Gadget, Mendekatkan yang Jauh Menjauhkan yang Dekat

Ilustrasi anak bermain gadget.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Semua orang saat ini sudah tidak bisa lepas dari gadget, mulai dari kalangan dewasa, remaja, maupun anak. Gadget yang merupakan kebutuhan tersier, berubah fungsinya menjadi kebutuhan sekunder. Bahkan ada yang menjadikan gadget sebagai kebutuhan primer mereka.

Kasus DBD Melonjak, Ahli: 50 Persen Kematian Usia 5-14 Tahun

Gadget adalah istilah dalam Bahasa Inggris yang berarti perangkat eletronik kecil dengan fungsi khusus. Sederhananya, gadget adalah alat elektronik yang memiliki pembaharuan dari hari ke hari membuat hidup manusia lebih praktis.

Kehadiran gadget seperti handphone, TV, tablet (Ipad, android tab), video games (x-box, PS, nintendo DS), ataupun komputer/laptop sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari keluarga modern. Gadget tersebut tidak hanya memberikan dampak yang positif, namun juga negatif.

Unggah Foto Bareng Anak, Baim Wong Dituding Pencitraan

Handphone, tablet, atau komputer merupakan alat komunikasi yang sangat memudahkan dan banyak digunakan dalam berkomunikasi dengan keluarga, teman, ataupun kerabat yang berada di tempat jauh. Secara tidak langsung, gadget mendekatkan yang jauh. Dengan gedget kita bisa melihat wajah atau mendengar suara orang yang kita rindukan. Untuk mendengar suara kita bisa menggunakan fitur call atau panggilan suara. Untuk bertatap muka, kita bisa menggunakan fitur video call.

Gadget juga memudahkan pekerjaan sehari-hari. Dalam menyelesaikan pekerjaan kantor atau tugas sekolah misalnya. Gadget juga membantu dalam hal pencarian informasi, pembelian barang, hiburan atau lainnya. Namun, sekarang ini masyarakat terlalu fokus menggunakan gadget. Banyak waktu yang terbuang percuma hanya untuk ber-gadget ria. Sadarkah mereka bahwa gadget juga bisa menjauhkan yang dekat?

Stunting dan Anemia Masih Tinggi di Indonesia, Hasil Studi Temukan Solusi Mengatasinya

Misalnya, ayah yang sibuk dengan group chattingnya di ruang tamu, ibu yang sibuk memasak sambil menonton tv di dapur, kakak yang sibuk dengan media sosialnya di kamar, dan adik yang sibuk bermain playstation di kamarnya. Padahal semua anggota keluarga sedang berkumpul, namun tidak ada interaksi yang dilakukan. Dampak dengan adanya gadget, keluarga secara tidak langsung mengurangi interaksi antar sesama. Semua terfokus dengan gadgetnya sendiri.

Anak-anak kurang mendapat perhatian lagi, sehingga perilaku dan psikis mereka berubah. Lebih cepat marah, bertindak kasar pada sesama, gemar membuat salah agar mendapat perhatian kembali dari orang tuanya. Remaja yang kurang mendapat kasih sayang dari orangtuanya juga berpeluang lebih besar terjerumus ke pergaulan bebas.

Remaja yang terlalu sering menggunakan gadget biasanya secara tidak langsung menutup dirinya dari interaksi dengan keluarganya. Bagi mereka berbincang dengan orangtua atau keluarga tidak semenarik ber-chatting dengan teman. Bahkan sekarang banyak ditemui anak dan orangtua yang tinggal serumah namun berinteraksi melalui chatting tidak secara komunikasi langsung.

Untuk solusi, ada baiknya orangtua memulai lebih dahulu dengan menyadari pentingnya interaksi dalam keluarga dibandingkan gadget yang mereka miliki. Orangtua dapat mulai membiasakan anak tanpa gadget. Misalnya pada jam makan malam, ketika semua berkumpul terapkan aturan tanpa gadget. Perbanyak kegiatan di luar rumah bersama keluarga. Ini akan membuat anak merasa gadget bukan segalanya. Yang paling penting, kurangi penggunaan gadget 2-3 jam sebelum tidur, selain membantu mengurangi ketergantungan akan gadget, juga membantu menjaga kualitas tidur anak. (Tulisan ini dikirim oleh Rizky Amelia, Jakarta)

Ilustrasi dokter gigi.

Lebih dari 50 Persen Orang Indonesia Alami Masalah Gigi dan Mulut, Terbanyak Karies pada Anak

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, lebih dari 57,6 persen masyarakat Indonesia mengalami masalah gigi dan mulut, namun klinik gigi belum memadai.

img_title
VIVA.co.id
11 November 2024