Wedding Crashers
VIVA.co.id – Entah perasaan saya saja atau memang begitu kenyataannya, belakangan ini kok banyak teman-teman saya yang nikah. Bulan kemarin saja saya dapat lima undangan. Bulan ini malah saya sudah dapat tiga undangan.
Satu yang enggak bisa lepas dari saya kalau pas datang ke sebuah undangan adalah saya termasuk orang yang selalu didesak-desak buat ikutan “tangkap bunga”. Jadi, biasanya ada acara di mana kedua mempelai bakalan melempar bunga ke arah undangan yang ikutan, yang beruntung bisa nangkap bunga itu bakalan dapat hadiah. Kalau kebetulan yang nikahnya orang tajir ya hadiahnya bisa smartphone, kalau yang menikah dari keluarga biasa-biasa saja biasanya dapat boneka atau voucher belanja di swalayan.
Dan iyes, dari semua undangan yang saya hadiri pasti saya didesak-desak buat ikutan. Walaupun seumur hidup belum pernah tuh saya dapat bunga yang dilempar. Kalau dapat cakaran plus sikutan dari yang lain sih sering. Sebenarnya saya sudah mau pensiun dari hal-hal seperti ini, tapi ya begitu deh. Padahal seperti yang saya bilang tadi, saya sekarang dalam posisi di mana saya harus menjaga image karena job saya yang sekarang. Sekarang sudah bukan lagi era-nya hahaha-hihihihi ngebanyol di depan orang.
Tapi dari beberapa undangan yang saya hadiri, ini ada satu undangan perkawinan yang benar-benar bikin saya geregetan. Ini undangan teman saya, dibilang dekat sih enggak dekat-dekat banget, dibilang jauh ya enggak jauh-jauh banget. Dan seperti yang saya ceritakan di awal. Pas giliran mempelai lempar bunga, saya kembali didesak-desak buat ikutan. Entah karena biar saya didoain cepat nikah atau apa, yang jelas teman-teman saya yang lain (yang kebanyakkan jomblo) semangat buat narik saya ikutan.
Saat ditarik saya dalam kondisi lagi ngunyah empek-empek yang baru saja saya ambil di stand. Oh, oke, untuk memuaskan hawa nafsu teman-teman saya akhirnya saya ikut berdiri buat mencoba peruntungan tangkap bunga. Saya berdiri di tengah, pokoknya saya bakalan santai banget. Santai dalam artian kalau bunganya dilempar ke arah saya ya saya tangkap. Tapi kalau dilemparnya ke arah lain, ya sudah saya enggak akan terlalu ngoyo buat ngejar. Pokoknya saya harus benar-benar jaga sikap.
Ketika sedang berdiri di tengah dan ngobrol bareng teman-teman saya yang lain sambil nunggu mempelai melempar bunga, teman saya yang lagi bercanda dengan teman saya yang lain enggak sengaja mendorong seorang anak remaja yang lagi ikutan nangkap bunga. Dorongannya sih enggak keras-keras banget, tapi enggak tahu ini anak memang arogan atau kebanyakkan nonton silat, dia langsung bereaksi keras. Sambil mendorong balik dia mengumpat, "Jadi orang tahu aturan dong!"
***
Gila, ini benar-benar gila. Teman saya, umur 28 tahun, pekerjaan menjadi sirkulasi yang biasanya marah-marahin anak buah sekarang dibentak sama anak ingusan. Kalau misalnya teman saya enggak nyantai orangnya kayaknya sudah diputerin tuh kepala si anak belagu. Di saat begini sifat nakal saya mulai muncul. Saya jadi geregetan sendiri kalau saya enggak isengin si anak tengil itu. Saya hampiri beberapa teman saya yang lain dan mulai menyusun strategi jahat.
Jadi rencananya begini. Untuk menangkap bunga yang dilempar itu saya bakalan pakai formasi 2-1-2. Iya, 2-1-2 biar berasa Wiro Sableng. Jadi, rencananya teman saya si A dan si B bakalan ditempatin di depan saya. Saya berdiri di tengah dan ada dua orang juga di belakang saya. Kita enggak akan incar bunganya, tapi lebih mengincar si anak tengil itu. Ketika bunga dilempar keadaan pasti chaos, nah di saat itu dua orang di belakang saya bakalan dorong saya sekencang mungkin. Setelah saya didorong, saya bakalan dorong dua orang di depan saya sekeras mungkin dan dua orang di depan saya bakalan dorong juga si tengil itu. Cakep. Matang sekali perencanaan kita ini.
