang penuh dengan kenajisan, kapankah ketika aku berkaca aku mendapati pribadi yang saleh?”
Saya cekikikan melihat status dia, dan tidak sampai 10 menit sudah ada 9 orang yang nge-like. Saya juga ikut nge-like dan tulis komentar, “Statusnya luar biasa. Calon Mario Teguh junior”. Tidak lama setelah itu, tetangga saya sms. Isi sms-nya “De, perasaan saya enggak nulis status kayak gitu. Kok bisa ada di facebook saya sih?” Saya cekikikan gila-gilaan sambil mukul-mukul bantal. Hahaha, jadi orang jahil memang ada enaknya.
Saya balas sms dari dia, isinya “Ah, yang bener? Hati-hati fb-mu kayaknya di-hack tuh sama orang jahat. Hati-hati ya.” Perkiraan saya, dia bakal balas “Ok, thanks infonya” atau “Bagaimana cara mengubah password di fb?” Eh, enggak tahunya sms balasan dari dia isinya, “Apaan itu di-hack De?”
Tiga hari kemudian ternyata password dia sudah diganti, dan kayaknya sudah saatnya buat saya menghentikan segala kegilaan ini. Status dia pun kembali ke awal, yang isinya cuma “mau mandi”, “mau makan”, “dimarahi mama”, “mau pergi”, dsb. Tapi gara-gara saya ngejahilin si alay itu, entah kenapa saya mulai terpikir buat mengganti nama facebook saya menjadi “Sani iNgIn d!c4y4Ng C3l4lu” atau “Sani Loverforeverbangetdech”. Oughhh! (Cerita ini dikirim oleh Stefanus Sani, Bandung)