Sepenggal Kisah Kartini Jatuh Sakit
- U-Report
VIVA.co.id – Raden Ajeng Kartini adalah Pahlawan Wanita Indonesia. Beliau puteri R.M.A.A. Sosroningrat, Wedono (asisten kepada daerah) Mayong, kemudian menjadi Adipati Jepara, Jawa Tengah, pada zaman Belanda.
R.A Kartini lahir di Mayong, Jepara, 21 April 1879. Menikah dengan R.M.A.A.Joyodiningrat, Adipati Rembang yang sudah beristri tiga orang.
Ketika R.A. Kartini tengah hamil tua, sempat menulis dan mengirim surat pada sahabatnya, Ny Abendanon, istri Tn.Abendanon, Menteri Pendidikan Belanda. Dalam suratnya, antara lain R.A. Kartini menulis, ".... Nanti jika aku melahirkan bayi perempuan, umurku akan bisa berlanjut. Tetapi jika aku melahirkan bayi lelaki, maka aku akan lekas tiada....."
R.A. Kartini melahirkan anak pertama lelaki, RM Soesalit (susah wiwit/sejak alit/kecil), 13 September 1904. Empat hari kemudian, 17 September 1904, R.A. Kartini wafat. Konon, akibat perdarahan saat persalinan.
Beliau dimakamkan di Desa Bulu, Mantingan, 22 Km Selatan Rembang. Ternyata R.A. Kartini akurat memprediksi saat maut menjemputnya. Dibuktikan dengan suratnya yang ditujukan Ny.Abendanon.
Kisah lain tentang R.A. Kartini, dituturkan seorang Tionghoa bernama Sugandi (90 tahun), Ketua Yayasan Pusaka yang mengurus Klenteng "Hian Thian Siang Tee" (Dewa Obat) di Welahan, Jepara.
Sugandi merujuk risalah lama yang menyebut, semasa kanak-kanak R.A. Kartini nyaris tewas, akibat penyakit sangat parah yang dialaminya. Dokter Belanda diundang R.M.A.A. Sosroningrat ke rumah Kadipaten untuk menyembuhkan R.A. Kartini, namun angkat tangan.
Kebetulan saat itu seorang lelaki Tionghoa, status nara pidana, dipekerjakan sebagai tukang sapu di halaman Kadipaten Jepara, melihat kepanikan di "Ndalem Kadipaten". Lelaki itu usul, agar R.A. Kartini dimintakan obat di Klenteng Welahan.
Kurir khusus dengan menunggang kuda, diperintah R.M.A.A. Sosroningkat ke Klenteng Welahan. Klenteng memberi "abu" dari tempat abu (Hiolo) altar "Dewa Obat". Ternyata dengan abu itu, R.A. Kartini sembuh dari sakit parah dan terselamatkan. (Tulisan ini dikirim oleh Heru Christiyono Amari, Pati, Jawa Tengah)