ISMAFARSI Lakukan Kampanye Informasi Obat Nasional
VIVA.co.id – Dalam rangka kegiatan Pra Musyawarah Nasional ISMAFARSI XVI dan Indonesian Pharmaceutical Leadership Forum di Pekan Baru, Riau, ISMAFARSI (Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia) turut mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat yaitu Kampanye Informasi Obat: “Antimicrobial Resistance dan Bahaya Obat Palsu”.
Pra-Munas ini diikuti oleh 151 delegasi dari 47 universitas yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. ISMAFARSI melaksanakan pencerdasan mengenai bahaya obat palsu dan antimicrobial resistance kepada masyarakat, yang dilaksanakan terpusat di sekitar Masjid An-Nur, Pekanbaru.
Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Pra-Musyawarah Nasional yang menjadi ajang konsolidasi Nasional ISMAFARSI, yang dilaksanakan di STIFAR Riau selaku tuan rumah. Ketika dikonfirmasi, Ridho Muhammad Sakti selaku Sekretaris Jenderal ISMAFARSI memaparkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk merumuskan dasar, kontribusi dan sikap ISMAFARSI terhadap realita permasalahan kefarmasian yang ada, sebagai usaha serius memajukan profesi dan kesehatan Indonesia.
Kampanye Informasi Obat Nasional ini dilaksanakan didasarkan dari laporan terakhir dari badan kesehatan dunia (WHO) dalam Antimicrobial Resistance: Global Report on Surveillance menunjukkan bahwa Asia Tenggara memiliki angka tertinggi dalam kasus resistensi antibotik di dunia.
Selain itu, banyak juga produk farmasi yang dipalsukan atau tidak terdaftar sangat mudah ditemukan di Indonesia. Sehingga mahasiswa farmasi seluruh Indonesia dalam hal ini diwakili oleh ISMAFARSI menyatakan sikap dan merespon mengenai kejadian di atas.
Kampanye Informasi Obat yang dilaksanakan, diharapkan memberikan solusi untuk masyarakat guna mengatasi resistensi antimikroba. Untuk itu diperlukan beberapa upaya yaitu menggunakan antibiotik secara bijak dan benar, selalu berperilaku atau membiasakan pola hidup sehat di kehidupan sehari-hari sebagai contoh cuci tangan sebelum melakukan segala aktivitas.
Sedangkan untuk mengatasi bahaya obat palsu yaitu, dengan beberapa cara seperti membeli obat resep hanya di apotek, cermati nama obat, produsen dan tanggal kadaluwarsa, pastikan kemasan obat mencantumkan nomor registrasi BPOM, dan memberitahu apoteker bila obat yang diberikan tidak menolong atau memulihkan kondisi anda.
"Kampanye ini cukup memberikan ilmu baru terkait penggunaan dan pemilahan obat dan ternyata banyak hal dari rutinitas kita yang perlu diubah." ujar Desi, pemudi masyarakat yang menjadi target kampanye. Kampanye ini direspon baik oleh masyarakat, terbukti dari meriahnya acara kampanye ini.
"Ini bentuk usaha serius dan konkret ISMAFARSI untuk merespon masalah yang terjadi di sekitar kita" ujar Apri, selaku staff ahli pengabdian dan pelayanan masyarakat ISMAFARSI Pusat, yang juga menjadi penanggung jawab kampanye ini.
Di akhir kampanye informasi obat ini, ISMAFARSI menyatakan sikap untuk mendukung penanggulan resistensi antibiotik di Indonesia, dengan membuat dokumentasi berupa video dan foto yang setelahnya akan ditampilkan pada dunia Internasional yaitu International Pharmaceutical Student Federation (IPSF). Sebagai upaya mengabarkan kepada forum internasional bahwa ISMAFARSI sebagai representasi lembaga mahasiswa farmasi di Indonesia secara serius menanggapi fenomena ini.
Harapannya masyarakat dapat teredukasi mengenai resistensi antibiotik dan bahaya obat palsu. Masih sangat minim pengetahuan masyarakat tentang resistensi antibiotik. Berbicara obat palsu, masyarakat harus melihat kemasan obat yang tercantum registrasi BPOM, lebih mudahnya konfirmasi ke apoteker, ujar Apri. (Tulisan ini dikirim oleh Ridho Muhammad Sakti, Sekretaris Jenderal ISMAFARSI)