Alasan Mengapa Nokia dan Kodak Bangkrut

Perusahaan Nokia
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Siapa tidak mengenal gadget Nokia? Sebuah perusahaan telepon raksasa yang merajai pasar global selama 14 tahun. Nyaris semua orang pernah memiliki alat komunikasi nirkabel ini. Kedigdayaannya dalam pasar telepon seluler membuat Nokia nyaris tak memiliki saingan. Namun, siapa sangka, pada 3 September 2013 lalu kabar mengejutkan datang dari perusaahaan Finlandia ini. Unit bisnis perangkat dan layanan Nokia dibeli oleh Microsoft seharga 7,2 miliar Dollar AS. Seluruh brand yang pernah diusung Nokia akan beralih menjadi Microsoft.

Itharaa Alkhair Berkomitmen Berikan Pelayanan Terbaik Bagi Jemaah Haji

Cerita sama mengenaskan juga datang dari perusahaan raksaksa fotografi, Kodak. Era kepopuleran kamera dengan pita film kala itu membuat Kodak benar-benar sukses merajai dunia fotografi. Hampir setiap studio foto memasang spanduk dengan tulisan Kodak. Namun, sayangnya kesuksesan Kodak menjadi perusahaan fotografi tergerus dengan era digital. Kamera digital yang ringan dan praktis membuat orang di seluruh dunia perlahan meninggalkan pita film.

Yang paling anyar adalah kabar terseok-seoknya Riset In Motion (RIM) Blackberry. Smartphone besutan negara Kanada ini pernah menjadi sebuah gaya hidup pada tiga sampai empat tahun lalu. Tidak sedikit masyarakat yang rela merogoh dalam koceknya demi sebuah telepon seluler. Bahkan pada tahun 2011, perusahaan ini membuka bazzar dengan memberikan potongan 50 persen untuk menarik pembelinya. Walhasil ribuan orang memenuhi tempat itu untuk mendapatkan harga sekitar 2,3 juta dari harga awal 4,5 juta.

COP29, BNI Ungkap Peran Strategis Perbankan Akselerasi Transisi Hijau di Indonesia

Kesuksesan Blackberry juga dapat dilihat dari banyaknya perusahaan yang meniru tampilan Blackberry dengan keypad qwerty. Sayangnya kesuksesan ini tidak berlangsung lama. Salah satu layanan paling tersohor besutannya, Blackberry Messanger tak hanya dapat dinikmati pengguna handphone Blackberry saja, Namun juga platfom iOS dan Android. Parahnya perusahaan ini juga memberhentikan 40 persen karyawannya.

Di Amerika sejumlah perusahaan media cetak juga mengalami keadaan serupa. The New York Times, salahsatu media besar di Amerika Serikat memilih untuk memotong jumlah oplah yang mereka terbitkan. Minimnya pemasokan dari koran membuat The New York Times memilih untuk menyewakan sebagian kantornya untuk membantu biaya operasional.

Curhat Advokat Zuhesti Prihadini Terjerat Pidana Padahal Jalankan Tugas dari Atasan

Hal yang sama juga dialami surat kabar Tribun. Rendahnya pemasukan iklan dari koran membuat perusahaan ini mengajukan perlindungan pailit pada Desember 2008. Beruntungnya, dua perusahaan ini sudah mengantisipasi jauh hari dengan membuat portal berita online untuk mengikuti perkembangan zaman. Menjadi besar dan memiliki nama adalah sebuah tantangan.

Cerita di atas bukan hanya dongeng menakutkan untuk perusahaan namun juga untuk semua kalangan. Pemilik Nokia jatuh bangkrut karena kesombongannya. Ia pernah berikrar tidak akan memakai platform Android dan memilih mengembangkan sendiri gadget Nokia-nya. Tak berkembang, kemudian berkolaborasi dengan Microsoft justru menjadi boomerang bagi Nokia. Nokia mengaku menyerah dan menjual pada Microsoft.

Perusahaan fotografi Kodak jatuh karena lambannya gerak perusahaan ini dalam mengikuti fotografi di dunia. Kodak sudah tahu mengenai berkembangnya kamera digital. Bahkan, Kodak sudah melakukan penelitian dan mengembangkan kamera digital. Namun perusahaan asal Amerika Serikat ini masih percaya dan berkutat dengan fotografi menggunakan film. Alhasil, dengan berkembangnya zaman, Kodak jauh tertinggal dengan produsen kamera asal Jepang . Dan kini, Kodak hanya tinggal menjadi sejarah fotografi dunia.

Kesombongan akan masa lalu dan lupa untuk terus memperbaiki diri adalah sebuah kuburan besar. Tak sedikit contoh yang bisa kita jadikan pelajaran. Nokia dan Kodak adalah contoh nyata. Betapa pun besarnya sebuah nama, berapa lama pun kejayaan masa lalu, jika tidak mampu menjaga maka akan menjadi sebuah sejarah.

Jika dunia ini berlari seperti singa, maka jangan sekali-kali berfikir untuk berjalan seperti rusa. Namun, berlarilah seperti Antelop. Kau mungkin akan dimangsanya, namun dengan usaha keras, kau tak akan habis dalam waktu sekejap. (Tulisan ini dikirim oleh Kurniamahardika17)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya