Pesona Alam yang Memesona di Puncak Gunung Lembu
- U-Report
VIVA.co.id - Gunung Lembu terletak di Kampung Panunggal, Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani, Purwakarta, Jawa Barat. Gunung yang memiliki ketinggian sekitar 780 Mdpl ini dapat dicapai dengan beberapa alternatif.
Di antaranya, jika mengambil rute keluar tol Ciganea-Purwakarta, kalian harus berbelok kanan ke arah Jalan Raya Sindangkasih, selanjutnya hanya mengikuti jalan dan petunjuk yang ada untuk tiba di pos pelaporan di Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani.
Panorama alam yang sangat indah, menjadikan Gunung Lembu ini sangat istimewa dan wajib untuk dikunjungi. Kalian yang berhasil mencapai puncak terakhir akan dapat melihat keindahan Waduk Jatiluhur dari ketinggian. Tidak hanya itu, karena jika malam hari tiba, kalian juga bisa melihat lampu-lampu karamba yang menyala di atas waduk seperti layaknya Citylight. Ketika pagi hari tiba kalian juga bisa melihat sunrise dengan latar belakang pemandangan Waduk Jatiluhur dan Gunung Parang.
Puncak Gunung Lembu adalah lokasi terbaik untuk menatap waduk Jatiluhur, di lokasi ini juga terdapat tebing yang menjorok keluar seperti layaknya punuk sapi, hal itulah yang membuatnya disebut sebagai Batu Lembu (batu sapi).
Meskipun tebing yang satu ini cukup menyeramkan, namun bagi para pengunjung yang sudah datang rasanya sia-sia jika tidak mencoba duduk dan menikmatinya. Adrenalin pun dapat sedikit terpacu ketika berada di bibir tebing, namun panorama Waduk Jatiluhur yang memesona membuatnya seakan terbayar dengan pantas.
Gunung Lembu termasuk relatif mudah pagi para pendaki yang sudah sering melakukan pendakian. Hal yang sangat perlu untuk disiapkan adalah bekal air minum yang cukup, makanan ringan, lotion anti nyamuk, serta sunblock. Harap menggunakan pakaian yang nyaman, agar dapat melindungi diri dari terik matahari, semak belukar, dan juga menyerap keringat.
Dikarenakan masih ditemukan banyak lokasi keramat, kalian juga diharuskan untuk menjaga sikap serta kata-kata selama mendaki dan bermalam di Gunung Lembu ini. (Cerita ini dikirim oleh Arry Dwiyantama, mahasiswa Universitas Pancasila, Jakarta)