Menelusuri Cagar Budaya di Pulau Bali
- U-Report
VIVA.co.id – Hari pertama berada di Pulau Bali pada liburan akhir tahun 2015, tujuan kita yaitu mengunjungi destinasi wisata yang berada di dataran tinggi yang terkenal dengan udara yang sejuk dan pepohonan hijau. Dari kawasan Kuta tempat kita menginap menuju kawasan Bedugul dapat ditempuh kurang lebih dua jam perjalanan menggunakan mobil.
Selama perjalanan banyak destinasi cagar budaya yang kita lewati, salah satunya kita mengunjungi sebuah kompleks pura, yaitu Pura Taman Ayun. Memang Pulau Bali terkenal dengan banyaknya bangunan pura yang menawan. Tidak salah kalau pulau ini dikenal dengan Pulau Seribu Pura. Pura Taman Ayun ini terletak di Desa Mengwi, Kabupaten Badung. Pura Taman Ayun merupakan salah satu cagar budaya yang pertama kali kita kunjungi selama berada di Bali.
Tiket masuk Pura Taman Ayun sangat terjangkau, yaitu dengan sepuluh ribu rupiah kita sudah bisa menikmati keindahan dan kesejukan yang disuguhkan oleh Pura Taman Ayun. Pura Taman Ayun ini merupakan kompleks atau kumpulan pura yang dikelilingi oleh taman yang di dalamnya terdapat kolam air dan pepohonan hijau beserta bunga-bunga yang cantik. Karenanya dinamakan Pura Taman Ayun yang dalam bahasa Bali berarti Taman Cantik.
Kita dapat berjalan mengelilingi seluruh area kompleks pura tetapi kita tidak boleh memasuki pura-pura tersebut karena telah terhalang oleh tembok keliling. Banyaknya bunga-bunga yang jatuh ke tanah berguguran menambah keindahan pura ini. Pepohonan hijau yang rindang juga membuat mata ini semakin betah untuk memandangnya. Udara sekitar pura yang masih segar karena banyaknya taman dengan kolamnya yang luas dan jauh dari hiruk pikuk kendaraan bermotor semakin tampak keasrian dari pura ini.
Di bagian halaman setelah gapura kita dapat melihat landscape kegiatan adat sabung ayam yang dilakukan masyarakat pada zaman dahulu beserta patung-patungnya. Komplek pura ini juga masih digunakan untuk berbagai kegiatan keagamaan. Karenanya diharapkan jika berkunjung ke sini untuk berperilaku baik dan menghargai peraturan adat yang berlaku serta berpakaian yang sopan.
Setelah mengunjungi Pura Taman Ayun kita melanjutkan perjalanan menuju pura selanjutnya, yaitu Pura Ulun Danu Beratan. Pura ini terletak di Desa Candikuning, Kabupaten Tabanan. Tiket masuk pura ini, yaitu sepuluh ribu rupiah. Udara yang sejuk merupakan salah satu daya tarik Pura Ulun Danu Beratan ini selain panoramanya yang cantik. Karena kecantikannya, pura ini dijadikan salah satu gambar pada mata uang kertas negara kita Indonesia yaitu pada pecahan uang lima puluh ribu rupiah.
Jadi tidak heran kalau pura ini begitu ramai pengunjung yang penasaran ingin melihat langsung dan membandingkannya dengan uang kertas yang mereka miliki. Suatu kepuasan tersendiri jika para pengunjung bisa berfoto dengan latar belakang Pura ulun Danu Beratan dengan memegang uang lima puluh ribu rupiah ditangan. Pura ini berada di atas permukaan air danau yang merupakan pura suci bagi umat Hindu.
Pada saat itu pura ini tidak terlihat seperti mengambang di permukaan air karena air sedang surut, pengunjung dapat dengan mudah mendekati pura ini. Tetapi pada saat air pasang, pura ini tidak bisa di dekati oleh pengunjung karena jalan menuju pura tertutup genangan air. Pada saat itu cuaca di sekitar Pura Ulun Danu Beratan mendung dan sedikit turun hujan tapi tidak mengurangi ketertarikan kita untuk menelusuri Pura Ulun Danu Beratan yang mempesona.
Tidak perlu khawatir mengunjungi kawasan Pura Ulun Danu Beratan ini karena fasilitas restoran, taman bermain, tempat parkir yang luas hingga toilet telah disediakan untuk memanjakan pengunjung. Masih di hari pertama yang semakin sore di Bali sepertinya matahari sudah makin tak terlihat karena tertutup awan mendung, tapi kita masih memiliki satu tujuan lagi yang sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Setalah menunggu rintik-rintik gerimis reda dari Pura Ulun Danu Beratan, kita melanjutkan kembali perjalanan kita menuju Pura Tanah Lot. Pura Tanah Lot ini berlokasi di Desa Beraban, Kabupaten Tabanan. Pura ini berdiri di atas batu karang yang besar di permukaan air menghadap ke laut. Pura ini merupakan tempat ibadah umat Hindu untuk memuja Tuhan sebagai Dewa Laut.
Ketika air pasang maka kita hanya bisa berjalan-jalan sambil melihat-lihat banyaknya batu karang ditepian. Tidak dianjurkan untuk mendekati batu karang dimana pura berada karena selain berbahaya, di pura ini tidak sembarang orang boleh memasukinya. Jika air laut sedang surut, kegiatan upacara keagamaan dapat dilakukan di atas pura ini dengan cara berjalan menyeberangi air lautan yang sedang surut.
Kawasan Pura Tanah Lot tidak sekadar menyuguhkan keindahan alam tetapi juga mendukung kreativitas masyarakat lokal dengan adanya pasar seni yang menjual berbagai buah tangan atau souvenir khas Bali. Kita bisa beristirahat setelah lelah berjalan sambil mengunjungi deretan kios-kios yang menawarkan barang-barang unik maupun makanan yang menggugah selera.
Setelah berjalan di sekitar pasar seni menuju parkiran mobil, hujan turun bersamaan dengan terbenamnya matahari di Tanah Lot. Ini kedua kalinya saya mengunjungi Tanah Lot setelah sepuluh tahun yang lalu saya sempat mengunjungi Bali. Tapi terasa seperti ini pertama kalinya dapat merasakan suasana Pulau Dewata karena selalu memberikan warna yang berbeda bagi setiap orang yang datang mengunjunginya. Itulah alasan mengapa Pulau Bali terkenal di kalangan wisatawan domestik maupun mancanegara. Karena menjadi salah satu destinasi wisata favorit untuk menikmati keindahan alam, adat, dan budayanya. (Cerita ini dikirim oleh Mwelmelly)