Ketika bunga dilempar semua orang langsung berebut mengambil dan ini dia waktunya. Dua orang di belakang saya langsung mendorong saya. Saya yang seolah-oleh didorong langsung mendorong sekeras mungkin dua orang teman di depan saya. Dan, dengan semangat teman saya yang sudah dendam kesumat sama si tengil langsung mendorong si tengil sekencang mungkin. Pas kena dorong, si tengil langsung teriak sambil masang kuda-kuda ngajak bertarung, "Woy, tahu aturan dong. Jangan dorong-dorong!"
Teman saya enggak kalah galak, dia ikutan teriak, "Gue juga didorong dari belakang woy!" sambil nunjuk saya. Saya yang ditunjuk langsung pasang muka bloon sambil nunjuk dua orang di belakang saya. "Gue juga didorong nih, keras banget!". Teman saya yang di belakang langsung nunjuk bapak-bapak tidak berdosa yang kebetulan lagi antri ambil siomay di belakang dia, "Kita juga tadi didorong sama bapak itu." Hahahahahahahaha, saya pengen banget ketawa gila-gilaan. Kayaknya sudah lama banget saya enggak senakal ini. Enggak apa-apa deh sepuluh menit jadi anak nakal.
Oh, iya, soal bunga yang tadi dilempar ternyata yang dapat adalah adiknya si tengil itu. Karena adiknya tidak mau naik ke atas panggung, bunga itu akhirnya dikasih ke si tengil. Dengan muka tengilnya itu dia naik ke panggung sambil senyum-senyum. Walau saya tahu mungkin punggungnya sekarang lagi nyut-nyutan gara-gara kena sikut teman saya tadi. Nama dia ternyata Andhika. Oleh MC si Andhika ini diiming-imingi hadiah yang keren kalau dia bisa menjawab sebuah pertanyaan.
Pertanyaanya, "Kapan tanggal jadian kedua mempelai?" MC memberikan sedikit clue, clue-nya adalah mereka jadian di bulan Maret. Si Andhika langsung pasang tampang bingung. Ya, jangankan dia, kalau saya juga dikasih pertanyaan yang sama, saya juga enggak akan bisa. Tapi dari pertanyaan ini, saya jadi dapat sedikit inspirasi. Kelak kalau saya menikah, saya bakalan kasih pertanyaan serupa. Hadiahnya, liburan ke Eropa, pertanyaannya "Kapan pertama kali saya mencium sang istri?"
Ok, kembali ke si Andhika. Dia di depan kelihatan sudah mati gaya karena enggak bisa menjawab pertanyaan. Mungkin karena sudah mati gaya dia jawab gini, "Mereka jadian di antara tanggal 1 sampai 31 Maret." Semua orang hening, kriiik....kriiik.... Sudah tengil, enggak lucu pula ini anak. Pengen rasanya saya teriak, "Woy sini turun loe, gue ajarin cara ngelucu yang bener."
Di saat hening begini, tiba-tiba teman saya ngebisikkin, "San, gue tahu jawabannya. Tgl 14 Maret. Yakin banget gue. Cepet naik ke depan". "Yakin gak loe, tau dari mana?" tanya saya bimbang. "Udah loe maju aja dulu. Menangin dulu hadiahnya." Setelah si tengil enggak lucu turun panggung dan pertanyaan dilempar, akhirnya saya memberanikan naik panggung. "Ok, jadi tanggal berapa mereka berdua jadian?" tanya si MC sambil mencondongkan mic ke arah saya.
"Tanggal 14 Maret, saya yakin!" kata saya optimis bercampur cool. "Dan jawabannya, masiihh sallaahhhhh.” kata si MC setengah menjerit. Serius salah? Di hadapan puluhan orang yang memandang ke arah saya, ternyata saya salah jawab? Sudah jawab keras dan saya tambahin kalimat "saya yakin" eh, ternyata salah juga. Teman-teman saya yang lain langsung tertawa ngakak.
Begitu turun dari panggung, saya langsung menghampiri teman saya yang memberi tahu jawaban itu ke saya. "Loe tahu jawaban itu dari siapa sih?" "Tadi gue juga dengar dari orang-orang pada ngomong tanggal 14 Maret gitu". Dan seperti yang saya tulis di awal tadi, akhirnya hampir semua orang yang ketemu saya di undangan tersebut pasti nanya, "Kapan nih nyusul?". Dan saya cuma senyum-senyum karena mati gaya sambil nanya ke diri saya sendiri, "Jadi kapan nyusul, San?". (Cerita ini dikirim oleh Stefanus Sani, Bandung)