Praktik Demokrasi di Banten
VIVA.co.id – Peneliti sosial politik, Deni JA, mengungkapkan bahwa Banten menempati peringkat kedua terburuk dalam penyelenggaraan demokrasi. Kondisi itu berbanding lurus dengan bertambahnya angka kemiskinan di wilayah Banten.
Hal itu diungkapkan Deni dalam diskusi publik dengan tema “Praktik Demokrasi di Banten: Tantangan dan Pelajaran Terpetik” yang digelar di Kompleks Perguruan Islam Annizomiyah, Labuan, Pandeglang, Selasa (29/3/2016).
Deni mengutip Democracy Index 2015 yang dirilis oleh The Economist Intelligence, bahwa Indonesia menempati urutan ke 50 di antara negara yang diteliti indeks demokrasinya. "Persoalan politik di Banten bisa diperluas menjadi persoalan demokrasi yang terjadi di Indonesia. Demokrasi di Banten ini berada di urutan kedua terburuk di Indonesia setelah Maluku Utara," ujar Deny.
Sementara itu politisi Partai Golkar, Ace Hasan Syadzily yang juga menjadi pembicara dalam diskusi tersebut, menegaskan posisi Banten berada dalam situasi sulit. Ace menilai praktik demokrasi di Banten terjebak pada pragmatisme politik yang menjadikan uang sebagai acuan oleh masyarakat. "Kami punya mimpi, Banten harus diubah dengan cara melakukan edukasi politik terhadap masyarakat dan melawan pragmatisme itu," kata Ace.
Diketahui, kegiatan diskusi tersebut digagas oleh Neng Dara Affiah, mantan komisioner Komnas Perempuan asal Banten, yang merupakan pengasuh Perguruan Islam Annizomiyah, Pandeglang, Banten. Turut hadir dalam kesempatan itu, aktivis Jaringan Islam Liberal, Ulil Abshar Abdalla, Dekan FISIP Unma, Said, Ketua ICMI Kabupaten Lebak, Usep Mujani, serta sejumlah cendikiawan lainnya. Acara itu juga disaksikan langsung oleh santri, mahasiswa, dan warga setempat.
"Agenda utamanya adalah kunjungan dari sahabat-sahabat saya yang ingin mengenal pesantren yang sedang kami kembangkan di Banten. Kemudian kami sisipkan dialog untuk memperkaya intelektual di sini tentang demokrasi di Banten," kata Neng Dara Affiah Neng sendiri berkeinginan keburaman di Banten dapat diurai melalui dialog-dialog kebudayaan seperti ini.
Di lain pihak, Deni JA selaku pembicara menjelaskan bahwa kunjungan ke perguruan Islam Annizomiyah merupakan bentuk dukungannya terhadap gerakan kebudayaan yang dilakukan oleh Neng Dara Afiah. "Kami datang ke Pandeglang ini tidak hanya kunjungan dari seorang sahabat, tetapi juga kunjungan kebudayaan," ujar Deni. (Tulisan ini dikirim oleh Usep Mujani)