Selamat Jalan Sahabatku
- U-Report
VIVA.co.id – Namanya adalah Indah Ayudiya. Saya kenal dia sejak duduk di bangku SMP kelas 2 (sekarang saya sudah kuliah semester 6). Kami bersahabat sejak saat itu. Dulu saya dan dia tidak sekelas, tapi kita akrab karena kita satu tempat bimbel dan akrab di tempat bimbel. Pada saat masuk SMA, saya dan Indah sekolah di tempat yang berbeda, namun pada saat naik kelas 2 SMA, dia pindah ke sekolah saya.
Singkat cerita, dia masuk ke kelas saya dan kami pun duduk sebangku. Tiap hari saya dan dia selalu bersama. Pulang sekolah, saya sering sekali menghabiskan waktu dengannya di rumahnya. Tiap hari kita sering pulang naik becak bareng, walaupun tidak searah. Nanti becaknya turun ke rumahku dulu baru ke rumah dia.
Masa-masa SMA-ku sungguh hebat karena ada dia. Saya yang orangnya cerewet, tapi penakut, dan dia orang yang cuek, tapi berani. Hal itu menambah intonasi yang hebat di masa SMA-ku. Pernah sekali, saya dan dia sedang asyik mengobrol pada saat jam pelajaran. Guru kami terganggu dan dengan segera dia mengusir kami dari kelas. Baru saja saya mau mengucap kata maaf, Indah sudah berdiri dan mengajak aku keluar dari kelas. Itu salah satu contoh berani yang saya maksud.
Hal-hal lainnya, ya ,sewajarnya anak SMA. Hal konyol juga sering terjadi di antara kami. Misalnya saat mau berangkat sekolah, deodoran saya habis. Pasti saya langsung telepon dia minta dia membawakannya ke sekolah. Pernah juga saat saya naksir seorang kakak kelas, dia membantu saya untuk memberikan cokelat kepada kakak kelas tersebut. Hal yang menyenangkan di masa sekolah.
Saat memasuki bangku kuliah, saya hijrah ke Jakarta dan dia tetap tinggal di Makassar. Tapi kita tidak pernah hilang kontak. Setiap saya pulang ke Makassar, tiada hari tanpa bermain dengan dia. Pada liburan semester, tepatnya September 2015, dia mengajak saya dan sahabat saya yang lain liburan bersama ke pantai. Di sana kita bersenang-senang dan bahagia sekali. Pada saat itu dia sudah selalu mengeluh sakit, tapi kubilang, "halahhh, loe itu males doang. Karena loe males, jadinya badan loe sakit. Makanya gerak dan keluar rumah."
Setelah habis liburan, saya pun kembali ke Jakarta. Pada saat yang sama, terdengar kabar bahwa Indah masuk rumah sakit. Dia leukimia, dan seminggu setelah divonis leukimia akhirnya dia meninggal.
Tuhan, ini rasanya pedih sekali. Kenapa ia pergi begitu cepat? Sekarang ia telah tenang di alam sana, ringan badannya karena tidak kesakitan lagi. Selamat jalan sahabatku, senyummu selalu melekat jelas di dalam benakku. (Cerita ini dikirim oleh Rahmilawanti Gaffar)