Sejuta Cerita Mengenai Ujian Nasional Sistem CBT 2016
- ANTARA/ M Agung Rajasa
VIVA.co.id - Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan berjalannya ujian nasional berbasis online yang dikenal dengan Computer Based Test (CBT). Terhitung tahun ajaran 2015, pelaksanaan UN CBT ini pertama kali dilakukan serentak di beberapa sekolah dan pelaksanannya akan diperluas pada bulan April tahun ajaran 2016 mendatang di beberapa sekolah se-Indonesia.
Hal ini dilakukan karena UN dengan sistem CBT ini memiliki banyak keuntungan. Di antaranya: menghilangkan pekerjaan logistik seperti mendistribusikan, menyimpan tes menggunakan kertas, mengizinkan siswa mengerjakan tes dengan waktu yang tepat, menghemat pemakaian kertas, mengurangi potensi adanya joki dan berdiskusi dengan teman sebelah, serta hasilnya langsung dapat diketahui.
UN sendiri dilakukan sebagai salah satu indikator keberhasilan siswa dalam menuntaskan kewajiban ujian akhir di sekolah. UN dapat dijadikan alat ukur pencapaian hasil belajar peserta didik, mengukur mutu pendidikan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah/madrasah. UN juga digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
UN dengan sistem CBT ini hadir untuk membantu peserta didik dan para guru menjadi lebih mudah untuk melaksanakannya. Peserta didik tidak perlu lagi melingkari jawaban atau menghapus dengan bersih. Guru juga tidak perlu lagi menjadi distributor soal ke dalam kelas, seperti halnya yang dilakukan dalam UN sistem Paper Based Test (PBT).
Banyak hal negatif yang terjadi berkaitan dengan UN pada tahun-tahun sebelumnya ketika menggunakan PBT. Seperti beberapa oknum yang berhasil menjual kunci jawaban kepada peserta didik yang mengikuti UN. Kasus lain juga terjadi pada tahun lalu, yaitu kebocoran 30 paket soal UN 2015 yang tersebar via layanan berbagi dokumen google drive yang bebas diunduh oleh siapa saja dan kapan saja.
Kejadian-kejadian di atas hanya sedikit contoh dari kecurangan-kecurangan yang sudah terjadi di Indonesia dalam menghadapi persiapan UN. UN menjadi sesuatu yang ditakutkan oleh banyak pihak terutama peserta didik, jika nanti ternyata hasil UN tidak memenuhi nilai kriteria minimal atau tidak lulus.
Banyak pendapat guru-guru mengenai UN dengan sistem CBT yang sudah dilaksanakan di sekolah mereka dan yang akan dilaksanakan pada tahun 2016 ini. Seperti yang diungkapkan oleh Bu Dwi, guru yang berasal dari Depok berpendapat, "akan banyak kecurangan dari pihak sekolah, yang menjadi pengawas saja guru mata pelajarannya sendiri dan nilai otomatis akan meningkat". Pak Bayu, guru yang berasal dari Depok juga berpendapat, "UN dengan sistem CBT ini sangat bagus, pertama hemat kertas sehingga anggaran dana berkurang, kedua selaras dengan perkembangan zaman dan lebih efisien dalam pengerjaanya".
Pendapat lain dari Bu Ipah, guru yang berasal dari Jakarta, "sangat setuju dengan dilaksanakannya UN dengan sistem CBT, karena peserta didik akan melek internet bukan hanya sosial media tapi sebagai media pembelajaran juga. Tetapi jika sarana dan prasarana di sekolah tidak mendukung, mau bagaimana? Kan harus realistis". Sedangkan, pendapat dari Bu Asih, guru yang berasal dari Jakarta mengatakan, "pada pelaksanaan UN dengan sistem CBT pada tahun 2016 sepertinya masih banyak sekolah yang belum siap karena masih kurangnya sosialisasi”.
Selanjutnya pendapat yang berbeda juga diutarakan oleh Bu Ditya, guru yang berasal dari Tangerang, “UN dengan sistem CBT keren, hemat kertas, tapi akan tidak efisien jika jumlah komputer dengan jumlah peserta didiknya sangat jauh". Pendapat yang masih sama oleh Bu Tuti, guru yang berasal dari Tangerang, "UN sistem CBT di Indonesia mungkin tidak akan bisa merata untuk dilaksanakan di semua sekolah, mengingat fasilitas yang ada di beberapa sekolah belum memadai”. Banyak pendapat yang muncul dari kalangan para guru mengenai UN dengan sistem CBT ini. Pelaksanaan UN tersebut juga ditanggapi sangat positif oleh banyak guru-guru.
Hanya saja perlu diperhatikan dalam pelaksanaan UN dengan sistem CBT ini yaitu kondisi peserta didik saat melaksanakan ujian tersebut. UN dengan sistem CBT dilaksanakan dalam sehari untuk satu mata pelajaran dengan tiga gelombang. Gelombang pertama dilaksanakan pagi sekitar pukul 07.30, gelombang kedua dilaksanakan pukul 10.30 dan gelombang terakhir dilaksanakan pada pukul 14.00. Akan berbeda kondisi peserta didik yang mengikuti gelombang pertama dan gelombang yang terakhir, maka dari itu dari pihak sekolah haruslah terus mengawasi peserta didik.
Kondisi selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah tidak ada siswa yang belum mengerti dengan username dan password peserta didik masing-masing saat melakukan UN dengan sistem CBT. Sehingga guru harus memastikan siswa sudah mengetahui id masing-masing saat melaksanakan try out online.
Berlangsungnya UN dengan sistem CBT pada tahun lalu dapat di evaluasi untuk perbaikan-perbaikan UN yang akan dilaksanakan pada tahun ini. Hasil evaluasi tersebut dapat dijadikan masukan-masukan untuk melaksanakan UN sistem CBT pada tahun ini. Harapan besar pelaksanaan UN dengan sistem CBT ini dapat berjalan dengan sangat lancar dan dapat dilaksanakan menyeluruh di Indonesia serta dapat dipastikan peserta didik dapat mengerjakan dengan sangat jujur. Mengingat UN CBT memiliki banyak kelebihan dan dapat mengurangi kecurangan yang dapat terjadi jika dibandingkan dengan PBT yang selama ini sudah berjalan.
Berjalannya UN dengan sistem CBT ini juga melatih peserta didik untuk bersikap jujur dan lebih menghargai diri sendiri dalam menjawab soal UN. Pihak Kemendikbud yang mengatur penuh jalannya proses UN agar lebih luas untuk mempublikasikan mengenai pelaksanaan UN dengan sistem CBT ke berbagai sekolah yang belum menggunakan. Menyediakan lebih banyak variasi-variasi soal yang sesuai dengan kisi-kisi, sehingga tidak ada soal yang sama antar peserta didik.
Selain itu, bagaimana persyaratan untuk mengajukan sekolah masing-masing dan fasilitas seperti apa yang harus dipersiapkan agar sekolah tersebut bisa melaksanakan UN dengan sistem CBT ini sehingga UN dengan sistem CBT ini dapat dilaksanakan dengan merata di seluruh Indonesia. Dengan demikian Indonesia dapat mengikuti perkembangan zaman dalam era teknologi yang terus berkembang serta dapat mengurangi penggunaan kertas secara besar-besaran sehingga lebih efisien. (Tulisan ini dikirim oleh Aida Fitriyah, mahasiswa Magister Pendidikan Biologi Universitas Negeri Jakarta)