Inilah Esensi Sebuah Pendidikan

Guru mengajar.
Sumber :
  • BusinessInsider

VIVA.co.id - Berbicara tentang pendidikan tak akan terlepas dari suatu lembaga atau instansi yang kita sebut sebagai sekolah. Sekolah menjadi media bagi setiap anak untuk mengenyam pendidikan, meskipun sebenarnya lingkungan keluargalah yang menjadi wadah pertama bagi anak untuk belajar. Karena pada dasarnya, belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.

Lalu, apakah esensi sebenarnya dari sebuah pendidikan, untuk apa kita harus belajar di sekolah? Untuk selembar ijazah, lulus dengan nilai sempurna, masuk universitas negeri ternama, atau hanya sekadar menunaikan perintah orangtua?

Jika dikaji secara epistemologi, pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas).

Dari pengertian di atas, dapat kita gambarkan tiga hal penting dalam sebuah pendidikan yakni usaha sadar, mewujudkan suasana belajar yang aktif dan proses belajarnya, serta pengembangan potensi diri.

Pendidikan sebagai usaha sadar, menunjukkan bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang disengaja dan diatur sedemikian rupa dengan strategi terbaik melalui kerja keras dari berbagai elemen. Artinya pendidikan dari berbagai jenjang harus disadari, direncanakan dan dipersiapkan secara matang baik oleh pemerintah, instansi terkait, dan guru sebagai ujung tombak pendidikan.

Selain itu, kita harus sama-sama menyadari bahwa apapun yang kita lakukan hari ini akan berdampak bagi kehidupan di masa depan. Seperti sebuah pepatah yang mengatakan bahwa jika kita menanam buah jeruk, maka hasil panen yang kita dapatkan adalah buah jeruk juga, tidak mungkin menjadi buah apel.

Dalam proses pendidikan terintegrasi suatu pembelajaran. Pembelajaran  merupakan suatu proses untuk menjadikan seseorang belajar. Pembelajaran yang dikehendaki adalah pembelajaran yang membuat nyaman peserta didik, sehingga peserta didik akan merasakan suasana sekolah sebagai sesuatu yang selalu dirindukan dan ditunggu. Ketika kenyamanan itu telah didapatkan, maka proses pembelajaran akan berjalan lebih mudah dan efektif.

Namun pada kenyataannya, peserta didik lebih bahagia ketika sekolah libur atau guru tidak masuk sekolah sehingga tergambarlah bahwa belajar sebagai sebuah tekanan bagi peserta didik, dan hanyalah sebuah ritual yang harus dijalankan lima hari dalam seminggu. Di sinilah PR bagi setiap guru dan perangkat sekolah untuk menciptakan suasana yang nyaman bagi peserta didik, agar pembelajaran yang dilakukan terasa menyenangkan dan tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat disampaikan.

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Suasana pembelajaran yang menyenangkan dan nyaman harus memperhatikan berbagai aspek. Baik aspek lingkungan fisik maupun aspek lingkungan sosio-psikologis. Lingkungan fisik meliputi sarana prasarana yang menunjang proses pembelajaran. Sedangkan lingkungan sosio-psikologis meliputi interaksi yang tercipta di dalam pembelajaran itu sendiri.

Dalam proses pembelajarannya lebih menekankan kepada bagaimana tujuan dari pembelajaran itu dapat disampaikan. Untuk menyampaikan tujuan pembelajaran guru dituntut untuk menjadi seorang desainer, manager, dan evaluator dalam pembelajaran. Sebelum memasuki kelas, guru sudah mendesain terlebih dahulu pola pembelajaran yang akan dilakukan, kemudian mengatur pembelajaran ketika sedang berlangsung dan mengevaluasi hasil pembelajaran yang dilakukan.

Ketiga, pendidikan harus membentuk peserta didik yang memiliki pengembangan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Inilah makna aksiologi dari sebuah pendidikan.

Tujuan pendidikan sebenarnya telah tercantum dalam bagian ketiga ini, yaitu dilihat dari aspek ketuhanan, kepribadian, dan sosial. Artinya pendidikan bukan hanya berguna dan bertujuan untuk membentuk peserta didik yang berintelektual, tetapi juga membentuk peserta didik yang berakhlak dan berkepribadian sosial yang tinggi. Keseimbangan ketiga aspek ini menjadi pokok pemikiran pemerintah saat ini, sehingga munculah kurikulum pendidikan berkarakter.

Esensi dari sebuah pendidikan sebenarnya tidak sesederhana penjelasan di atas. Karena pada dasarnya setiap peserta didik disiapkan untuk memiliki Intelligence Quotient (IQ),  Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ), dan Adversitas Quotient (AQ) yang baik, dan untuk membentuk empat kemampuan tersebut tidaklah instan dan mudah. Akan ada proses panjang yang harus dilewati serta semua pihak harus bekerjasama, berjalan beriringan untuk mencapai tujuan bersama. (Tulisan ini dikirim oleh Siti Rodiah, mahasiswa program Magister Universitas Negeri Jakarta)